A. Makna Saling Menasehati dan Berbuat
Ihsan
Nasihat berasal dari bahas Arab, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia nasihat diartikan secara sederhana mauizah yaitu; ajaran atau pelajaran yang
baik; atau diartikan anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik, kehendak baik. Saling
menasihati berarti saling menganjurkan kebaikan, saling menghendaki kebaikan,
dan saling mengingatkan. Dalam al-Qur’an
tidak didapati kata nasihat kecuali akar kata seperti kata nashahû نَصَحُوا yang berarti ikhlas nasihat kepada Allah dalam QS. Al-Taubah/9: 91 dan kata Nâshihun berarti penasehat
dalam QS. Al-A’raf/7: 68.
Kata
“nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Tamim al-Dariy, Rasulullah saw bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ
لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
(صحيح مسلم)
Agama
itu nasihat, kami bertanya: Untuk siapa ? Beliau menjawab untuk Allah,
kitab-Nya, Rasul-Nya, para pimpinan kaum msulimin dan umumnya kaum msulimin.
(HR. Muslim)
Mayoritas
isi kandungan agama adalah nasihat. Ada beberapa pengertian nasihat yang
berbeda bergantuk konteks kepada siapa nasihat itu diberika. Al-Khathabiy dan
ulama lain memberikan arti nasihat sebagaimana
yang dikutib oleh al-Nawawi pada sayarah Muslim sebagai berikut:
1.
Nasihat untuk Allah
diartikan beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mematuhi segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
2.
Nasihat bagi kitab
Allah, maknanya beriman keagungan kalam Allah al-Qur’an, membaca, memahami dan
mengamalkannya
3.
Nasihat kepada
Rasul-Nya, maknanya mengimani kebenarannya, patuh segala yang datang dari
padanya dan menghidupkan Sunah-sunahnya
4.
Nasihat terhadap para
pimpinan umat Islam, artinya membantu mereka dalam melaksanakan kebenaran, taat
segala perintahnya dan memberikan masukan saran secara sopan jika mereka
menyimpang.
5.
Nasihat kepada kaum
muslimin semuanya, artinya memberikan petunjuk dan bimbingan kepada mereka
untuk kemaslahatan dunia dan akhirat serta mencegah gangguan mereka.[1]
Kata Nasihat
sinonim mauizhah sebagaimana
yang disebutkan akar kata pada QS. Lukman/31 : 13 mauizhanya Lukman terhadap
anaknya.
Sedangkan
Ihsan secara sederhana diartikan berbuat
baik. Berbuat baik adakalanya dalam ibadah dan adakalanya bermuamalah dengan
sesame manusia. Ihsan dalam ibadah sebagaimana Hadis Rasulillah ketika ditanya
oleh Jibril:
قَالَ
فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَاِن قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهِ كَأَنــَّـكَ
تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ …(رواه مسلم)
Kemudian dia
berkata lagi, “Beritakan padaku tentang
Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah
melihat kamu”…(HR. Muslim)
Ihsan dalam ibadah
berarti membaguskan ibadah, yaitu menyembah Allah seolah melihat-Nya atau kalau
tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kita. Maknanya usahakan ibadahnya dibuat yang paling bagus
dengan menjaga adab dan tata kramanya baik lahir maupun batin, terutama,
keikhlasan, kekhusyu’an dan ke khudhu’annya. Sedangkan ihsan berbuat
baik dalam bermuamalah dengan sesama saudara
dengan shilatur rahim, membantu kerepotan dan kekurangannya.
B.Ayat
al-Qur’an dan Hadis Nabi Tentang Saling Nasehat dan Ihsan
Firman
Allah dalam QS. Lukman/31 : 13-14 tentang nasihat
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ (13)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)
Kosa kata:
يَعِظُهُ = memberi nasihat akan dia , memberi mau’izhah kepadanya
لَظُلْمٌ = sungguh kegelapan, penganiayaan
وَفِصَالُهُ =bersapih
dari susuan
Terjemahan:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. 31:13)
Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)
Firman
Allah QS. al-Baqarah/2: 83
tentang berbuat ihsan. Namun di sini paparkan QS. al-Nisa/4 : 36 mengingat QS.
