MAKNA
RAMADHAN
Hadits Rasulullah: Barangsiapa yang merasa bergembira dengan hadirnya bulan Ramadhan, pasti Allah SWT mengharamkan tubuhnya atas neraka apa saja"
Dalam hadits yang lain yang artinya:
"Pada malam pertama bulan Ramadhan, Allah berfirman: "Siapa mencintai Ku, pasti Akupun mencintainya, Siapa mencari rahmatKu pasti rahmatkupun mencarinya, dan siapa beristigfar kepada Ku Pasti Aku mengampuninya berkat hormat ramadhan, lalu Allah menyuruh Malaikat mulai mencatat amal, khusus pada bulan Ramadhan supaya menulis amal kebaikan semata, tidak mencatat laku kejahatan mereka, Umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dan Allah menghapus dosa-dosa terdahulu bagi mereka.
Puasa
Ramadan adalah salah satu rukun dari kelima rukun agama yang membawa kita ke
sorga. Bulan Ramadan adalah bulan yang awalnya rahmah, pertengahannya
maghfirah, dan akhirnya bebas dari neraka. Bagaimana meraih ketiga keistimewaan
itu? tentu dengan mengikuti dan mencintai Rasul dan Ahlul-bait serta para
sahabat dan auliya'. Sebab Rahmah yang sesungguhnya adalah Rasulullah Saw.
"Wama arsalnaka illa rahmatan lil-alamin".
Maghfirah
pun adalah Rasul Saw. "Wastaghfara lahumurrasul"
Sementara
bebas dari neraka tentu pula melalui restu dan syafa'at dari Rasul Saw.
"Ana awwalu syafi'in yaumal-qiyamah".
Dalam
hadits pun diriwayatkan bahwa seseorang tidak masuk sorga karena amlanya,
melainkan karena rahmat-Nya, dan rahmat-Nya di sini tiada lain adalah
Rasulullah Saw. Dengan demikian maka inti dari puasa Ramadan sebenarnya adalah
mendekatkan diri kepada Rasulullah Saw.
sehingga mudah mencapai ridho Allah
Swt.
Awalnya rahmah, pertengahannya maghfirah dan akhirnya bebas dari neraka bukan berarti bulan Ramadan dibagi tiga sebagaimana penafsiran kebanyakan orang, akan tetapi semua hari-hari Ramadan mengandung ketiga keistimewaan tersebut, dari tanggal 1 sampai 30 Ramadan ada rahmah, maghfirah sekaligus bebas dari neraka, bukan 10 hari awal saja ada rahmah, 10 hari kedua hanya ada maghfirah dan rahmahnya sudah habis, sedangkan 10 hari terakhir barulah bebas dari api neraka !! ini penafsiran yang keliru, sebab ketika ada rahmah maka sudah tentu ada maghfirah, dan bila sudah dapat maghfirah maka otomatis bebas dari api neraka, dengan demikian maka pada hari pertama Ramadan sudah ada maghfirah dan kebebasan dari neraka bagi yang benar-benar menghidupkannya, dan sepanjang Ramadan tetap ada ketiga keistimewaan itu. Bila ditafsirkan sebagaimana orang-orang menafsirkan bahwasanya 10 hari pertama rahmah, 10 hari kedua maghfirah dan 10 hari terakhir bebas dari neraka, maka bagaimana bila seseorang meninggal dunia pada hari ke-17 Ramadan? apakah ia hanya dapat rahmah dan maghfirah dan belum bebas dari api neraka ?!?
Riwayat tersebut sama dengan perkataan seseorang: "Di kantongku ada 3 jenis mata uang; yang pertama rupiah, yang kedua dolar dan yang terakhir Real, tidak berarti kantongnya terbagi tiga, melainkan satu kantong saja dan ketiga mata uang itu ada di dalamnya.
Bagaimana menghidupkan Ramadan? tiada yang lebih mulia dari pada memperbanyak dzikir, istighfar, tahlil dan selawat. Disamping solat teraweh dan tadarusan... bulan Ramadan merupakan kesempatan emas untuk memperbanyak dzikir, selawat, tahlil dan istighfar sebab pahalanya tentu akan berlipat-lipat, Rasul pernah bersabda: "Pada bulan Ramadan, pintu neraka ditutup rapat, pintu sorga dibuka selebar-lebarnya, dan para setan disandra dalam penjara". Namun mengapa masih ada maksiat? sebab walau setan telah dibelenggu namun nafsu masih dan telah terlanjur kotor.
