2.
Lapangan Permainan Sepakbola
Lapangan
permainan berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran :
a. panjang
lapangan : 100-110
meter
b. lebar
lapangan : 75-90 meter
c. lingkaran
tengah : 9,15
meter
d. daerah
gawang : 18,32 x 5,5
meter
e. titik
tendangan penalty : 11
meter
sedangkan menurut pena sehati (2008:3)
“Lapangan yang digunakan biasannya adalah lapangan rumput yang berbentuk persegi
empat. Dengan panjang 90-120 meter dan
lebar 45-90 meter. Lingkaran tengah 9,15 meter”.
Gambar
2.1
Pena
sehati (2008:3) Gambar ukuran lapangan sepakbola
Dari
pernyataan di atas penulis menyimpulkan lapangan sepakbola harus memiliki
ukuran panjang 90 meter hingga 120 meter dan lebar 45 meter hingga 90 meter.
Setiap pertandingan dimulai dari titik tengah lapangan yang membagi lapangan
menjadi dua daerah simetris yang dikelilingi oleh lingkaran yang memiliki
diameter 9,15 meter.
Gawang
ditempatkan pada kedua ujung lapangan pada bagian tengah garis gawang.
Masing-masing gawang memiliki tinggi 2,44 meter dan lebar 7,32 meter yang
terbuat dari kayu atau logam yang memiliki ketebalan 12 centimeter, tiang
gawang dicat putih dan dipasang jaring-jaring pada bagian belakang tiang.
Daerah gawang adalah sebuah kotak persegi panjang pada masing-masing garis
gawang. Dua garis ditarik tegak lurus dari garis gawang masingmasing antara
tiang gawang yang panjangnya 5,5 meter. Ujungujung kedua garis kedua garis
dihubungkan oleh suatu garis lurus sejajar dengan garis gawang. Daerah ini
masuk bagian dari daerah tendangan hukuman (penalty area) dengan ukuran
16,5 meter dari tiang gawang. Titik penalty berjarak 11 meter dari depan
pertengahan garis gawang dan lingkaran pinalti dengan jari-jari 9,15 meter.
3.
Perlengkapan Permainan sepakbola
Di dalam permainan sepakbola di perlukan perlengkapan
yang dibutuhkan untuk mendukung lancarnya permainan sepakbola.
Bola sepakbola berbentuk bulat dan terbuat dari
kulit atau bahan lainnya yang disetujui. Bola FIFA yang resmi berdiameter 68
centimeter hingga 70 centimeter dan beratnya antara 410 gram hingga 450 gram.
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola (selain kiper) mencakup
baju kaos atau baju olahraga, celana pendek, kaos kaki, pelindung tulang kering
dan sepatu bola.
Menurut
sudrajat dkk (2005) mengungkapkan bahwa:
“
a. Setiap pemain harus memakai sepatu bola
b.
Berkaos olahraga dan bercelana pendek
c.
Tidak diperbolehkan memakai barang yang membahayakan”
sedangkan
menurut Pena Sehati (2008:5-6) mengungkapkan bahwa:
-
“ pakaian
penjaga gawang harus berbeda warnanya, untuk membedakan dengan pemain dan
wasit.
-
Pelindung paha.
-
Sepatu boleh
diberi paku, kulit atau karet disepanjang solnya.
-
Garis tengah
sepatu 1/2inchi dan di kiri kanannya bertebaran paku-paku
sebanyak sepuluh buah.
-
Sarung tangan
dipakai oleh penjag gawang”.
4.
Waktu Permainan Sepakbola
Lama permainan sepakbola adalah 2 x 45 menit,
ditambah istirahat selama 5 menit (kadang-kadang 10 menit). Jika kedudukan sama
imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2 x 15 menit, hingga didapat
pemenang. Namun, jika sama kuat maka diadakan adu penalty.
5.
Lama permainan setandar
Sebuah pertandingan dewasa yang standar terdiri atas
dua babak yang masing-masing berdurasi 45 menit. Umumnya terdapat masa
istirahat 15 menit diantara kedua babak tersebut.
6. Perpanjangan waktu dan adu
penalti
Kebanyakan pertandingan biasannya berakhir setelah
kedua babak tersebut, dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir
seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutamannya yang memerlukan
pemenang, mengdakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu kala
pertandingan berakhir imbang: dua babak masing-masing sepanjang 15 menit
dimainkan. Belum lama ini, IFAB telah mencoba menggunakan beberapa bentuk dari
sistem ‘sudden death’. Namun mereka kini telah tidak digunakan.