al-Baqarah/2: 83 sudah
dibahas pada bab sebelumnya KD 3.5. materi kelas 3 SMP tentang tata kraman dan
sopan santun. Pada bab ini diganti dengan ayat yang senada atau hamper sama
kandungannya.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Kosa
Kata:
إِحْسَانًا = berbuat baik
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى = tetangga dekat
وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ = tetangga yang
jauh
Terjemahan:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.(QS.2:
Hadis tentang memberi mau’izhah adalah sebagaimana Hadits berikut:
عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ
وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ
صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ
مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا
تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا
ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ ُ (أخرجه الترمذي)
Dari `Irbadh bin sariyah berkata : Rasulullah saw pernah memberikan
mauizhah kepada kita pada suatu hari setelah shalat shubuh dengan nasihat yang
mengharukan sehingga meneteskan air mata dan membuat hati menjadi takut. Maka
ada seorang laki-laki bertanya : “Apakah ini mauizhah terakhir apa yang engkau
sampaikan kepada kita Ya Rasulullah ?” Beliau bersabda : Aku wasiatkan kepada
kalian hendaklah taqwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada pimpinan
sekalipun ia seorang hamba Habsyi (berkulit hitam). Sesungguhnya siapa di antara kalian yang
hidup nanti akan melihat banyak perpecahan dan perbedaan, jauhilah hal-hal yang
baru sesungguhnya ia adalah sesat. Barang siapa di antara kalian yang
mendapatinya maka ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur-Rasyidin yang mendapat
petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu. (HR. al-Turmudzi, Hadis Hasan Shahih)
C. Nasihat Bersyukur Kepada
Allah,
Sebagaimana dijelaskan pada QS.
Lukman/31 : 13-14 tentang nasehat Lukman al-Hakim kepada anaknya. Lukman
al-Hakim adalah seorang ahli hikmah bukan seorang Nabi yang diberi wahyu.[2]
Al-Hikmah artinya paham agama diberi akal yang kritis dan selalu benar.[3]
Isi nasihat agar anak kesayangannya beryukur kepada Allah tidak meyekutukan-Nya (tidak syirik) dengan sesuatu karena
susungguhnya syirik itu suatu penganiayaan
yang agung. Nasihat syukur kepada anak Lukman sebagaimana perintah Allah kepada Lukman agar
bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikannya. Perintah
syukur dengan tegas disebutkan pada ayat sebelumnya yakni QS. Lukman/31 : 12.
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ
لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ
غَنِيٌّ حَمِيد
Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmat kepada Luqman, yaitu:"Bersyukurlah kepada Allah.Dan barangsiapa
yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. 31:12)
Perintah bersyukur kepada
Allah juga diulangi dan diperkuat pada ayat 14 Surat Lukman أَنِ اشْكُرْ لِي hendaklah engkau
bersyukur kepada-Ku. Bersyukur kepada Allah berarti taat dan taqwa kepadanya,
sebagaimana mau’izhah Nabi kepada para sahabat dengan suatu mau’izhah yang
meneteskan air mata dan menggetarkan hati agar para sahabat taqwa kepada Allah
swt. Rasul bersaabda: أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ Aku wasiatkan kepada kalian agar takwa kepada
Allah.
Isi mau’izhah yang diberikan Nabi Muhammd pada
Hadis di atas realisasi syukur kepada Allah
yaitu taqwa, taat kepada pimpinan
sekalipun dipimpin seorang hamba yang
rendah berkulit hitam dan berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah
para sahabat Khulafaur Rasyidin.
D. Nasihat Berterima Kasih
Kepada Kedua Orang Tua
Redaksi ayat di atas menunjukkan betapa agung dan
tingginya bersyukur kepada kedua orang
tua yang dijatuhkan setelah perintah menyembah kepada Allah. Orang tua adalah
manusia pertama dan utama di antara sekian banyak manusia yang lebih berhak
manerima kebaikan dari anak-anaknya.
Karena sebab adanya orang tua inilah anak menjadi ada. Andaikata tidak ada
orang tua, anak tidak mungkin wujud di
bumi ini. Dari orang tua inilah anak lahir, karena kasih sayang orang tua
inilah anak bisa hidup dengan sempurna, dengan perhatian orang tua inilah anak
menjadi dewasa bahkan dengan
kesungguhan orang tua inilah anak menjadi orang yang pandai dan berkat do’a
orang tua inilah anak menjadi orang
sukses.
Karena besar jasa orang
tua inilah mulai mengandung yang sangat berat dan menyusui selama 2 tahun. Anak
diperintah bersyukur, hormat da patuh kepada kedua orang tua setelah bersyukur
kepada Allah. Firman Allah QS. Lukman/31
: 13-14
أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu dan kepada-Kulah tempat kembali
Anak sekalipun menjadi pejabat teratas tetap
harus hormat kepada orang tua. Anak sekalipun menjadi orang pandai dan lebih pandai dari pada orang tuanya tetap
harus taat kepada orang tua. Orang tua ibarat seperti al-Qur’an sekalipun sudah
rusak tetap harus dihormati tidak boleh dihina, diremehkan dan diinjak-injak apalagi al-Qur’an yang masih bagus.
