KONSEP PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN PEMIKIRAN K.H. HASYIM ASY'ARI RA (Sarah Ta’lim wa al-Muta’alim)



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Persoalan utama yang menjadi perhatian serius dalam wacana pendidikan Islam adalah pendidikan tentang etika atau budi pekerti. Munurut  M. Athiyah Al-Abrasyi (1970) bahwa pembentukan moral atau etika yang tinggi merupakan tujuan utama pendidikan Islam. Karena itu, kewajiban para pendidik adalah memperhatikan dan berusaha menanamkan akhlak mulia, meresapkan keutamaan atau nilai-nilai dalam diri peserta didik (santri), membiasakan mereka pada etika moral yang tingi serta menhindari hal-hal yang tercela.

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan:

“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. (UU RI. No. 20 tahun 2003: 7)

Dari pernyataan M. Athiyah Al-Abrasyi dan statemen sistem undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional di atas dapat diketahui betapa pentingnya pendidikan etika bagi para anak didik. Tujuannya adalah untuk membentuk mentalitas dan kepribadian mereka agar menjadi generasi bangsa yang cerdas, bertaqwa, berkepribadian dan berakhlak mulai.

Di era teknologi canggih yang menyertai perubahan masyarakat modern saat ini, pendidikan etika menjadi sangat penting, karena perubahan-perubahan masyarakat yang sangat cepat sering kali menimbulkan kejutan-kejutan dan disorientasi sosial, sehingga banyak terjadi penyimpangan di dalamnya, termasuk perkembangan kepribadian generasi muda yang rapuh dan berorientasi pada dunia semata. Banyaknya remaja yang terlibat dalam perkelahian, tindakan kekerasan, perbuatan kriminal dan minum-minuman keras atau obat terlarang merupakan indikasi kuat semakin melemahnya kepribadian dan budi pekerti generasi muda.

Pendidikan etika bagi anak didik bukan semata-mata persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan formal, tetapi juga  pendidikan informal di pesantren. Menurut K.H. Hasyim Asy’ari, lembaga pendidikan pesantren juga mempunyai tanggung jawab dalam mengatasi problema pendidikan di masyarakat terutama yang berkaitan dengan akhlak santri. Dalam konteks ini, etika belajar mengajar merupakan factor yang penting dalam pembentukan prilaku santri. Fungsi etika belajar mengajar tidak hanya sebatas pada pengisian pikiran santri dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga pada cara pembelajaran. Karena yang disebut terakhir ini merupakan aspek penting dalam pembentukan akhlak santri.

Dalam hal ini santri dan peantren dijadikan sebagai objek, sebab K.H. Hasyim Asy’ari merupakan pengasuh sebuah pesantren. Disamping itu juga kitab syarah Ta’lim wa al-Muta’alim juga diajarkan oleh K. h. Hasyim Asy’ari di lembaga pondok pesantren yang didirikannya, bahkan sampai sekarang kitab  sarah Ta’lim wa al-Muta’allim merupakan kitab yang wajib di kaji di kalangan santri di pesantren.

Santri atau ana didik secara umum dapat diibaratkan sebagai benih yang mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi pohon yang kelak dapat diharapkan buahnya. Apabila ia ditanam di tempat yang subur, maka benih akan tumbuh  dengan baik, sebaliknya apabila ia ditanam di tempat yang gersang, maka benih itu akan sulit untuk tumbuh dengan baik, bahkan bisa mati.

Anak didik adalah pencari ilmu yang sedang berada pada masa percobaan atau masa transisi, sehingga kepribadian mereka belum stabil dan masih sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Lingkungan yang negtif bisa mempengaruhi kepribadian mereka. Karena itu  guru berkewajiban menyelamatkan santri atau anak didik dari nilai-nilai yang tidak baik dengan mengajarkan etika belajar dan mengajar yang relevan. Tujuan utama pendidikan etika belajar menurut Abu Bakar Muhamad (1981: 30) adalah:

1.Meluruskan naluri manusia dan kecenderungan fitrahnya yang membahayakan masyarakat apabila dibiarkan saja menurut keadaannya.

