INOVASI PENDIDIKAN




BAB I PENDAHULUAN
            Perubahan global dalam kehidupan masyarakat dunia telah bergulir dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan, tetapi kondisi memprihatinkan masih mewarnai dunia pendidikan nasional. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah peranan pendidikan sebagai alat untuk membentuk manusia yang berkualitas. Terbentuknya manusia yang berkualitas adalah amanat konstitusional dan kinerja moral professional. Tetapi Pendidikan nasional yang dikembangkan selama ini belum memperlihatkan peningkatan yang signifikan.
            Banyak persoalan besar yang masih mewarnai dunia pendidikan nasional seperti rendahnya kualitas lulusan, rendahnya mutu guru, distribusi guru yang tidak
merata, sarana prasarana pendidikan yang tidak memadai akses pendidikan yang tidak merata dan banyak lagi persoalan yang mewarnai dunia pendidikan nasional.
            Banyaknya persoalan yang mewarnai dunia pendidikan mendorong munculnya model-model inovasi dalam berbagai bidang antara lain : usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan dan relevansi pendidikan. Beberapa contoh inovasi antara lain : program belajar jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran kontekstual (contectual learning), pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (paikem).
            Untuk menjaga relevansi pendidikan dengan kebutuhan serta perkembangan manusia, maka inovasi dalam pendidikan harus terus dijalankan.  Akan tetapi tentu saja inovasi yang dilakukan harus berpijak kepada tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dan karakteristik cultural bangsa.

BAB II  PEMBAHASAN
A.  PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN
         Berdasarkan kajian atau focus yang menjadi pusat perhatiannya, para ahli menyampaikan pendapat yang beragam tentang pengertian inovasi, difusi inovasi termasuk inovasi pendidikan :
1.    Inovasi Pendidikan
a.      Menurut Everett M. Robert (1983) “Innovation as an idea, practice, or object that perceived as new by an individual or another unit of adoption” Inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
b.        Menurut Stephen Robbins (1994) inovasi adalah suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau untuk memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
c.         Menurut Santoso S. Hamidjoyo yang dikutip oleh Abdulhak (2002) inovasi pendidikan adalah “suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk bidang pendidikan”.
d.        Mattew B. Milles (1973) dalam bukunya “Innovation in Education” menulis bahwa “Innovation is a spicies of genus change”.  Yaitu perubahan yang sifatnya khusus, memiliki nuansa kebaruan, dan disengaja melalui suatu program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu, serta dirancang untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu system tertentu.

2.    Difusi Inovasi Pendidikan
            Everett M. Rogers (1983) menyebutkan bahwa difusi inovasi adalah proses untuk mengkomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu system social melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. Dengan demikian ada keterkaitan antara difusi, inovasi dan komunikasi termasuk difusi pendidikan, karena difusi pendidikan adalah proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya dan sebagainya sebagai suatu produk inovasi pendidikan, maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan gagasan, ide, ataupun produk di bidang pendidikan.          