D. Berbuat Ihsan Kepada Allah
Perintah berbuat Ihsan (berbuat
baik) secara seimbang, yakni berbuat
ihsan kepada Allah dan berbuat Ihsan kepada manusia sebagaimana Allah firmankan
pada QS. al-Nisa/4 : 36
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Dan sembahlah Allah jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua. Ibadah kebada Allah berarti:
عبادة اللّه هى الخضوع له وتمكين هيبته
وعظمته من النفس ، والخشوع لسلطانه فى السر والجهر
Ibadah kepada Allah adalah tunduk (khudhu’) kepada-Nya dan
menghayati dalam jiwa akan kehaibatan da
keagungan-Nya serta khusyu’ terhadap
kerajaan-Nya baik dalam sembunyi maupun terbuka.[4]
Pengertian ibadah di atas
sudah memasukkan makna ihsan kepada Allah yakni beribadah secara khudhu’ dan
khusyu’. Perintah menyembah kepada Allah, artinya taat segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya dengan rasa rendah hati, dan rendah diri disertai
rasa cinta dan agung. Ihsan dalam beribadah maknanya sebagaimana penjelasan di
atas menyembah kepada Allah dengan
sebaik-baiknya dengan menjalankan wajib dan sunah-sunahnya bahkan adab-adabnya,
menjauhi yang membatalkan, yang haram dan yang makruh. Ihsan dalam ibadah
adalah melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya yakni dengan khusyu’ dan
khudhu’. Ibadah yang baik adalah ibadah yang dikerjakan seolah-olah melihat Allah atau Allah meliht
engkau.
E. Berbuat Ihsan Kepada Sesama
Manusia
Berbaut Ihsan atau
berbuat baik dengan sesama manusia
setelah berbuat baik dengan Allah swt. Berbuat ihsan sesuai dengan urutan dalam
al-Qur’an mesti orang tua terlebih dahulu kemudian yang terdekat dan yang
terdekat.Urutannya sesuai dengan urutan al-Qur’an yaitu:
1. Kedua orang
tua, dialah yang melahirkan dan membesarkan menjadi manusia yang sempurna.
2. Kerabat, orang yang dekat hubungan keturunan seperti anak, cucu, saudara kandung, paman, bibik dan seterusnya. Mereka lebih berhak menerima ihsan (kebikan) dari saudaranya, karena mereka orang yang terdekat kepada orang tua.Berbuat Ihsan kepda kerabat setelah berbuat ihsan kepada kedua orang tua dan setelah berbuat ihsan kepada Allah swt.
Al-Maraghiy mengatakan, jika seseorang
telah melakukan ihsan kepada Allah, maka lulurs imannya dan baik amalnya. Jika
seseorang telah melaksanakan hak-haka orang tua dengan baik, maka menjadi baik
pula rumah tangganya dan kemuarganya. Dan jika penghuni rumah itu saling
berbuat baik kepada kerabtnya, maka rumah tangga itu memiliki potensi yang
besar untuk membentuk persatuan umat.[5]
3.
Yatim,
seorang anak yang ditinggal wafat bapaknya. Bapak yang menjadi harapan masa
depannya telah tiada, sementara sang ibu tidak semampu bapak untuk mencukupi
dan memenuhi kehidupan sang anak, terutama dalam pendidika masa depan si anak. Tanggung jawab ihsan
dipikulkan kepada seluruh umat Islam yang ada kamampuan. Dalam ayat ini
kedudukan yatim disandingkan dengan kerabatlum kerabat da yakni setelah kerabat
dan sebelum miskin, seolah yatim dijadikan bagian kerabat kaum muslimin.
4.
Miskin,
orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan tidak mampu mencukupi kebutuhan
keluarganya. Miskin perlu mendapat ihsan dari kaum muslimin agar kondisi
masyarakat mendapat ketenangan dan tidak timbul pencurian atau kejahatan. Miskin
ada dua macam; miskin yang uzur karena kelemahannya tidak mampu berusaha perlu
mendapaat ihsan. Kedua miskin yang tidak uzur orang yang miskin karena hidup
berpoya-poya, bentuk ini perlu mendapat nasihat dan petunjuk mencari pekerjaan.
5.
Tetangga
dekat, sebagian ahli Tafsir ada yang mengartikan tetangga yang masih ada
hubungan kerabat atau tetangga yang dekat rumahnya sebagian pendapat sorang
muslim
6.
Tetangga
jauh, tetangga yang jauh rumahnya tetpi masih dinamai tetangga atau diartikan
perantau) singkatnya tetangga baik dekat maupun jauh.
Sebagian pendapat tetangga jauh adalam
non muslim seperti Yahudi dan Nashrani. Sebagian pendapat mengatakan tetangga
adalah 40 rumah di berbagai arah, atau
mereka yang mendengar adzan.
7.
Teman
sejawat, teman sepekerja, teman musafir,
teman, murid, dan istri.[6]
8.
Budak,
seorang berstatus budak.