2.Mengusahakan bagi anak kebiasaan-kebiasaan dan kemauan baru karena kebiasaan baru akan terbentuk dalam perantaraan latihan dan pengulangan melalui proses pembiasaan.

3. Membentuk rasa kasih saying yang mendalam yang akan menjadikan seseorang merasa terikat selamanya dengan amal yang baik dan selalu menjauhi perbuatan yang jelek.

4. Dengan etika pengajaran akhlak ini memungkinkan bagi seseorang dapat hidup di tengah masyarakat tanpa menyakitkan orang lain atau ia tidak disakiti.

Dengan demikian, melalui pendidikan di sekolah diharapkan anak didik dapat memiliki kepribadian yang tangguh, dalam arti memiliki nilai-nilai moral yang kuat, mereka bisa meraih sukses dan membentengi diri dari kebiasaan-kebiasaan atau akhlak yang tidak baik.

Di tengah arus perubahan sosial yang sangat cepat ini, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai tantangan yang tidak bisa dianggap ringan dalam menanamkan pola pengajaran kepada santri guna membentengi dan menyelamatkan mereka dari nilai-nilai yang dapat merusak moral dan mental.

Meskipun lembaga pendidikan pesantren sudah mengalami banyak perubahan, namun khajanah intelektual pesantren tetap menjadi sumber keilmuan yang memadai dalam rangka merumuskan pendidikan etika yang relevan bagi para santri, atau anak didik secara umum. Literatur-literatur klasik yang disusun oleh ulama masa lampau baik bidang fiqh, tauhid, tafsir, hadits, atau yang lain, bisa menjadi referensi yang berharga bagi para kiyai di pesantren dalam mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kepribadian santri yang berakhlak mulia. Dengan khazanah intelektual klasik itu pula pesantren bisa menunjukan kelasnya sebagai lembaga pendidikan yang menitik beratkan pada etika yang saling mengikat antar santri dengan kiyai (guru), (Imam Barwani, 1993: 38)

Dalam konsep dan sistem pendidikan kita, belum ditemukan bentuk yang ideal tentang bagaimana pendidikan etika itu dirumuskan. Di sini masih banyak kekurangan, baik pada kerangka sistem, metode, teori, tujuan, prinsip dan lain-lain. Dalam sistem pendidikan Islam utamanya peantren juga demikian. Karena itu, dalam sistem pendidikan pesantren perlu dikembangkan metode pendidikan yang lebih realistis dan membumi dengan memperhatikan literatur-literatur klasik pesantren dan memadukannya dengan realitas-realitas kekinian.

Dengan alasan seperti itulah, penulis merasa perlu melakukan sebuah kerja penelitian terhadap metode pendidikan etika di pesantren dengan mengambil objek kajian teori-teori pendidikan yang terdapat dalam kitab Syarah Ta’lim wa al-Muta’alim, sebuah kitab karya K. H. Hasyim Asy’ari. Sejauh ini belum ada penelitian yang memberikan perhatian khusus pada konsep etika belajar dan mengajar yang dirumuskan dalam kitab Syarah Ta’lim wa al-Muta’alim. Kajian teks ini dapat dipandang sebagai usaha yang efektif untuk mengkaji secara langsung tentang kekurangan dan kelebihan konsep pendidikan etika yang dirumuskan dalam kitab tersebut dan bagaimana aktualisasinya dalam dunia pendidikan kontenporer.

Dalam kajian ini penulis akan melakukan analisis teks dan mencari relevansi teks tersebut dengan sistem pendidikan saat ini. Dengan analisis tersebut dapat ditarik sejumlah nilai yang singkron dan kongruen dari kitab di atas dengan sistem pendidikan etika masa kini dan akan datang.

