MEMAHAMI MAKNA MENASEHATI DAN BERBUAT IHSAN




A.  Makna Saling Menasehati dan Berbuat Ihsan

Nasihat berasal dari bahas Arab, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  nasihat diartikan  secara sederhana mauizah yaitu; ajaran atau pelajaran yang baik; atau diartikan anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik, kehendak baik. Saling menasihati berarti saling menganjurkan kebaikan, saling menghendaki kebaikan, dan saling mengingatkan.  Dalam al-Qur’an tidak didapati kata nasihat kecuali akar kata seperti kata  nashahû نَصَحُوا  yang berarti ikhlas nasihat kepada Allah  dalam QS. Al-Taubah/9: 91  dan kata Nâshihun berarti  penasehat

dalam QS. Al-A’raf/7: 68.

Kata “nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang diriwayatkan oleh  Muslim dari  Tamim al-Dariy, Rasulullah saw bersabda:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ (صحيح مسلم)

Agama itu nasihat, kami bertanya: Untuk siapa ? Beliau menjawab untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pimpinan kaum msulimin dan umumnya kaum msulimin. (HR. Muslim)

            Mayoritas isi kandungan agama adalah nasihat. Ada beberapa pengertian nasihat yang berbeda bergantuk konteks kepada siapa nasihat itu diberika. Al-Khathabiy dan ulama lain memberikan arti nasihat sebagaimana  yang dikutib oleh al-Nawawi pada sayarah Muslim sebagai berikut:

1.      Nasihat untuk Allah diartikan beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

2.      Nasihat bagi kitab Allah, maknanya beriman keagungan kalam Allah al-Qur’an, membaca, memahami dan mengamalkannya

3.      Nasihat kepada Rasul-Nya, maknanya mengimani kebenarannya, patuh segala yang datang dari padanya dan menghidupkan Sunah-sunahnya

4.      Nasihat terhadap para pimpinan umat Islam, artinya membantu mereka dalam melaksanakan kebenaran, taat segala perintahnya dan memberikan masukan saran secara sopan jika mereka menyimpang.

5.      Nasihat kepada kaum muslimin semuanya, artinya memberikan petunjuk dan bimbingan kepada mereka untuk kemaslahatan dunia dan akhirat serta mencegah gangguan mereka.[1]

Kata  Nasihat   sinonim  mauizhah sebagaimana yang disebutkan akar kata pada QS. Lukman/31 : 13 mauizhanya Lukman terhadap anaknya.

            Sedangkan Ihsan secara sederhana  diartikan berbuat baik. Berbuat baik adakalanya dalam ibadah dan adakalanya bermuamalah dengan sesame manusia. Ihsan dalam ibadah sebagaimana Hadis Rasulillah ketika ditanya oleh Jibril:

قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَاِن قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهِ كَأَنــَّـكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ   …(رواه مسلم)

Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan  padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kamu”…(HR. Muslim)



Ihsan dalam ibadah berarti membaguskan ibadah, yaitu menyembah Allah seolah melihat-Nya atau kalau tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kita. Maknanya  usahakan ibadahnya dibuat yang paling bagus dengan menjaga adab dan tata kramanya baik lahir maupun batin, terutama, keikhlasan,  kekhusyu’an  dan ke khudhu’annya. Sedangkan ihsan berbuat baik dalam bermuamalah dengan sesama saudara  dengan shilatur rahim, membantu kerepotan dan kekurangannya.



B.Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi  Tentang  Saling Nasehat dan Ihsan

Firman Allah dalam QS. Lukman/31 : 13-14 tentang nasihat

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)

Kosa kata:

يَعِظُهُ = memberi nasihat akan dia , memberi mau’izhah kepadanya

لَظُلْمٌ = sungguh kegelapan, penganiayaan

وَفِصَالُهُ =bersapih dari susuan

Terjemahan:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. 31:13)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)



Firman Allah QS.  al-Baqarah/2: 83 tentang berbuat ihsan. Namun di sini paparkan QS. al-Nisa/4 : 36    mengingat  QS.  al-Baqarah/2: 83 sudah dibahas pada bab sebelumnya KD 3.5. materi kelas 3 SMP tentang tata kraman dan sopan santun. Pada bab ini diganti dengan ayat yang senada atau hamper sama kandungannya.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Kosa Kata:

إِحْسَانًا = berbuat baik

وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى = tetangga dekat

وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ = tetangga  yang jauh

Terjemahan:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.(QS.2:



      Hadis  tentang  memberi mau’izhah adalah sebagaimana   Hadits berikut:

عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ ُ (أخرجه الترمذي)