3.    Faktor yang Mempengaruhi Inovasi Pendidikan
            proses difusi inovasi berlangsung lama dan banyak sekali factor yang mempengaruhinya. Rogers (1983) mengemukakan ada empat cirri penting yang mempengaruhi difusi inovasi, termasuk inovasi pendidikan :
a.    Esensi inovasi itu sendiri
Dalam kaitannya dengan esensi inovasi paling tidak terdapat tiga hal yang berkaitan erat, yaitu : teknologi, informasi dan pertimbangan ketidakpastian; dan reinovasi. Dengan adanya teknologi termasuk pemanfaatan teknologi informasi dalam difusi inovasi, adalah antara lain untuk menjawab pertanyaan dalam hal mengurangi ketidakpastian masa depan.
b.   Saluran Komunikasi
Lasswell (1948) menyebutkan komponen dasar komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan “ siapa mengatakan atau mengemukakan apa, dengan saluran komunikasi apa, kepada siapa, dan dengan dampak apa (hasil yang dicapai)”. Pada tahun 1979, Lawrence mengembangkan model komunikasi konvergen (convergence communication models). Menurutnya komunikasi adalah suatu proses konvergen dimana terjadi pembagian informasi bersama untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Melalui proses komunikasi tersebut, akan sangat mempengaruhi proses difusi inovasi yang dilakukan.
Dalam telaah lain saluran komunikasi dapat diklasifikasikan pada dua hal yaitu :
1.      Komunikasi Homofil : Menurut Lazarsfeald dalam Rogers (1983) komunikasi homofil adalah suatu proses komunikasi yang berlangsung antara dua pasangan atau kelompok individu, yang memiliki ciri yang sama satu sama lain. Difusi inovasi melalui saluran komunikasi homofil dilakukan pada masyarakat yang homogen.
2.      Komunikasi heterofil : Proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana pengirim pesan dan penerima pesan, memiliki latar belakang yang berbeda, baik sosial budaya, pendidikan, agama dan karakteristik sosial lainnya.  Difusi melalui komunikasi berlangsung lama, prosesnya ditandai dengan banyak gangguan atau distorsi.
c.    Faktor waktu dan proses pengambilan keputusan
Berikut ini adalah tahapan dari model proses keputusan inovasi, yaitu :
1.      Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Pada tahap ini inovator melakukan analisis terhadap kekuatan, kelemahan, tantanngan dan peluang yang dimiliki lembaga pendidikan. Selain itu juga mengkaji teori, studi pustaka, studi regulasi untuk memperkuat kegiatan inovasi yang dilakukan.  Langkah berikutnya adalah
2.      Tahap bujukan (persuation)
Setelah model program inovasi disusun maka langkah berikutnya adalah meyakinkan orang lain tentang kontribusi program inovasi yang dibuat terhadap kemajuan pendidikan. Bentuk  kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah presentasi, sosialisasi dan pendekatan atau lobi.
3.      Tahap pengambilan keputusan (decision making)
Pengambilan keputusan harus melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengembangan pendidikan dan pihak-pihak yang peduli terhadap kemajuan pendidikan.
4.      Tahap Implementasi (implementation)
Tahap implementasi merupakan tahap pelaksanaan inovasi pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan inovasi ditentukan oleh komitmen pelaku inovasi untuk melaksanakan kegiatan inovasi sesuai dengan rencana yang disusun.
5.      Tahap Konfirmasi (confirmation)
Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program inovasi maka perlu dilakukan evaluasi secara berkala. Evaluasi dilakukan secara komprehensif  terhadap semua komponen program inovasi. Hasil evaluasi dijadikan bahan acuan untuk membuat program tindak lanjut dari kegiatan inovasi yang dilakukan

d.   Sistem Sosial
            Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut ini antara lain kegiatan inovasi pendidikan yang melibatkan sistem sosial tertentu :
1.    Batasan pelaksanaan inovasi (boundary maintenance operation).
2.    Ukuran dan kewilayahan (size and territoriality)
3.    Kelengkapan fasilitas (physical facilities)
4.    Penggunaan durasi waktu (time use)
5.    Tujuan yang ingin dicapai (goals)
6.    Prosedur yang digunakan (procedure),.
7.    Definisi peran (role definition)
8.    Kondisi normative (normative beliefs)
9.    Sistem Struktur Sosial (Structure).
10.    Media Sosialisasi (socialization method)

B.  CIRI INOVASI PENDIDIKAN
            Menurut Mattew B. Miles (1973) ciri-ciri inovasi, termasuk inovasi pendidikan terdiri empat utama, yaitu :
1.    Memiliki kekhasan/khusus
2.    Memiliki ciri atau unsure kebaruan
3.    Program Inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana
4.    Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan.
1.  Proses Pengembangan Inovasi
            Proses adopsi inovasi akan dipengaruhi sistem internal organisasi kemasyarakatan yang bersangkutan. Organisasi yang baik dan stabil akan mengadopsi inovasi dengan mempertimbangkan syarat-syarat sebagai berikut :
a.    Memiliki tujuan yang jelas
b.    Memiliki deskripsi tugas yang jelas
c.    Memiliki struktur otoritas dan kewenangan
d.   Memiliki peraturan dasar dan peraturan umum
e.    Memiliki pola hubungan informasi yang teruji
2.  Agen Perubahan
            Agen Perubahan (Change agent) merupakan individu yang bisa mempengeruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent perubahan.
3.  Percepatan Adopsi Inovasi
            Tingkat percepatan adopsi suatu hasil inovasi akan sangat bergantung kepada beberapa factor :
a.    adanya keuntungan relatif (relative advantages)
b.    memiliki kekompakan dan kesepahaman (compatibility)
c.    memiliki derajat kompleksitas (complexity)
d.   dapat Dicobakan (trialability)
e.    dapat diamati (observability)
4. Penemuan  Kembali (Re-invention)
            Dalam perjalanan dan proses difusi inovasi tidak sedikit memunculkan penyimpangan baik berupa penolakan maupun berhenti. Dengan demikian diperlukan penemuan kembali (reinvention). Re-invention adalah penemuan kembali setelah proses modifikasi.