Inti dari pada puasa Ramadan adalah melatih diri, bukan untuk selalu lapar, namun untuk biasa menahan hawa nafsu dari segala kekejian dan kebejatan. Yang mana bila hati telah menikmati puasanya, maka Ramadan ataupun selain bulan Ramadan kita tetap selalu menikmati rahmat Allah itu. Betapa banyak orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa Ramadannya selain lapar dan dahaga "Rubba sha'imin laisa lahu min shiyamihi illal-ju' wal-atasy", sehingga mereka amat sedih dengan kedatangan bulan Ramadan dan amat senang dengan kepergian Ramadan. Sementara para hamba Allah yang shalih, mereka justru menginginkan sepanjang tahun mereka adalah Ramadan. Mengapa? apakah mereka menginginkan sepanjang tahun lapar? tidak.... Sebab mereka sangat menikmati ibadah pada bulan Ramadan, yang mana pahalanya berlipat-lipat melebihi bulan-bulan sebelum dan sesudah Ramadan. Misalkan saja seorang bos mengatakan kepada pekerjanya: "Untuk setiap bulan Oktober, kamu tidak perlu banyak bekerja, namun gaji tetap, bahkan bertambah puluhan kali lipat, khusus bulan Oktober saja"... Pekerja itupun pasti mengharapkan sepanjang tahunnya seperti bulan Oktober. Seperti itulah kelebihan bulan Ramadan, ibadah tidak harus berpayah-payah, namun pahala berlipat ganda, dosa pun mudah terampuni. Siapa sih yang tidak ingin sepanjang tahun seperti Ramadan? Rasul bersabda : "Seandainya saja umatku tahu kelebihan bulan Ramadan, maka mereka pasti akan meminta dan mencita-citakan agar sepanjang tahun mereka adalah Ramadan". Maulana Syekh Mukhtar Ra. telah menyampaikan sedikit dari kelebihan Ramadan itu kepada kita.
Apapun kelebihannya, ibadah tetap ibadah, bukan hanya pada bulan Ramadan saja, namun setiap bulan, setiap hari, setiap saat dan setiap detik... sepanjang hayat dikandung badan, iringilah nafas-nafas kita dengan dzikir .... Hanya dengan dzikirlah ketenangan yang hakiki dan abadi kita bisa raih.
Jika pada bulan Ramadan kita menahan lapar dan menjaga perut dari makanan, semoga pada bulan-bulan selanjutnya kita bisa menahan hawa nafsu dan menjaga hati dari godaan-godaan setan. Agar pada bulan Ramadan berikutnya kita bisa lebih sukses dalam mendekatkan diri kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya Saw.
Ada yang mengatakan: "Hikmah puasa Ramadan adalah agar si kaya dapat merasakan bagaimana laparnya orang-orang miskin". Jika hikmah ini benar, lalu mengapa si miskin ikut berpuasa juga pada bulan Ramadan?
Ada lagi yang mengatakan: “Puasa Ramadan memiliki efek yang sangat positif terhadap kesehatan jasmani manusia”. Seandainya puasa ternyata berefek negatif, apakah kita akan meninggalkannya?
Apapun sebab, illat, kelebihan, manfaat, hikmah maupun khasiat puasa Ramadan, kewajiban tetap kewajiban. Ini adalah perintah Allah kepada kita, bukan kesepakatan antara kita dengan-Nya..!! Boleh saja seseorang mengetahui hikmah, kelebihan dan sebab diwajibkannya puasa Ramadan, namun tidaklah menjadi syarat sebelum ia mulai melaksanaknnya.
Puasa Ramadan dapat dibagi menjadi tiga bagian; Puasa awam, puasa khawash dan puasa khawashul-khawash. Puasa awam adalah menahan diri dari makanan, minuman, jima’ dan segala yang membatalkan puasa. Puasa khawas adalah menahan diri dari selain dzikir kepada Allah. Sedangkan puasa khawashul-khawash adalah menahan diri dari selain musyahadah kepada Allah..!!
Puasa awam adalah buat mereka yang masih di martabat islam. Puasa khawash untuk mereka yang di martabat iman. Sedangkan puasa khawashul-khawash untuk mereka para auliya’ Allah yang sudah mencapai derajat ihsan. Dan puasa para auliya’ tersebut bukan hanya pada bulan Ramadan saja, namun sepanjang hayat mereka.