Dari `Irbadh bin sariyah berkata : Rasulullah saw pernah memberikan mauizhah kepada kita pada suatu hari setelah shalat shubuh dengan nasihat yang mengharukan sehingga meneteskan air mata dan membuat hati menjadi takut. Maka ada seorang laki-laki bertanya : “Apakah ini mauizhah terakhir apa yang engkau sampaikan kepada kita Ya Rasulullah ?” Beliau bersabda : Aku wasiatkan kepada kalian hendaklah taqwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada pimpinan sekalipun ia seorang hamba Habsyi (berkulit hitam).  Sesungguhnya siapa di antara kalian yang hidup nanti akan melihat banyak perpecahan dan perbedaan, jauhilah hal-hal yang baru sesungguhnya ia adalah sesat. Barang siapa di antara kalian yang mendapatinya maka ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur-Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu. (HR. al-Turmudzi, Hadis Hasan Shahih)

  

C.  Nasihat  Bersyukur Kepada Allah,

Sebagaimana dijelaskan  pada QS. Lukman/31 : 13-14 tentang nasehat Lukman al-Hakim kepada anaknya. Lukman al-Hakim adalah seorang ahli hikmah bukan seorang Nabi yang diberi wahyu.[2] Al-Hikmah artinya paham agama diberi akal yang kritis dan selalu benar.[3] Isi nasihat agar anak kesayangannya beryukur kepada Allah  tidak meyekutukan-Nya  (tidak syirik) dengan sesuatu karena susungguhnya syirik itu suatu penganiayaan  yang agung. Nasihat syukur kepada anak Lukman  sebagaimana perintah Allah kepada Lukman agar bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikannya. Perintah syukur dengan tegas disebutkan pada ayat sebelumnya yakni  QS. Lukman/31 : 12.

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيد

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:"Bersyukurlah kepada Allah.Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. 31:12)



Perintah bersyukur kepada Allah juga diulangi dan diperkuat pada ayat 14 Surat Lukman  أَنِ اشْكُرْ لِي  hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku. Bersyukur kepada Allah berarti taat dan taqwa kepadanya, sebagaimana mau’izhah Nabi kepada para sahabat dengan suatu mau’izhah yang meneteskan air mata dan menggetarkan hati agar para sahabat taqwa kepada Allah swt. Rasul bersaabda: أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ  Aku wasiatkan kepada kalian agar takwa kepada Allah.

                      Isi mau’izhah yang diberikan Nabi Muhammd pada Hadis di atas realisasi syukur kepada Allah  yaitu  taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang  rendah berkulit hitam dan berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur Rasyidin.



D. Nasihat  Berterima Kasih Kepada Kedua Orang Tua

Redaksi  ayat di atas menunjukkan betapa agung dan tingginya bersyukur  kepada kedua orang tua yang dijatuhkan setelah perintah menyembah kepada Allah. Orang tua adalah manusia pertama dan utama di antara sekian banyak manusia yang lebih berhak manerima kebaikan dari  anak-anaknya. Karena sebab adanya orang tua inilah anak menjadi ada. Andaikata tidak ada orang tua,  anak tidak mungkin wujud di bumi ini. Dari orang tua inilah anak lahir, karena kasih sayang orang tua inilah anak bisa hidup dengan sempurna, dengan perhatian orang tua inilah anak menjadi dewasa   bahkan dengan kesungguhan orang tua inilah anak menjadi orang yang pandai dan berkat do’a orang tua inilah anak menjadi orang  sukses.

Karena besar jasa orang tua inilah mulai mengandung yang sangat berat dan menyusui selama 2 tahun. Anak diperintah bersyukur, hormat da patuh kepada kedua orang tua setelah bersyukur kepada Allah.  Firman Allah QS. Lukman/31 : 13-14

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu dan kepada-Kulah tempat kembali

 Anak sekalipun menjadi pejabat teratas tetap harus hormat kepada orang tua. Anak sekalipun menjadi orang pandai  dan lebih pandai dari pada orang tuanya tetap harus taat kepada orang tua. Orang tua ibarat seperti al-Qur’an sekalipun sudah rusak tetap harus dihormati tidak boleh dihina, diremehkan  dan diinjak-injak apalagi  al-Qur’an yang masih bagus.