C.  KONTRIBUSI INOVASI PENDIDIKAN
               Dalam adopsi inovasi paling tidak ada lima kategori perbedaan individu atau kelompok yang harus diperhatikan :
1.    Para pembaharu atau pioneer/perintis (innovators)
2.    Para adopter awal (early adopters)
3.    Para kelompok mayoritas awal (early mayority)
4.    Kelompok mayoritas akhir (late mayority)
5.    Adopter akhir (late adopters)
Setiap individu atau kelompok dengan perannya masing-masing memberikan warna dan kontribusi terhadap difusi inovasi. Dengan perbedaan peran yang beragam maka difusi inovasi akan menjadi dinamis.
            Difusi inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan pendidikan, karena tanpa adanya pembaharuan maka pendidikan akan statis dan menjadi tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan sosio cultural masyarakat. Menurut Poensoem dalam Santoso S Hamidjojo (1974) kontribusi dan misi difusi inovasi dalam bidang pendidikan, yaitu :
1.    difusi inovasi pendidikan cenderung mengembangkan dimensi demokratis.
2.    inovasi pendidikan dapat mengembangkan potensi manusia secara utuh.
3.    pendidikan bergerak dari konsepsi pendidikan bersifat individual atau perorangan, menuju ke arah konsepsi pendidikan yang menggunakan pendekatan yang lebih koorperatif.
            Tahapan yang dilakukan dalam rangka mengadopsi inovasi, termasuk inovasi pendidikan adalah sebagai berikut :
1.    design, tahap perencanaan
2.    awareness-interest, yaitu tahap komunikasi untuk penyadaran terhadap masyarakat yang diharapkan dapat mengadopsi yang ditawarkan.
3.    evaluation, yaitu melakukan kajian atau evaluasi terhadap kemungkinan pro kontra, ataupun kajian terhadap masyarakat yang menerima atau menolak.
4.    trial, yaitu ujicoba produk inovasi.
            Dalam kaitannya dengan kontribusi inovasi pendidikan, Huberman seperti dikutip Ishak Abdulhak (2000) membagi sifat perubahan dalam inovasi ke dalam enam kelompok yaitu :
1.    Penggantian (substation)
2.    Perubahan (alternation)
3.    Penambahan (addition)
4.    penyusunan kembali (restructuring)
5.    Penghapusan (elimination)
6.    Penguatan (reinforcement)
Hambatan dalam adopsi inovasi
1.    Mental block barriers, yaitu hambatan yang lebih disebabkan oleh sikap mental.
2.    Hambatan yang sifatnya culture block (hambatan budaya).
3.    Hambatan social block (hambatan sosial).
Mugiadi (1988) menegaskan bahwa “Dalam pembaharuan itu, terlepas apakah gagasan itu dating dari bawah atau dari atas, yang penting adalah perlu memperhitungkan berbagai kendala yang dihadapi, andaikata gagasan itu akan ditetapkan dalam suatu sistem yang sedang berlaku”


BAB III  PENUTUP
Inovasi dalam bidang pendidikan merupakan sesuatu hal yang perlu dilakukan, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi seperti dalam pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. Akan tetapi upaya inovasi yang dilakukan perlu direncanakan dengan matang tentang bagaimana memecahkan permasalahan yang dihadapi, sehingga gagasan inovasi itu dapat diuji, dikembangkan, diperbaiki, dan ditetapkan (diadopsi) pada skala yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter. (2005). Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung : Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka

Dian Sukamara. (2003). Implementasi Program Lifeskill Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Jalur Sekolah. Bandung : Mughni Sejatera

Syamsu Yusuf .(2004). Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psykologi dan Agama. Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Sudarwan Danim. (200  ). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga kependidikan. Pustaka Setia

------------------------. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas Dirjen Manajemen Dikdasmen Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama

0 Response to "INOVASI PENDIDIKAN "