RAWA JAWURA SAKSI BISU LOKASI PERTEMPURAN KI BAGUSRANGI MELAWAN PENJAJAH BELANDA
FOTO KONON KATANYA DISINILAH MAQOM (TEMPAT PERISTIRAHATAN TERAKHIR KI BAGUS RANGIN) DI DESA SUKAWANA KECAMATAN KERTAJATI MAJALENGKA
Ki
Bagus Rangin dilahirkan pada sekitar tahun 1761. Ayahnya adalah Kiai Sentayem,
seorang ulama yang berilmu tinggi dan memiliki banyak murid, termasuk Ki Bagus
Rangin dan saudara-saudaranya. Maka sejak kecil Bagus Rangin dididik dalam
lingkungan yang relijius. Bagus Rangin juga belajar ilmu umum serta ilmu
beladiri. Selain kepada ayahnya, Ki Bagus Rangin belajar agama - terutama dalam
bidang tarekat - kepada seorang ulama Banten yang dijuluki Rama Banten ( Mbah Buyut Tua Palamarta) Lokasi Maqomnya di Blok Pajaten Mas Desa Bantarjati Kertajati Majalengka sekarang dekat dengan Lokasi Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB)
Hasil
dari pendidikan yang dia terima membuatnya dikenal sebagai orang yang soleh dan
berani menegakkan kebenaran, serta tidak sungkan membantu orang yang
membutuhkan pertolongannya. Namanya kemudian terkenal dan disegani masyarakat,
hingga terdengar sampai ke pusat pemerintahan di Cirebon. Maka oleh Sultan
Cirebon Ki Bagus Rangin diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin daerah kabagusan
Jatitujuh dengan pangkat Senapati.
Pada
waktu itu kehidupan rakyat sangat susah karena dibebani berbagai kewajiban,
seperti membayar berbagai macam pajak (pajak tanah, pajak hasil tani, dan
lain-lain), menyerahkan upeti kepada pejabat, juga menjalani kerja paksa dan
kerja desa. Apalagi setelah tanah-tanah di desa banyak yang disewakan kepada
Belanda dan Cina. Bukan hanya lahan garapan yang disewakan, tetapi juga dengan
rakyatnya. Rakyat diperas tenaganya untuk mengolah lahan disamping harus
membayar pajak yang lumayan besar.
Kehidupan
rakyat yang makin sengsara menimbulkan keinginan mereka untuk berontak. Maka
dengan dipimpin oleh Ki Bagus Rangin, rakyat Palimanan melakukan perlawanan
terhadap Belanda serta kepala daerah yang menjadi antek Belanda. Pasukan Bagus
Rangin berjumlah sekitar 300 orang yang dibantu oleh adiknya, Bagus Serit dari
Jatitujuh. Dalam gerakan ini Bupati Palimanan Tumenggung Madenda, Asisten
Residen Belanda, serta pembesar dan pasukannya, termasuk tuan tanah Cina,
menjadi korban. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1805 (atau 1806?).
Gerakan
Ki Bagus Rangin didukung tokoh masyarakat dari beberapa daerah. Karena itu dalam
perlawanan selanjutnya Bagus Rangin mendapat bantuan dari berbagai daerah lain
baik berupa tenaga, senjata, maupun logistik.
Untuk
memberantas gerakan pimpinan Bagus Rangin, Gubernur Jenderal Kompeni A.J. Wiese
menugaskan Nicolaes Engelhard untuk memimpin pasukan kompeni menyerang markas
Bagus Rangin di Jatitujuh. Pasukan Belanda dibantu oleh beberapa pasukan
pribumi yang berasal dari Sumedang, Karawang, Subang, Cirebon, serta Madura.
Pasukan Bagus Rangin sendiri mendapat bantuan dari beberapa daerah seperti
Sumedang, Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Kuningan hingga berjumlah 40.000
orang.
Beberapa
kali pertempuran menimbulkan korban yang tidak sedikit, baik dari pihak Bagus
Rangin maupun Belanda. Di pihak Ki Bagus Rangin ada yang tertangkap, sebagian lagi
mundur dan bersembunyi. Bagus Rangin sendiri bisa lolos dari kepungan musuh
dengan sebagian anak buahnya. Akhirnya beliau nyepi di Pasir Luhur, sebuah
gunung kecil yang sekarang menjadi batas antara Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Cilacap.
Disana
ia berpikiran bahwa sasaran perjuangan harus diubah, tidak hanya mendukung Raja
Kanoman Pangeran Suriawijaya untuk menjadi Sultan, karena kedudukan sultan
sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Raja Kanoman
pernah dibuang ke Ambon oleh Belanda pada tahun 1802. Setelah dibebaskan dan
dijadikan sultan di Cirebon pada tahun 1808, dua tahun kemudian dipecat oleh
Gubernur Jenderal H.W. Daendels karena sikap dan tindakan Raja Kauman dianggap
melawan pemerintah kolonial. Bagus Rangin beranggapan bahwa sebisa mungkin
harus berdiri negara sendiri. Negara tersebut dinamai Pancatengah dengan
pusatnya di Bantarjati, pinggir sungai Cimanuk, tidak jauh dari Jatitujuh. Ia
meyakinkan bahwa dengan berdirinya negara sendiri tidak akan ada kerja paksa
dan pungutan paksa.
Pada
1810 pihak kolonial mengirim pasukan yang dibantu oleh pasukan dari beberapa
kabupaten untuk menumpas Ki Bagus Rangin di Bantarjati. Maka terjadi perang
yang menyebabkan banyak pasukan tewas, terutama dari pihak Ki Bagus Rangin. Ki Bagus
Rangin dan anak buahnya terdesak hingga terpaksa mundur menuju Desa
Panongan.