Ramadan bagi para auliya’, biasa-biasa saja…!!! Karena mereka sudah biasa berpuasa, sebelum dan sesudah Ramadan. Sementara kita yang penuh kesilapan merasa amat berat menghadapi Ramadan yang suci itu. Apakah para auliya’ sepanjang tahun tidak makan dan tidak minum? Puasa tidak selamanya menahan perut dari makanan dan minuman, namun puasa yang sesungguhnya adalah puasa hati. Menahan lapar pada bulan kesembilan hijriah hanya semata-mata langkah awal untuk mencapai puasa hati itu. Bila seseorang telah mampu mem-puasa-kan hatinya, maka sebatas menahan lapar pada bulan Ramadan dapat dijalankan dengan amat ringan dan biasa.
"Seandainya saja umatku mengetahui keistimewaan Ramadan, maka mereka pasti mengharapkan sepanjang tahun mereka menjadi Ramadan” sabda Rasul Saw. Harapan itu adalah harapan mereka yang masih awam, sementara para auliya’ Allah Swt. sama sekali tak pernah mengharapkan itu, sebab hidup mati mereka telah menjadi Ramadan, mereka telah mencapai derajat puasa yang setinggi-tingginya.
Allah pada bulan Ramadan tidak berbeda dengan Allah pada selain bulan Ramadan. Allah tetap satu, Tuhan yang mulia, pemurah dan pengampun. Hanya saja kita yang selalu berubah-rubah. Mengapa mesti menunggu bulan Ramadan untuk banyak beribadah? Perbanyaklah ibadah kapan saja, yang penting Allah ridha… Pahala sebanyak apapun tidaklah lebih penting dari pada ridha dan rahmat-Nya.
Awalnya rahmah, pertengahannya maghfirah dan akhirnya bebas dari neraka bukan berarti bulan Ramadan dibagi tiga sebagaimana penafsiran kebanyakan orang, akan tetapi semua hari-hari Ramadan mengandung ketiga keistimewaan tersebut, dari tanggal 1 sampai 30 Ramadan ada rahmah, maghfirah sekaligus bebas dari neraka, bukan 10 hari awal saja ada rahmah, 10 hari kedua hanya ada maghfirah dan rahmahnya sudah habis, sedangkan 10 hari terakhir barulah bebas dari api neraka !! ini penafsiran yang keliru, sebab ketika ada rahmah maka sudah tentu ada maghfirah, dan bila sudah dapat maghfirah maka otomatis bebas dari api neraka, dengan demikian maka pada hari pertama Ramadan sudah ada maghfirah dan kebebasan dari neraka bagi yang benar-benar menghidupkannya, dan sepanjang Ramadan tetap ada ketiga keistimewaan itu. Bila ditafsirkan sebagaimana orang-orang menafsirkan bahwasanya 10 hari pertama rahmah, 10 hari kedua maghfirah dan 10 hari terakhir bebas dari neraka, maka bagaimana bila seseorang meninggal dunia pada hari ke-17 Ramadan? apakah ia hanya dapat rahmah dan maghfirah dan belum bebas dari api neraka ?!?
Riwayat tersebut sama dengan perkataan seseorang: "Di kantongku ada 3 jenis mata uang; yang pertama rupiah, yang kedua dolar dan yang terakhir Real, tidak berarti kantongnya terbagi tiga, melainkan satu kantong saja dan ketiga mata uang itu ada di dalamnya.
Bagaimana menghidupkan Ramadan? tiada yang lebih mulia dari pada memperbanyak dzikir, istighfar, tahlil dan selawat. Disamping solat teraweh dan tadarusan... bulan Ramadan merupakan kesempatan emas untuk memperbanyak dzikir, selawat, tahlil dan istighfar sebab pahalanya tentu akan berlipat-lipat, Rasul pernah bersabda: "Pada bulan Ramadan, pintu neraka ditutup rapat, pintu sorga dibuka selebar-lebarnya, dan para setan disandra dalam penjara". Namun mengapa masih ada maksiat? sebab walau setan telah dibelenggu namun nafsu masih dan telah terlanjur kotor.