Jika hasilnya masih imbang setelah perpanjangan
waktu, beberapa kejuaraan mempergunakan adu penalti untuk menentukan sang
pemenang. Ada juga kejuaraan lainnya yang mengharuskan pertandingan tersebut
untuk diulangi.
Perlu diperhatikan bahwa gol yang dicetak saat babak
perpanjangan waktu ikut dihitung kedalam hasil akhir, berbeda dari gol yang
dihasilkan dari titik penalty yang hanya digunakan untuk menetukan pemenang
pertandingan.
Wasit
sebagai pengukur waktu resmi
Wasit yang meminpin pertandingan 1 orang dan dibantu
2 orang sebuah hakim garis. Wasit dibantu official
wasit yang membantu apabila terjadi pergantian pemain.
B. Hakikat Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan merupakan
penampilan motorik pada taraf yang tinggi. Gerakan pada taraf tinggi akan
terasa enak dipandang. Keterampilan ditandai dengan gerakan yang terorganisasi,
halus, dan estentis. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan
merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol tubuh dalam melakukan
gerak. Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara
memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang dengan kesadaran pikir
akan benar tidaknya gerakan yang telah dilakukan.
2. Keterampilan Dasar
Dalam permainan sepakbola keterampilan dasar pemain sangat
penting. Menurut Sucipto, dkk. (2000: 8) keterampilan dasar dalam sepakbola
terdiri atas tiga macam keterampilan, meliputi:
“(1) Keterampilan Lokomotor
dalam bermain sepakbola adalah gerakan berpindah tempat, seperti lari ke segala
arah, meloncat, melompat dan meluncur. (2) Keterampilan Nonlokomotor dalam
bermain sepakbola adalah gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat, seperti
menjangkau, melenting, membungkuk, meliuk. (3) Keterampilan Manipulatif dalam
bermain sepakbola adalah gerakan-gerakan seperti menendang bola, menggiring
bola, menyundul bola, melempar bola dan menangkap bola bagi penjaga gawang”.
C.
Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
Menurut Sucipto, dkk. (2000: 17-18) Teknik
dasar dalam permainan sepakbola adalah sebagai berikut.
‘1). Menendang (kicking),
Bertujuan untuk mengumpan, menembak ke gawang dan menyapu untuk menggagalkan
serangan lawan. Beberapa macam tendangan, yaitu menendang dengan menggunakan
kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki dan punggung kaki bagian
dalam. 2). Menghentikan (stoping), Bertujuan untuk mengontrol bola.
Beberapa macamnya yaitu menghentikan bola dengan kaki bagian dalam,
menghentikan bola dengan telapak kaki, menghentikan bola dengan menghentikan
bola dengan paha dan menghentikan bola dengan dada. 3). Menggiring (dribbling),
Bertujuan untuk mendekati jarak kesasaran untuk melewati lawan, dan menghambat
permainan. Beberapa macamnya, yaitu menggiring bola dengan kaki bagian luar,
kaki bagian dalam dan dengan punggung kaki. 4). Menyundul (heading), Bertujuan
untuk mengumpan, mencetak gol dan mematahkan serangan lawan. Beberapa macam,
yaitu menyundul bola sambil berdiri dan sambil melompat. 5). Merampas (tackling),
Bertujuan untuk merebut bola dari lawan. Merampas bola bias dilakukan dengan
sambil berdiri dan sambil meluncur. 6). Lempar ke dalam (throw-in), Lemparan
kedalam dapat dilakukan dengan awalan ataupun tanpaawalan. 7). Menjaga gawang (kiper),
Menjaga gawang merupakan pertahanan terakhir dalam permainansepakbola. Teknik
menjaga gawang meliputi menangkap bola, melempar bola, menendang bola”.
Sedangkan
menurut sudrajat dkk (2005) menjelaskan bahwa:
“Menendang
dalam permainan sepakbola diantaranya menendang bola dengan kaki bagian dalam,
punggung kaki, kaki bagian luar”.
Menendang
bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Apabila akan melakukan dengan kaki
kanan caranya sebagai berikut:
Sikap permulaan: 1). Sebelum menendang,
berdirilah di belakang bola, 2). Tumpukan kaki kiri di samping bola, 3). Badan
condong ke depan, 4). Kaki ayunkan ke belakang, 5) Pandangan kearah sasaran.