B.     Perumusan Masalah

Untuk mempermudah mengetahui kejelasan yang ada dalam skripsi ini, maka penulis membagi dalam tiga bagian, yaitu :
1.      Identifikasi Masalah
a.  Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian dalam Skripsi ini adalah termasuk dalam kajian filsafat pendidikan Islam.
b.  Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode Library Rearch (penelitian pustaka).
c.  Jenis Masalah
Jenis masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana konsep teori etika belajar mengajar dalam karya seorang tokoh dalam hal ini K. H. Hasyim Asy’ari. 
2.     Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam skripsi ini adalah mengenai etika belajar mengajar dalam pandangan K. H. Hasyim Asy’ari
3.  Pertanyaan Penelitian
Dari uraian di atas dapat dirumusakan pertanyaan pokok adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana konsep etika belajar mengajar menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Syarah Ta’lim wa al-Muta’alim?
2.Bagaimana implikasi dan pengembangan konsep etika belajar mengajar menurut K.H. Hasyim Asy’ari terhadap filsafat pendidikan Islam?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1.Untuk mengetahui konsep etika belajar mengajar menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Syarah Ta’lim wa al-Muta’alim
2.Untuk mengetahui implikasi dan pengembangan konsep etika belajar mengajar menurut K.H. Hasyim Asy’ari terhadap filsafat pendidikan Islam

D.    Kerangka Pemikiran

Dalam bagian lain dijelaskan oleh Hasan Langgulung (1986: 371) bahwa peranan keluarga dalam etika pendidikan sangat berpengaruh. Dengan perkataan lain, pendidikan agama berkaitan erat dengan etika pendidikan. Dengan demikian tidak berlebihan kalau kita katakana bahwa pendidikan etika dalam pergaulan Islam adalah bagian tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adakah faktor yang dianggap buruk menurut agama. Sehingga nilai-nilai etika dan keutamaan etika dalam masyarakat Islam adalah etika dan keutamaan yang diajarkan oleh agama. Seorang muslim tidak sempurna agamanya jika etikanya tidak baik. Pakar-pakar pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan etika adalah jiwa etika pendidikan Islam. Sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan efektif yang baik.

Keluarga memegang peranan pentig dalam proses pendidikan akhlak bagi ank-anak, ligkungan keluarga merupakan institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya. Mereka mendapat pengaruh lingkungan keluarga atas segala tingkah lakunya. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai tugas penting dan berat dalam hal pendidikan etika ini. Orang tua misalnya, harus mengajarkan etika kepada anak-anak dengan etika yang mulia yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain sebagainya, (Ibnu Maskawaih, A. Achmad, 1996: 192)

Orang tua juga harus mengajarkan nilai dan faedahnya berpegang teguh kepada etika semenjak kecil. Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya, akan menerima nasehat jika datangnya melalui rasa cinta dan kasing sayang. Namun ia akan menolaknya jika disertai dengan kekasaran dan biadab.

Bagi para pendidik Islam, pentingnya pendidikan etika (akhlak) dan pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan ini adalah dalam rangka mengarahkan anak didik kepada kehidupan yang lebih baik.

E.     Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah library reseach atau menggunakan kajian pustaka.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan data teoritik.
3.  Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari buku-buku dan karya-karya yang bersangkutan atau buku-buku yang ditulis oleh tokoh yang bersangkutan.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang berasal dari buku-buku atau karya tulis yang ditulis oleh selain tokoh yang ada dalam skripsi ini dan masih ada hubungan dengan penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a.  Teknik Dedukatif
Teknik deduktif adalah proses analisis yang menggunakan premis-premis yang bersifat umum yang menuju ke arah khusus sebagai kesimpulan.
b. Teknik Induktif
Teknik induktif adalah proses analisis yang menggunakan prinsif-prinsif yang bersifat khusus yang menuju ke arah umum.
c. Teknik Dialektika
Teknik dialektika yaitu proses analisis yang menggunakan perpaduan antara analisis induktif dan analisis deduktif.

0 Response to "KONSEP PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN PEMIKIRAN K.H. HASYIM ASY'ARI RA (Sarah Ta’lim wa al-Muta’alim)"