EMPAT TIPE MANUSIA
Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama berusaha menilai dan menengok
kondisi kehidupan ruhaniah kita bersama. Sesungguhnya kondisi ruhaniyah ini
sangat berpengaruh pada kinerja lahiriah kita semua. Ini adalah hukum umum yang
terjadi pada jamaknya manusia. Tidak peduli dia seorang menteri ataupun kuli,
anggota dewan kehormatan maupun anggota perserikatan. Sungguh ini sangat
berpengaruh, semoga kita semua diberikan petunjuk menuju jalan yang
diridhai-Nya aimen.
Lantas bagaimanakah cara kita mengkondisikan dunia batiniah kita yang berada
di dalam serta menghbungkannya dengan aktifitas keseharian lahiriah? Dalam
nasehatnya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani seolah menumpukan kondisi ini pada
tiga hal, hati, lisan dan karya. Kondisi hati harus senantiasa hidup dan aktif,
sedangkan kondisi lisan sebaiknya selalu pasif dan mati, sedangkan badan harus
selalu berkarya dan berkreasi.
Dalam salah satu wasiatnya sebagaimana dinukil oleh Syikh Nawawi Al-Bantani
dalam Nashaihul Ibad, Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
pernah berpendapat bahwa tipe manusia dapat dibagi dalam empat kelompok besar:
Pertama, رَجُلٌ
لاَ لِسَانَ لَهُ وَلاَ قَلْبَ وَهُوَ العَاصِى العَبِيّ yaitu kelompok manusia yang tidak berlidah dan tidak
berhati merekalah para pendurhaka kepada Allah. Maka janganlah kita sampai
tergolong seperti mereka, apalagi berteman dengannya. Karena merekalah penghuni
sah neraka.
Kedua, رَجُلٌ لَهُ
لِسَانٌ بِلاَ قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ وَلَايَعْمَلُ بِهَا يَدْعٌو
النَّاسَ اِلَى اللهِ تَعَالىَ وَهُوَ يَفِرّ مِنْهٌ yaitu golongan yang memiliki lisan
tetapi tidak berhati. Mereka berbicara dengan manisnya hikmah namun tidak
mengamalkannya. Bahkan mereka mengajak orang-orang untuk menuju Allah swt.
Tetapi mereka sendiri malah menjauhkan diri dari-Nya. Kepada mereka Syaikh
Abdul Qadir mewanti-wanti kepada jangan sampai terbujuk keindahan rangakaian
katanya yang dapat membakar mu bahkan dapat pula kebusukan hatinya membunuhmu.
Ketiga, رَجُلٌ
لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ وَهٌوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ
وَبَصَرِهِ بِعُيُوْبِ نَفْسِهِ وِنَوَّرَ قَلْبَهُ وعَرَّفَهُ غَوَائِلَ
مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمِ الكَلاَمِ وَهُوَ وَلِيُّ اللهِ تعالى مَحْفُوْظٌ
فى سِتْرِ الله تعالى yaitu
kelompok memiliki hati tetapi tidak berlisan, merekalah orang mukmin yang
disembunyikan Allah swt dari orang lain, serta Allah jaga matanya dengan
perasaan hina akan dirinya sendiri. Kepada hati kelompok inilah Allah
memberikan cahaya, sehingga mereka mengerti dampak bergumul (terusmenerus)
dengan sesama manusia serta bahayanya banyak bicara. Mereka inilah kekasih
(wali) Allah swt yang senantiasa disembunyikan Allah (dari khalayak ramai).
Keempat, رَجُلٌ
تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِالله تعالى وايَاتِه
اسْتَوْدَعَ اللهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرّحَ صَدْرَه لِقَبُوْلِ
الْعُلُوْم yaitu orang-orang yang belajar dan mengajar dan beramal
dengan ilmunya itulah orang-orang yang mengerti kebesaran Allah. Oleh karena
itulah menitipkan dalam hati mereka berbagai ilmu dan pengetahuan dan juga
Allah lapangkan dadanya guna menerima titipan-titpan pengetahuan tersebut.
Maka kepada kelompok terakhir ini jangan sampai kita menjauhinya apalagi menentangnya.
Bahkan kalau perlu sering-seringlah mendekatinya agar mendapatkan nasihat yang
berguna.
Demikianlah empat macam golongan manusia hasil pengkelompokan Syiakh Abdul
Qadi al-Jailani. Tentunya pengelompokan ini merupakan hasil penelitian yang
cermat dengan berbagai pertimbangan dhahir dan bathin. Mengingat beliau sebagai
seoang sayyidul auliya yang mengetahui dengan persis karakter manusia-manusia
yang dicintai maupun dibenci Allah swt.
Selanjutnya Syaikh Abdul Qadir menutup nasihat dan hasil penelitiannya ini
dengan sebuah penekanan yang berbunyai:
اِعْلَمْ اَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ
الإِجْتِنَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ كَبِيْرُهَا وَصَغِيْرُهَا وَاَدَاءُ جَمِيْعِ
الْفَرَائِضِ يَسِيْرُهَا وَعَسِيْرُهَا وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلىَ اَهْلِهَا
قَلِيْلُهَا وِكَثِيْرُهَا
Ketahuiah bahwa pokok-pokok ajaran zuhud adalah menjauhi berbagai
hal-hal yang dilarang (haramkan) Allah swt, baik yang besar maupun kecil. Serta
menjalankan berbagai kewajiban (faraidh) baik yang mudah maupun yang susah.
Serta menyerahkan urusan dunia kepada para aahlinya (yang berekepentingan) baik
urusan kecil maupun urursan besar.
Keterangan penutup ini seolah memberikan isyarat kepada kita semua bahwa
zuhud bukanlah sesuatu yang berat dan spesial yang hanya bisa dilakukan
orang-orang tertentu. tetapi zuhud adalah laku alamiah yang dapat dicapai
dengan berlatih dan berlatih memulai dari hal yang kecil. Zuhud tidak semata
bersifat penghindaran, tetapi juga bersifat pelaksanaan. Dengan melaksanakan
berbagai kewajiban syariah sama artinya dengan melatih diri membisakan zuhud.
0 Response to "EMPAT KELOMPOK MANUSIA MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI, RA"
Post a Comment