G. Bentuk-Bentuk Perbuatan Ihsan Kepada Sesama Manusia
Bentuk berbuat Ihsan dengan
sesama manusia dalam berbagai bentuk,ucapan, perbuatan dan sikap, secara moral
maupun material dan social yang disebut dengan shialaturahim. Pengertian Shilaturrahim secara
terminologi menurut al-Shan`ani dan Ibn
al-Atsir adalah sebagai berikut :
صلة الرحم كناية
عن الإحسان الى الأقربين من ذوى النسب
والأصهار والتعطف عليهم والرفق بهم والرعاية لأحوالهم وكذلك ان بعدوا أي أساءوا.
Artinya : “Shilat al-rahim adalah suatu ungkapan perbuatan baik terhadap kerabat baik karena
keturunan atau persambungan, perbuatan kasih sayang, dan pemeliharaan kondisi
mereka sekalipun berbuat jahat.”[7]
Pengertian Shilat al-rahim di atas
menunjukkan adanya akumulasi perbuatan baik (ihsan) yang mencakup segala perbuatan baik karena
konteksnya dalam hubungan sosial (mu`amalah) bukan dalam ibadah[8] yang bersifat lebih umum baik lahir
dan batin, bersifat materi dan immateri, tanpa batasan bentuk dan ruang waktu
tertentu. Demikian juga dalam shilat al-rahim mempunyai rasa tanggung jawab
yang lebih besar terhadap kerabat, keluarga, dan sanak famili, baik dalam moral
dan material, sosial dan agama yang didasarkan pada kasih sayang yang lebih tinggi pula, karena mereka adalah
bagian dari darah daging yang dilahirkan dari kandungan (rahim) sang ibunya sendiri. Jadi
shilat al-rahim bukan identik dengan berlebaran yang diartikan secara sangat
sederhana yakni kunjungan, pertemuan,
dan minta maaf atau halal bi halal, apa lagi dibatasi pada saat-saat tertentu saja.
Mungkin dapat dikatakan bahwa unshur-unshur dalam berlebaran dan dalam halal bi
halal terdapat bagian dari shilat al-rahim.
H. Rangkuman
Makna
nasehat beragam intinya anjuran (petunjuk,
peringatan, teguran) yang baik, kehendak baik. Saling
menasihati berarti saling menganjurkan kebaikan, saling menghendaki kebaikan,
dan saling mengingatkan. Kata
“nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim bahwa agama itu
nasihat. Sedangkan Ihsan secara sederhana
diartikan berbuat baik. Berbuat baik adakalanya dalam ibadah dan
adakalanya bermuamalah dengan sesama manusia.
Isi kandungan QS. Lukman/31 :
13-14 bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kdua orang tua. Syukur kepada
Allah berarti taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba
yang rendah berkulit hitam dan berpegang
teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur Rasyidin. Sedang
bersyukur kepada kedua orang tua adalah hormat da patuh mereka. Isi kandungan QS. al-Nisa/4
: 36 Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik) secara seimbang, yakni berbuat ihsan kepada
Allah dan berbuat Ihsan kepada manusia; dua orang tua ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Bentuk bererbuat Ihsan
dengan sesama manusia dalam berbagai bentuk,ucapan, perbuatan dan sikap,
secara moral maupun material dan social yang disebut dengan shialaturahim.
[1] Al-Nawawiy, Muslim bi Syarh al-Nawawiy, (Cairo
: Dâr al-Fajr, 1420), juz 2, h.38-39
[2] Abu al-Fidâ’ al-Dimasyqiy, Tafsir
al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibnu Katsîr), (ttp. Dar Thibah, 1999), h. 412
[3] Al-Jazairiy, Aisar al-Tafâsîr, h. 412
[5] Al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy, h. 32
[6] M al-Syaukaniy, Fath al-Qadîr…, h.
[7] al-Shan`ani, Subul al-Salam, (Semarang : Thaha
Putra, tth.), Juz 4, h. 160
[8] Ihasan ada kalanya dalam
ibadah dan dalam mu`amalah. Ihsan dalam ibadah, sebagaimana jawaban Nabi
ketika ditanya oleh Jibril : “Apa itu Ihsan ?” “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah
melihat-Nya atau sesungguhnya Allah
melihat engkau.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan Ihsan dalam mu`amalah
sebagaimana penjelasan beberapa ayat
al-Qur’an yang perintah berbuat ihsan kepada orang tuan, kerabat, miskin, tetangga dekat, tetangga jauh,
teman sejawat, dan lain-lain. Lihat : QS. Al-Baqarah/2: 83 dan
al-Nisa/4: 36. Ihsan dalam mu`amalah
inilah yang dimaksudkan dalam shilaturrahim.
0 Response to "MEMAHAMI MAKNA MENASEHATI DAN BERBUAT IHSAN"
Post a Comment