Gerakannya:
-
Ayunkan kaki
kanan lurus ke depan dengan mata kaki mengarah ke bola, Tending bola ke depan
hingga lurus kea rah sasaran.
Gambar 2.2
Sudrajat
(2005:2) Gambar menendang bola menggunakan kaki bagian dalam
Menendang
bola menggunakan punggung kaki bagian dalam, Cara menendang dengan punggung
kaki bagian dalam adalah: Sikap permulaan:
1). Berdiri di belakang bola, 2). Tumpukan
kaki kiri di samping bola, 3)Badan sedikit condong ke depan dan sedikit ke
samping kiri, 4). Kaki kanan di ayun ke belakang dengan lutut di tekuk, 5). Pandangan
di arahkan pada sasaran.
Gerakannya:
Ayunkan kaki kanan ke depan, pergelangan
kaki di putar, Posisi kaki tending serangke arah luar, Tending bola tepat
menggunakan punggung kaki bagian luar, Tendangan di ikuti gerak lanjut dari
kaki tending.
Sikap
akhir:
Kaki
tending lurus ke depan, pandangan kea rah bola, kedua tangan menjaga
keseimbangan.
Gambar 2.3
Sudrajat (2004: 3) Gambar menendang dengan punggung
kaki
Keterangan gambar:
Persiapan : Sikap
permulaan dan ayunan kaki
Pelaksanaan : Perkenaan
kaki pada bola
Follow-through : Akhir dari
tendangan
Menendang
dengan punggung kaki bagian luar. Apabila pemain akan menendang dengan kaki
kanan, caranya sebagai berikut:
Sikap permulaan:
Tumpukan
kaki kiri di samping bola, Pandangan selalu pada bola, Sikap badan sedikit
condong ke depan, Ayunkan kaki tending (kanan) dan arahkan pada bola, Kedua
lengan mengimbangi sikap tubuh.
Gerakannya:
Arahkan
kaki tending pada bola, Pada waktu memgarahkan kaki tendang pergelangan kaki
ditegangkan, agak serong ke dalam, Tendang bola dengan sisi kaki bagian luar.
Sikap akhir:
a).
lengan menjaga keseimbangan, b). kaki tendang lurus ke depan, c). tumpuan
dengan satu kaki.
Gambar 2.4
Sudrajat
(2005:4) Menendang dengan punggung kaki bagian luar
1. Mengontrol
bola
Mengontrol
bola harus secermat mungkin dan mengetahui kemana arah bola itu bergerak. Saat
lari kits harus mengimbangi arah gerak bola dan usahakan berada di depan bola
agar mudah dihentikan.
Mengontrol bola dapat dibedakan menjadi:
a) Mengontrol
bola yang datang dari arah depan;
b) Mengontrol
bola yang datang dari arah atas;
c) Mengontrol
bola ayng dating dari arah samping;
d) Mengontrol
bola yang dating dari arah luar.
2. Menyundul
bola
Gerakan
menyundul bola dapat di sesuiaikan dengan arah dan ketinggian bola. Bola disundul
bukan dengan kepala, melainkan dengan dahi atau kening. Ada beberapa cara
menyundul bola, antara lain dapat dilakukan dengan posisi badan berdiri
ditempat dan menyongsong bola.
a. Menyundul
bola di tempat
Cara
melakukannya adalah sebagai berikut:
1) Sikap
Awal
Badan
bergerak kea rah lambung bola, dan berdiri di arah lambung bola. Kedua kaki di
buka selebar bahu, dan lutut agak ditekuk. Sementara itu, kedua lengan
disamping badan dengan posisi siku bengkok untuk mengimbangi gerakan.
2) Gerakannya
Gambar 2.5
Sudrajat (2005:6) Menyundul bola di tempat
Untuk
persiapan menyundul, lentingkan badan agar bola dapat mengenai kening.
Kemudian, badan di dorong ke depan bersama kening menyundul bola sehingga bola
melayang ke depan.