D.    Berbuat Ihsan Kepada Allah



Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik)  secara seimbang, yakni berbuat ihsan kepada Allah dan berbuat Ihsan kepada manusia sebagaimana Allah firmankan pada QS. al-Nisa/4 : 36 

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا 

Dan sembahlah Allah jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. Ibadah kebada Allah berarti:

عبادة اللّه هى الخضوع له وتمكين هيبته وعظمته من النفس ، والخشوع لسلطانه فى السر والجهر

Ibadah kepada Allah adalah tunduk (khudhu’) kepada-Nya dan menghayati dalam jiwa akan  kehaibatan da keagungan-Nya  serta khusyu’ terhadap kerajaan-Nya baik dalam sembunyi maupun terbuka.[4]

 Pengertian ibadah di atas sudah memasukkan makna ihsan kepada Allah yakni beribadah secara khudhu’ dan khusyu’. Perintah menyembah kepada Allah, artinya taat segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan rasa rendah hati, dan rendah diri disertai rasa cinta dan agung. Ihsan dalam beribadah maknanya sebagaimana penjelasan di atas  menyembah kepada Allah dengan sebaik-baiknya dengan menjalankan wajib dan sunah-sunahnya bahkan adab-adabnya, menjauhi yang membatalkan, yang haram dan yang makruh. Ihsan dalam ibadah adalah melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya yakni dengan khusyu’ dan khudhu’. Ibadah yang baik adalah ibadah yang dikerjakan  seolah-olah melihat Allah atau Allah meliht engkau.



E.     Berbuat  Ihsan Kepada Sesama Manusia

Berbaut Ihsan atau berbuat baik  dengan sesama manusia setelah berbuat baik dengan Allah swt. Berbuat ihsan sesuai dengan urutan dalam al-Qur’an mesti orang tua terlebih dahulu kemudian yang terdekat dan yang terdekat.Urutannya sesuai dengan urutan al-Qur’an yaitu:

1.   Kedua orang tua, dialah yang melahirkan dan membesarkan menjadi manusia yang sempurna.



2.  Kerabat, orang yang dekat hubungan keturunan seperti anak, cucu, saudara kandung, paman, bibik dan seterusnya. Mereka lebih berhak menerima ihsan (kebikan) dari saudaranya, karena mereka orang yang terdekat kepada orang tua.Berbuat Ihsan kepda kerabat setelah berbuat ihsan kepada kedua orang tua dan setelah berbuat ihsan kepada Allah swt.

Al-Maraghiy mengatakan, jika seseorang telah melakukan ihsan kepada Allah, maka lulurs imannya dan baik amalnya. Jika seseorang telah melaksanakan hak-haka orang tua dengan baik, maka menjadi baik pula rumah tangganya dan kemuarganya. Dan jika penghuni rumah itu saling berbuat baik kepada kerabtnya, maka rumah tangga itu memiliki potensi yang besar untuk membentuk persatuan umat.[5]

3.            Yatim, seorang anak yang ditinggal wafat bapaknya. Bapak yang menjadi harapan masa depannya telah tiada, sementara sang ibu tidak semampu bapak untuk mencukupi dan memenuhi kehidupan sang anak, terutama dalam pendidika masa  depan si anak. Tanggung jawab ihsan dipikulkan kepada seluruh umat Islam yang ada kamampuan. Dalam ayat ini kedudukan yatim disandingkan dengan kerabatlum kerabat da yakni setelah kerabat dan sebelum miskin, seolah yatim dijadikan bagian kerabat kaum muslimin.

4.            Miskin, orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Miskin perlu mendapat ihsan dari kaum muslimin agar kondisi masyarakat mendapat ketenangan dan tidak timbul pencurian atau kejahatan. Miskin ada dua macam; miskin yang uzur karena kelemahannya tidak mampu berusaha perlu mendapaat ihsan. Kedua miskin yang tidak uzur orang yang miskin karena hidup berpoya-poya, bentuk ini perlu mendapat nasihat dan petunjuk mencari pekerjaan.

5.            Tetangga dekat, sebagian ahli Tafsir ada yang mengartikan tetangga yang masih ada hubungan kerabat atau tetangga yang dekat rumahnya sebagian pendapat sorang muslim

6.            Tetangga jauh, tetangga yang jauh rumahnya tetpi masih dinamai tetangga atau diartikan perantau) singkatnya tetangga baik dekat maupun jauh.

Sebagian pendapat tetangga jauh adalam non muslim seperti Yahudi dan Nashrani. Sebagian pendapat mengatakan tetangga adalah 40  rumah di berbagai arah, atau mereka yang mendengar adzan.

7.            Teman sejawat, teman sepekerja, teman  musafir, teman, murid, dan istri.[6] 

8.            Budak, seorang berstatus budak.



G. Bentuk-Bentuk Perbuatan Ihsan Kepada Sesama Manusia

Bentuk berbuat Ihsan  dengan sesama manusia dalam berbagai bentuk,ucapan, perbuatan dan sikap, secara moral maupun material dan social yang disebut dengan shialaturahim. Pengertian Shilaturrahim secara terminologi menurut  al-Shan`ani dan Ibn al-Atsir adalah sebagai berikut :

صلة الرحم كناية عن الإحسان الى الأقربين  من ذوى النسب والأصهار والتعطف عليهم والرفق بهم والرعاية لأحوالهم وكذلك ان بعدوا أي أساءوا. 