Inti dari pada puasa Ramadan adalah melatih diri, bukan untuk selalu lapar, namun untuk biasa menahan hawa nafsu dari segala kekejian dan kebejatan. Yang mana bila hati telah menikmati puasanya, maka Ramadan ataupun selain bulan Ramadan kita tetap selalu menikmati rahmat Allah itu. Betapa banyak orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa Ramadannya selain lapar dan dahaga "Rubba sha'imin laisa lahu min shiyamihi illal-ju' wal-atasy", sehingga mereka amat sedih dengan kedatangan bulan Ramadan dan amat senang dengan kepergian Ramadan. Sementara para hamba Allah yang shalih, mereka justru menginginkan sepanjang tahun mereka adalah Ramadan. Mengapa? apakah mereka menginginkan sepanjang tahun lapar? tidak.... Sebab mereka sangat menikmati ibadah pada bulan Ramadan, yang mana pahalanya berlipat-lipat melebihi bulan-bulan sebelum dan sesudah Ramadan. Misalkan saja seorang bos mengatakan kepada pekerjanya: "Untuk setiap bulan Oktober, kamu tidak perlu banyak bekerja, namun gaji tetap, bahkan bertambah puluhan kali lipat, khusus bulan Oktober saja"... Pekerja itupun pasti mengharapkan sepanjang tahunnya seperti bulan Oktober. Seperti itulah kelebihan bulan Ramadan, ibadah tidak harus berpayah-payah, namun pahala berlipat ganda, dosa pun mudah terampuni. Siapa sih yang tidak ingin sepanjang tahun seperti Ramadan? Rasul bersabda : "Seandainya saja umatku tahu kelebihan bulan Ramadan, maka mereka pasti akan meminta dan mencita-citakan agar sepanjang tahun mereka adalah Ramadan". Maulana Syekh Mukhtar Ra. telah menyampaikan sedikit dari kelebihan Ramadan itu kepada kita.
Apapun kelebihannya, ibadah tetap ibadah, bukan hanya pada bulan Ramadan saja, namun setiap bulan, setiap hari, setiap saat dan setiap detik... sepanjang hayat dikandung badan, iringilah nafas-nafas kita dengan dzikir .... Hanya dengan dzikirlah ketenangan yang hakiki dan abadi kita bisa raih.
Jika pada bulan Ramadan kita menahan lapar dan menjaga perut dari makanan, semoga pada bulan-bulan selanjutnya kita bisa menahan hawa nafsu dan menjaga hati dari godaan-godaan setan. Agar pada bulan Ramadan berikutnya kita bisa lebih sukses dalam mendekatkan diri kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya Saw.
Ada yang mengatakan: "Hikmah puasa Ramadan adalah agar si kaya dapat merasakan bagaimana laparnya orang-orang miskin". Jika hikmah ini benar, lalu mengapa si miskin ikut berpuasa juga pada bulan Ramadan?
Ada lagi yang mengatakan: “Puasa Ramadan memiliki efek yang sangat positif terhadap kesehatan jasmani manusia”. Seandainya puasa ternyata berefek negatif, apakah kita akan meninggalkannya?
Apapun sebab, illat, kelebihan, manfaat, hikmah maupun khasiat puasa Ramadan, kewajiban tetap kewajiban. Ini adalah perintah Allah kepada kita, bukan kesepakatan antara kita dengan-Nya..!! Boleh saja seseorang mengetahui hikmah, kelebihan dan sebab diwajibkannya puasa Ramadan, namun tidaklah menjadi syarat sebelum ia mulai melaksanaknnya.
Puasa Ramadan dapat dibagi menjadi tiga bagian; Puasa awam, puasa khawash dan puasa khawashul-khawash. Puasa awam adalah menahan diri dari makanan, minuman, jima’ dan segala yang membatalkan puasa. Puasa khawas adalah menahan diri dari selain dzikir kepada Allah. Sedangkan puasa khawashul-khawash adalah menahan diri dari selain musyahadah kepada Allah..!!
Puasa awam adalah buat mereka yang masih di martabat islam. Puasa khawash untuk mereka yang di martabat iman. Sedangkan puasa khawashul-khawash untuk mereka para auliya’ Allah yang sudah mencapai derajat ihsan. Dan puasa para auliya’ tersebut bukan hanya pada bulan Ramadan saja, namun sepanjang hayat mereka.