3) Sikap
akhir
Pertahankan
sikap setelah menyudul, badan condong kedepan, lengan dan kaki menjaga
keseimbangan badan agar jangan sampai jatuh ke depan.
b. Menyundul
Bola dengan Menyongsong Bola
Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
Sikap Awal
Berdiri
tegak mengawasi bola yang datang melayang, kedua kaki dibuka selebar bahu dan
agak ditekuk, serta lengan disamping badan agak ke depan dengan posisi siku
bengkok.
Gerakannya
Kira-kira bola
derada sejangkau tangandidepan kepala. Dorongkan kepala ke depan bola bersamaan
dengan melangkahkan salah satu kaki dan mencondongkan badan ke depan sehingga
bola menyentuh kening. Dengan demikian, bola akan meluncur ke depan.
Gambar 2.6
Sudrajat
(2005:7) Menyundul bola dengan menyongsong bola
Sikap
Akhir
Pertahankan
sikap badan setelah menyundul bola, yaitu membungkuk ke depan. Lutut kaki
didepan ditekuk, sedangakn kaki belakang lurus. Sementara itu, lengan tetap
menjaga keseimbangan badan.
D.
Hakikat Shooting
Pada umumnya shooting bertujuan
untuk memasukan bola ke gawang lawan. Adapun bagian kaki yang digunakan untuk shooting adalah mengunakan kaki bagian
punggung.
Menurut Agung Tri Haryanto dan Sujatmiko
(2012:189-190) shooting adalah
tendangan ke arah gawang untuk menghasilkan gol.
Menurut Sucipto, dkk. (2000: 20) :
analisis
gerak shooting dengan punggung kaki adalah sebagai berikut:
(1) Badan di belakang bola
sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan
ujung kaki menghadap ke sasaran dan lutut sedikit di tekuk. (2) Kaki tendang
berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap ke sasaran. (3)
Kaki tendang ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai
bola. (4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada pungung kaki penuh
dan tepat pada tengah-tengah bola dan pada saat mengenai bola
pergelangan kaki di tegangkan. (5) Gerak lanjut kaki tendang diarahkan
dan diangkat ke arah sasaran. (6) Pandangan mengikuti jalannya bola dan
ke sasaran.
Menurut Komarudin (2011: 100) menjelaskan
bahwa ada lima dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik shooting
atau menembak, ialah:
“(1) Mengamati posisi penjaga gawang, (2) Harus memperhatikan
kemana arah tendangan. (3) Mata tetap dalam keadaan terbuka.(4) Memperhatikan
kecepatan lari dan kecepatan bola.(5) Melihat pemain bertahan atau penjaga
gawang”.
Faktor ketepatan tendangan kearah gawang
dalam menembak bola juga harus lebih diutamakan dari pada kekuatan tendangan.
Adapun teknik atau sasaran yang dapat membantu keberhasilan dalam ketepatan
menembak bola kearah gawang ada dua macam yaitu: (1) Menembak bola dengan
posisi bola rendah atau menyusur tanah dan (2) Menembak bola dengan posisi bola
dijauhkan dari penjaga gawang.
E. Hakikat Latihan
Latihan dalam bahasa
asing sering di sebut juga training menurut
Harsono (2005:43) bahwa, “latihan atau training
adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara
berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah “.
Dari pendapat di atas
maka kita bisa menguraikan pendapat tersebut. Sistematis berarti bahwa
pelatihan dilaksanakan secara teratur, terencana, menurut jadwal, menurut pola
dan system tertentu, metodis, bersinambung dari yang sedrhana ke yang lebih
konpleks. Jadi yang tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan tersebut
bukanlah latihan yang dilaksanakan secara sistematis. Berulang-ulang berarti
bahwa gerakan yang dipelajari harus dilatih secara berulang-ulang kali (mungkin
agar berpuluh atau berates kali) agar gerakan yang semula sukar dilakukan dan
koordinasi yang masih kaku menjadi kian mudah. Otomatis dan reflektif
pelaksanaannya beban kian hari kian bertambah secara berkala beban latihan
harus di tingkatkan manakala sudah tiba saatnya untuk di tingkatkan. Kalau
beban latihan tidak pernah bertambah prestasipun tidak akan meningkat.
F.