Pada
tahun berikutnya wilayah nusantara berada dibawah kekuasaan Inggris, yang di
wakili oleh Letnan Gubernur Jenderal T.S. Raffles. Ki Bagus Rangin beranggapan
bahwa pemerintahan Raffles pasti tidak akan berbeda dengan penjajah sebelumnya.
Maka iapun tetap mengumpulkan kekuatan untuk meneruskan perjuangannya.
Pada
16-29 Februari 1812 pecah lagi perang di Bantarjati. Karena jumlah pasukan dan senjata
yang tidak seimbang, kekalahanpun berada di pihak Ki Bagus Rangin. Mereka
terdesak mundur sampai di daerah Panongan. Disanalah akhirnya Ki Bagus Rangin
tertangkap pada 27 Juni 1812. Beliau gugur setelah dijatuhi hukuman mati.
Foto Rawa Juwura dan Cimaneuh Desa Kertajati Majalengka yang merupakan
losasi perang Ki Bagusrangin melawan penjajah Belanda loksai ini di
pinggirnya di bangun BIJB (Bandar Udara Internasional Jawa Barat)
Catatan :
· Waktu pertempuran di Bantarjati, pasukan Ki Bagus Rangin terdesak disatu
daerah oleh pasukan yang dipimpin Dalem Karawang. Pasukan Ki Bagus rangin lari
tunggang langgang sehingga kepinggir sungai Cimanuk , mereka meloncat ke Ranca
(Sunda) yang ada disisinya, sehingga saat ini daerah tersebut dinamai dengan
Rawa Jawura (Dumeh balad Ki Bagus Rangin
di dinya Mancawurana, diubrak abrik ku balad musuh terus brasbrus kana
ranca = Sunda)
Benarkah Ki Bagus Rangin di bantu
Serdadu Prancis?
Bedasarkan Catatan Perwira Inggris yang ditulis dalam sebuah
buku . Pada tanggal 4 Agustus 1811, Seratus buah kapal Inggris mendarat di
Batavia dengan 12.000 serdadu Inggris untuk membawa misi dari English East
India Company. Diantara mereka ada seorang perwira, Major William Thorn (Thorn,1993:124), yang dalam bukunya mencatat
mengenai pemberontakan tersebut sebagai berikut :
"....Sementara
itu perhatian pemerintahan Inggris beralih kepada pemberontakan yang patut
diperhitungkan yang dilakukan oleh Bagoos Rangin. Dia telah mengumpulkan
kekuatan di daerah perbukitan di Indramaju. Pemberontak yang berkekuatan besar
ini banyak diantaranya adalah desertir
dan pelarian dari serdadu Perancis yang melarikan diri setelah pertempuran
Cornelis. Kepala pemberontakan ini selama 6 tahun telah berhasil melepaskan
diri dari usaha penangkapan oleh pemerintahan Belanda, dia telah dianggap oleh
pengikutnya sebagai nabi atau pendeta agung. Kefanatikan ini menyebabkan tidak
goyahnya dukungan rakyat kepadanya walaupun pada waktu itu pemerintah mengiming-imingkan
hadiah bagi penangkapan nya. Pada saat ini dia telah menguasai beberapa desa
dan maju terus mengancam kota dan benteng Indramaju. Untuk menghadapinya, satu
detasemen dari Bengal Sepoy dibawah Capt. Pool segera dikirim dari Batavia
untuk memperkuat garisun yang ada. Kemudian detasemen lain yang terdiri dari
orang-orang Eropah dan pribumi dibawah pimpinan Capt. Ralph dari His Mayesty's
59 Regiment menyusul, dengan perintah untuk menghancurkan arus yang sudah tidak
tidak terkendali itu.
Capt.
Ralph dan detasemennya akhirnya menjumpai, dengan tidak disangka-sangka, dengan
para pemberontak itu d’alam jumlah yang besar. Lebih dari 2000 musqueteers
(serdadu infantri) berbaris ditepi kali melepaskan tembakannya kepada pasukan
Inggris, dan kemudian mereka datang mendekat sehingga pertempuran satu lawan
satu tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam pertempuran ini banyak yang luka-luka
dan mati hingga akhirnya pasukan pemberontak itu melarikan diri. Kerugian di
fihak Inggris tidak berarti dimana seorang calon prajurit dari Resimen ke-59
terbunuh, dan Capt. Jones dari Bengal Service dan beberapa calon prajurit
lainnya luka-luka. Bagoos Rangin sendiri dapat meloloskan diri. Belum selesai
dengan masalah ini, kami harus meninggalkan pulau Java dan mengalihkan perhatiannya
ke pulau Sumatra ....dst".
· Keberadaan tentara Prancis atau
pasukan Napoleon dijawa di buktikan dengan
diketemukannya meriam didaerah Menes Pandeglang Banten tahun 1998 selain
itu ditemukan pula Topi Baja dengan inskripsi yang terpahat dibelakang didekat
kulas terdapat tulisan Fait Paar brazin le Arsenal de paris 1812. Selain itu
pertempuran di meester cornelis (Jatinegara =Sekarang) antara Pasukan Inggris
yang berpusat di Malaya dengan pasukan Belanda dibantu Prancis ( Perang
Napoleon Di Jawa)
0 Response to "KI BAGUS RANGIN (SANG TOKOH PENGGERAK PERLAWANAN RAKYAT MENENTANG PENJAJAH BELANDA)"
Post a Comment