Ramadan bagi para auliya’, biasa-biasa saja…!!! Karena mereka sudah biasa berpuasa, sebelum dan sesudah Ramadan. Sementara kita yang penuh kesilapan merasa amat berat menghadapi Ramadan yang suci itu. Apakah para auliya’ sepanjang tahun tidak makan dan tidak minum? Puasa tidak selamanya menahan perut dari makanan dan minuman, namun puasa yang sesungguhnya adalah puasa hati. Menahan lapar pada bulan kesembilan hijriah hanya semata-mata langkah awal untuk mencapai puasa hati itu. Bila seseorang telah mampu mem-puasa-kan hatinya, maka sebatas menahan lapar pada bulan Ramadan dapat dijalankan dengan amat ringan dan biasa.
"Seandainya saja umatku mengetahui keistimewaan Ramadan, maka mereka pasti mengharapkan sepanjang tahun mereka menjadi Ramadan” sabda Rasul Saw. Harapan itu adalah harapan mereka yang masih awam, sementara para auliya’ Allah Swt. sama sekali tak pernah mengharapkan itu, sebab hidup mati mereka telah menjadi Ramadan, mereka telah mencapai derajat puasa yang setinggi-tingginya.
Allah pada bulan Ramadan tidak berbeda dengan Allah pada selain bulan Ramadan. Allah tetap satu, Tuhan yang mulia, pemurah dan pengampun. Hanya saja kita yang selalu berubah-rubah. Mengapa mesti menunggu bulan Ramadan untuk banyak beribadah? Perbanyaklah ibadah kapan saja, yang penting Allah ridha… Pahala sebanyak apapun tidaklah lebih penting dari pada ridha dan rahmat-Nya.
Terdapat perbedaan anatara Shiyam dan Shaum. Shiyam adalah kewajiban sebagaimana firman-Nya: "Kutibat alaikum al-shiyam", sementara Shaum adalah hadiah sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi: "Semua ibadah manusia adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya shaum adalah bagi-Ku dan Aku akan menghadiahkannya kepada siapapun dari hamba-hambaKu". Shaum di sini adalah dzikir qolbu dan setiap ibadah yang disertai kehusyu'an hati dan roh, dan tentunya hal itu adalah karunia Tuhan yang tidak didapatkan oleh sembarang hamba. Shaum juga dapat diartikan dengan puasa sunnat sebagaimana firman-Nya: "Inni nadzartu lirrahmani shauma". Tentunya ibadah yang boleh dinazarkan adalah ibadah sunnat dan bukan ibadah wajib. Shaum (puasa sunnat) adalah yang dapat menjaga hawa nafsu pemuda yang tidak dapat menikah "Fa alaihi bil-shaum fa'innahu lahu wija'".
Puasa awam adalah shiyam, puasa khawash dalah tahap perpindahan ke shaum, sementara puasa khawashul-khawash adalah shaum.
Para pembaca yang budiman… Tiada agama seindah islam... Tiada agama semudah dan seenak islam... Hanya dengan mengucap "Tiada tuhan selain Allah, Saidina Muhammad adalah Rasulullah" dengan penuh keyakinan dan kepoercayaan, maka sudah dapat tiket gratis ke sorga "Man qala La ilaha illallah, dakhalal-jannah"... Hanya dengan mengucapkan beberapa huruf itu saja, sudah dapat tiket gratis ke sorga...
Pindah ke rukun kedua, Solat... Hanya lima solat dalam sehari, semuanya 17 raka'at saja, dan secara total di antara 24 jam perhari, hanya setengah jam saja untuk melaksanakan rukun kedua ini. Tidak mampu, boleh saja dilakukan secara duduk, atau berbaring, atau bahkan dengan isyarat sekalipun, jika berhutang (terlewatkan) tinggal dibayar (diqada'), bila musafir boleh dijama’ dan diqashar. Solat sudah diterima, rukun kedua sudah terlaksana dengan benar.... SAH...
Rukun ketiga, zakat, hanya dengan mengeluarkan beberapa saja dari harta yang kita miliki, berikan kepada yang berhak dan pada waktu yang tepat... maka selesailah rukun ketiga, telah sah dilaksankan dan diterima... Bila tidak mampu, tidak punya duit, jangan khawatir, anda tidak harus mengeluarkan zakat dan anda pun masih bisa mendapat pahala zakat karena ketidakmampuan anda itu, rukun ketiga pun telah anda laksanakan... Bila ternyata anda malah tergolong orang-orang yang berhak mendapatkan zakat... wow lebih bagus lagi itu, selamat deh.. gak perlu repot-repot...