Konsep Latihan
Pada permulaan latihan
target yang hendak dicapai adalah mencapai puncak prestasi. Kemudian setelah
prestasi puncak di capai target selanjutnya adalah mempertahankan prestasi agar
teteap dipuncak prestasi mengenai prestasi dalam olahraga, ada 4 aspek yang
mempengaruhi meningkat atau menurunya prestasi atlet yaitu aspek fisik, teknik,
taktik dan mental. Oleh karena iti materi latihan hendaknya berisi tentang
latihan-latihan ke empat aspek tersebut. Sebagai mana yang di jelaskan oleh Harsono
(2005:41) “ ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan di latih secara
seksama oleh atlet yaitu (a) latihan fisik (b) latihan teknik (c) latihan
taktik dan (d) latihan mental“.
Latihan fisik adalah
latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu paktor yang amat
penting bagi setiap atlet. Kemudian latihan teknik bertujuan untuk mempermahir
penguasaan keterampilan gerak dalam suatu cabang olahraga seperti misalnya
teknik menendang, melempar, menangkap, menggiringbola, melompat, mensemes,
lari, dan sebagainya. Kemudian latihan taktik untuk mengembangkan dan
menumbuhkan daya taksir pada atlet ketika melaksanakan kegiatan atau olahraga
yang bersangkutan. Dan yang terakhir latihan mental, latihan mental sama
pentiingnya dengan ketiga aspek tersebut di atas. Sebab, betapa sempurnapun
perkembangan pisik, teknik, serta taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut
berkembang, prestasi tinggi tidak akan mungkin dapat dicapai. Hal ini juga
berlaku dalam olahraga sepakbola. Maka dari itu dalam proses latihan sepak bola
hendaknya meliputi keempat aspek tersebut.
Salah satu aspek
latihan yang penting untuk dilatih dalam permainan sepak bola adalah latihan
teknik. Latihan teknik-teknik tersebut hendaknya dilakukan sejak dini atau
sejak awal permulaan berlatih sepak bola sehingga pada saat usia keemasannya
sudah mencapai puncak kemahirannya.
G.
Prinsip-Prinsip Latihan
Kajian pisikologi adalah latihan harus dapat meningkatkan kemampuan
kerja atau pungsi faal dari tubuh sehingga tubuh dapat bekerja secara efektip
dan efisien. Prinsip-prinsip latihan yang berkaitan dengan aspek fisiologi di
antaranya adalah sebagai berikut :
1). Perinsip pemanasan tubuh (warming-up principle)
Pemanasan tubuh penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan
iyalah untuk mempersiapkan pungsi organ tubuh guna menghadapi kegiatan yang
lebih berat dalam hal ini adalah penyesuaian terhadap latihaninti.
2). Prinsip beban lebih (overload principle)
System faal dalam tubuh pada umumnya mampu untuk menyesuaikan diri
dengan beban kerja dan tantangan-tantangan yang lebih berat. Selama beban kerja
yang di terima masih berada dalam batas-batas kemampuan manusia untuk
mengatasinya dan tidak terlalu berat sehingga menimbulkan kelelahan yang
berlebihan, selama itu pula proses perkembangan fisik maupun mental manusia
masih mungkin, tanpa merugikannya.jadi beban latihan yang diberikan kepada
atlet haruslah cukup berat namun realistis yaitu sesuai dengan kemampuan atlet,
serta harus dilakukan berulang kali dengan intensitas yang tinggi. Harsono
(2004:9) menyatakan “beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah secara
preiodik dan progresif ditingkatkan”.
3). Prinsip sistematis (systematic principle)
Latihan yang benar adalah latihan yang dimulai dari kegiatan yang mudah
sampai kegiatan yang sulit, atau dari beban yang ringan sampai beban yang
berat. Hal ini berkaitan dengan kesiapan fungsi faaliah tubuh yang membutuhkan
penyesuaian terhadap beratnya beban yang di berikan dalam latihan. Dengan
berlatih secara sistematis dan dilakukan berulang-ulang maka
organisasi-organisasi system persyarapan dan fisiologis akan menjadi bertambah
baik, gerakan yang semula sukar akan menjadi gerakan yang otomatis dan
reflektif.
4). Prinsip intensitas (intensity principle)
Perubahan-perubahan pungsi fisiologis yang positif hanyalah mungkin
apabila atlet dilatih melalui suatu program latihanyang intensif yang
dilandaskan pada prinsip overload dimana secara progresif menambah beban kerja,
jumlah pengulangan serta kadar intensitas dari pengulangan tersebut. Harsono
(2010:11) menyatakan “intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan
maksimal atlet tidak akan trasa training effect-nya (dampak/manfaat
latihannya)”.