 Artinya : “Shilat al-rahim adalah suatu ungkapan  perbuatan baik terhadap kerabat baik karena keturunan atau persambungan, perbuatan kasih sayang, dan pemeliharaan kondisi mereka sekalipun berbuat jahat.”[7] 

            Pengertian Shilat al-rahim di atas menunjukkan adanya akumulasi perbuatan baik (ihsan)  yang mencakup segala perbuatan baik karena konteksnya dalam hubungan sosial (mu`amalah) bukan dalam ibadah[8] yang bersifat lebih umum baik lahir dan batin, bersifat materi dan immateri, tanpa batasan bentuk dan ruang waktu tertentu. Demikian juga dalam shilat al-rahim mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap kerabat, keluarga, dan sanak famili, baik dalam  moral  dan material, sosial dan agama yang didasarkan pada kasih sayang  yang lebih tinggi pula, karena mereka adalah bagian dari darah daging yang dilahirkan dari kandungan (rahim) sang ibunya sendiri.    Jadi shilat al-rahim bukan identik dengan berlebaran yang diartikan secara sangat sederhana yakni  kunjungan, pertemuan, dan minta maaf atau halal bi halal, apa lagi  dibatasi pada saat-saat tertentu saja. Mungkin dapat dikatakan bahwa unshur-unshur dalam berlebaran dan dalam halal bi halal terdapat bagian dari shilat al-rahim.

H. Rangkuman

Makna nasehat beragam intinya anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik, kehendak baik. Saling menasihati berarti saling menganjurkan kebaikan, saling menghendaki kebaikan, dan saling mengingatkan. Kata “nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang diriwayatkan oleh  Muslim bahwa agama itu nasihat. Sedangkan Ihsan secara sederhana  diartikan berbuat baik. Berbuat baik adakalanya dalam ibadah dan adakalanya bermuamalah dengan sesama manusia.

            Isi kandungan QS. Lukman/31 : 13-14 bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kdua orang tua. Syukur kepada Allah berarti taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang  rendah berkulit hitam dan berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur Rasyidin. Sedang bersyukur kepada kedua orang tua adalah hormat da patuh  mereka.  Isi kandungan QS. al-Nisa/4 : 36 Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik)  secara seimbang, yakni berbuat ihsan kepada Allah dan berbuat Ihsan kepada manusia; dua orang tua ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Bentuk bererbuat Ihsan  dengan sesama manusia dalam berbagai bentuk,ucapan, perbuatan dan sikap, secara moral maupun material dan social yang disebut dengan shialaturahim.






[1] Al-Nawawiy, Muslim bi Syarh al-Nawawiy, (Cairo : Dâr al-Fajr, 1420),  juz 2, h.38-39
[2] Abu al-Fidâ’  al-Dimasyqiy, Tafsir al-Qur’an al-Azhîm (Tafsir Ibnu Katsîr), (ttp. Dar Thibah, 1999), h. 412
[3] Al-Jazairiy, Aisar al-Tafâsîr, h. 412

[4] Al-Maraghi, Tafsir Syeikh al-Maraghiy, (Mesir: al-halabiy, tth), h. 32
[5] Al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy, h. 32
[6] M al-Syaukaniy, Fath al-Qadîr…, h.
[7] al-Shan`ani,  Subul al-Salam, (Semarang : Thaha Putra, tth.), Juz 4, h. 160
[8] Ihasan ada kalanya dalam  ibadah dan dalam mu`amalah. Ihsan dalam ibadah, sebagaimana jawaban Nabi ketika ditanya oleh Jibril : “Apa itu Ihsan ?”  “Ihsan adalah  engkau menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya atau  sesungguhnya Allah melihat engkau.” (HR. Bukhari dan Muslim).  Sedangkan  Ihsan dalam mu`amalah sebagaimana penjelasan  beberapa ayat al-Qur’an  yang perintah berbuat  ihsan kepada orang tuan, kerabat,  miskin, tetangga dekat, tetangga  jauh,  teman sejawat, dan lain-lain. Lihat : QS. Al-Baqarah/2: 83 dan al-Nisa/4: 36. Ihsan  dalam mu`amalah inilah yang dimaksudkan dalam shilaturrahim.

0 Response to "MEMAHAMI MAKNA MENASEHATI DAN BERBUAT IHSAN"