Pindah ke rukun keempat, puasa, ngapain pada bulan puasa? gak ngapa-ngapain, santai aja,,, emangnya mau perang? Cukup dengan meninggalkan makan dan minum serta yang membatalkan puasa, dari subuh sampai maghrib selama 30 hari berturut-turut per-360 hari... Apa lagi? udah, begitu saja, puasa kita sudah diterima. Rukun keempat pun sudah beres... Seandainya seorang yang puasa pada bulan Ramadan tidur dari subuh sampai maghrib, apakah puasanya diterima? kenapa tidak? sangat sangat diterima, sebab ia telah berniat puasa lalu meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa. Tidur sama sekali tidak membatalkan puasa, justru tidurnya dapat menarik perhatian para penghuni langit, sebab tidurnya jauh lebih baik baginya dari pada ia bangun dan terjaga namun menyakiti hati orang, berbohong, mengumpat, mencaci, dan lain sebagainya. Bukankah tidur lebih membersihkan puasanya? Bahkan orang tidur telah lepas dari hisab “Anna’im hatta yastaiqiz”…. Betapa indahnya islam… (Tapi please... jangan pura-pura tidur... kita masih punya kewajiban lain)...
Tinggal satu rukun lagi... Haji, hanya bagi yang mampu saja, kalau tidak mampu, tetap mendapatkan pahala haji kerena ketidakmampuannya itu, Yang mampu harus melakukan, yang tidak mampu tidak harus melakukan, dan keduanya sama-sama tergolong telah memenuhi rukun kelima... Yang sudah melaukukan pun cukup sekali saja seumur hidup, tidak perlu mengulang lagi, enak kan?
Habislah... Islam telah dijalankan dengan baik dan benar... Anda sudah boleh masuk sorga dan bebas dari api neraka, Apa lagi maunya? selama tidak syirik, tidak menyakiti orang lain, tidak melakukan yang haram, tetap istighfar, dzikir, selawat, cinta Rasul dan Ahlul-bait serta taat kepada wali mursyid, maka selamatlah.... Jika ada yang kurang (tanpa disengaja), tenang! beliau akan menggantikan dan mengqada'nya... dan inilah yang dinamakan Syafa’at…
Ingin menambah ibadah kita? jangan khawatir, islam sudah menyiapkan sunnat-sunnat masing-masing rukun di atas... Ada solat sunnat, ada puasa sunnat, anda masih bisa bersedekah, anda boleh melakukan umrah, dan jangan lupa ada yang lebih penting, lebih berguna, lebih mudah, lebih tinggi dan lebih mulia... yaitu: Dzikir dan Selawat... sebagai ibadah sunnat rukun pertama !! Martabat islam sudah lancar, syari'at sudah terlaksana dengan mudah dan benar. Aqidah dan tauhid sudah kokoh (dengan bimbingan wali mursyid). Tinggal apa lagi? martabat iman dan ihsan? tarekat dan hakekat? jangan bingung! ikuti saja wali mursyid... jalankan tarekatnya... baca wirid-wiridnya, maka... Kullu sanah wa inta thayyib...
Agama islam begitu mudah dan indah, bukan kita yang mempermudah, akan tetapi islam memanglah mudah dari sononya, kita hanya mempertahankan kemudahan itu dan tidak mau mempersulit. Sayangnya dipersulit oleh tokoh-tokoh agama itu sendiri... para ulama' dan da'i-da'i sok tau itu... yang membuat islam begitu sulit dijalankan, sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah mengamalkan... para non-muslim pun takut masuk islam, dan malah menghina islam dan mencaci Rasul islam, siapa yang salah kalau bukan kita? kitalah penyebabnya? kita yang mempersulit agama, kita juga yang tak beretika terhadap Rasul agama. Jenggot diharuskan! Cadar diwajibkan! Peci dilazimkan! Baju koko di-taqwa-taqwa-kan dan di-islami-kan! Solat teraweh di-fardlu-kan! Makan banyak dilarang! Yang senyum diancam! Yang bermuka seram di-ahlan wa sahlan! Celana dibanjirkan dan disunnah-sunnahkan! Hukum islam sok diterapkan! Puasa diperumit! Solat dipersulit! Biro jodoh diintip-intip... Dasar ulama' amit-amit...!!
Satu pertanyaan terakhir: Mengapa beribadah? Apakah untuk masuk sorga? Seandainya saja sorga tidak ada, apakah kita masih mau beribadah? Mengapa beribadah? Apakah untuk menghindari api neraka? Bila neraka tidak ada juga, apa kita masih mau beribadah? Sekali lagi, mengapa beribadah? Untuk dapat pahala sebanyak-banyaknya? Buat apa pahala sebanyak itu? Sementara Rasul pun mengatakan bahwa seseorang yang masuk sorga bukanlah karena pahala dan amal ibadahnya..!! Lalu mengapa beribadah? Kita adalah hamba. Allah adalah Tuhan. Apapun perintah Tuhan, hamba harus laksanakan, selanjutnya, terserah Dia…!! Sorga… Neraka… Pahala… Dosa… Yang penting hamba (bila masih merasa hamba) harus tunduk dan taat kepada Tuhannya… Kecuali kalau sudah tidak merasa sebagai hamba lagi, maka selamat menjadi tuhan sendiri !! Imam Ali Ra. berkata :
إلهي ما عبدتك خوفا من نارك ولا طمعا في جنتك ولكن وجدتك أهلا للعبادة فعبدتك
Hamba tidak menyembah-Mu karena ingin masuk sorga, atau takut masuk neraka… Hamba menyembah-Mu karena Engkalulah satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan ditaati. Hamba tidak beribadah untuk mendapat pahala atau mengurangi dosa… Hamba beribadah karena menjunjung perintah-Mu saja.
Siti Rabi’ah al-Adawiah Ra. berkata dalam do’anya :
يا رب إن كنت أعبدك طمعا في جنتك فاحرمني منها وإن كنت أعبدك خوفا من نارك فاقذفني فيها . أنا عبدك لأنك تستحق العبادة
Ya Allah, bila sujudku pada-Mu karena damba sorga-Mu maka tutuplah untukku sorga itu… Dan bila hamba mengabdi karena takut neraka-Mu, maka bakarlah hamba dengan api neraka-Mu! Diri ini hanyalah hamba-Mu karena Engkaulah Tuhan yang patut disembah.
Ibadah karena takut neraka disebut Ibadatul-abid. Ibadah karena ingin sorga disebut Ibadatut-tujjar. Ibadah karena mengharap ridla Allah semata disebut Ibadatul-ahrar.
Ridha-Mu hai Tuhan… itu saja!
Mengenai malam Lailatul-Qadr, menurut keyakinan penulis, ia jatuh tepat pada malam ke-27 Ramadan setiap tahun, sebab kata Lailatul-Qadr ( ليلة القدر ) terdiri dari 9 huruf, dan Allah Swt. telah menyebut kata Lailatul-Qadr dalam al-Qur'an surat al-Qadr sebanyak 3 kali, maka 9 X 3 = 27 !!!
Dan bila diteliti dengan cermat, kita akan menemukan surat al-Qadr juga terdiri dari 27 kata :
1. Inna
2. Anzalnahu
3. Fi
4. Lailat
5. al-Qadr
6. Wama adraka
7. Ma
8. Lailat
9. al-Qadr
10. Lailat
11. al-Qadr
12. Khairun
13. Min alfi
14. Syahr
15. Tanazzal
16. al-Mala'ikatu
17. wal-Ruhu
18. Fiha
19. Bi'idzni
20. Rabbihim
21. Min kulli
22. Amr
23. Salamun
24. Hiya
25. Hatta
26. Mathla'
27. al-Fajr
Shadaqallahul-Azim
Referensi :
1. Pengajian-pengajian Maulana Syekh Mukhtar Ali Muhammad al-Dusuqi Ra. (Syekh Tarekat Dusuqiyah Muhammadiyah),
2. Surat kabar Shautul-Ummah Mesir edisi 18 Oktober 2004,
3. Surat kabar al-Buhairah wal-Aqalim Mesir edisi ke-148 tahun 2004, edisi ke-197 tahun 2006 dan edisi ke-219 tahun 2007,
4. Majalah Tasawuf Islami Mesir edisi September 2007,
5. Dan lain-lain.
0 Response to "MEMAKNAI HAKEKAT BULAN RAMADHAN! SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 1435 H. "
Post a Comment