5). Prinsip pulih asal (recovery principle)
Harsono (2010:11) menyatakan “perkembanan atlet bergantung pada
pemberian istirahat yang cukup sesuai latihan agar regenerasi tubuhdan dampak
latihan bias dimaksimalkan”. Dalam hal ini atlet perlu mengembalikan kondisinya
dari kelelahan akibat latihan dengan istirahat.
H.
Hakikat Latihan Menendang Bola Ke Target
Dari penjelasan di atas
pelatihan yang penulis berikan harus memberikan keterampilan, pengetahuan,
serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya agar proses latihan sesuai
sasaran yang ingin di capai, serta meningkaatkan berbagai keahlian,
pengetahuan, pengalaman; yang berarti perubahan sikap.
Program latihan pada
penelitian ini harus sesuai dengan siswa yang di teliti agar sesuai dengan apa
yang di targetkan. Menurut Agustina (2012:3) menyatakan bahwa “beban kerja
atlet dalam latihan harus ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
fisiologis dan pisikologis masing-masing indipidu”.
Tujuan utama dalam
olahraga adalah untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu
ada empat factor yang perlu di persiapkan secara seksama, yaitu : fisik,
teknik, taktik, dan mental (pisikologis).
Menurut Arif (2008)
yang di kutip oleh Suhaemi (2010:55) bahwa : ‘hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam suatu proses berlatih adalah tahapan setiap sesi latihan fisik, yaitu
latihan pemanasan termasuk latihan peregangan berlangsung 5-10 menit, latihan
inti yaitu denyut nadi dipertahankan
minimal 15 menit dalam zona latihan, latihan pendinginan termasuk latihan
peregangan selama 5-10 menit’.
Shooting
merupkan teknik yang sangat penting dalam permainan sepak bola. Untuk memasukan
bola atau mendapatkan poin dalam permainan sepak bola, pemain sepakbola ketika
melakukan shooting, shooting-nya harus memiliki kecepatan
dan bukan hanya kecepatan saja yang harus di miliki akan tetapi ketepatan juga
sangat penting karena buat apa shooting
cepat tetapi tidak tepat sasaran. Banyak hal yang mempengaruhi ketepatan shooting diantaranya : perkenaan kaki ke
bola, tumpuan kaki, posisi badan.
Banyak pemain bola yang
kurang memiliki ketepatan. Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti pengaruh
latihan menendang bola ke target terhadap peningkatan shooting. Maksud dari latihan menendang bola ke targe ialah sebagai
berikut :
Latihan menendang bola
ke target, merupakan suatu latihan menendang bola ke target yang di tuju. maksud dari target tersebut adalah suatu sasaran
yang berupa ban luar sepeda motor yang di gantung di gawang, target
tendangannya adalah lubang tengah dari ban luar sepeda motor tersebut, jadi
bola di tendang kemudian bola harus masuk ke lubang ban sepeda motor yang di
gantung di gawang.
Untuk
memperjelas latihan menendang ke target lihat gambar di bawah ini :
Tempat
menendang
Menurut
Dewi Laelatul Badriah (2011:6) “prinsip beban bertambah merupakan salah satu
prinsip yang penting untuk mendapatkan efektifitas latihan. Prinsip peningkatan
beban bertambah yang dilakukan dalam setiap bentuk latihan, dilakukan dengan
beberapa cara, misalnya dengan meningkatkan intensitan, frekuensi, maupun lama
latihan”.
Dari penjelasan di atas
sehingga penulis menyimpulkan latihan menenbola yang akan di laksanakan akan di
lakukan secara beban bertambah yaitu latihan menendang bola ke target dari
jarak yang terdekat terus meningkat sampat jarak yang di tuju.
Takaran latihan yang di anjurkan
menurut Gilang (2009) yang di kutip oleh Mimin Emi Suhaemi (2010:55) ‘prekuensi
latihan 3-5 kali seminggu, intensitas
latihan antara 60-80 % denyut nadi maksimal (DNM) 220-umur, lama latihan
berlangsung 20-30 menit latihan daya tahan atau aerobic tanpa henti’.
Sdangkan menurut Dewi
Laelatul Badriah(2011:45) “bahwa untuk dapat memberikan efek latihan terhadap
peningkatan kemampuan komponen kebugaran jasmani, frekuensi latiha sebanyak 3-5
kali pe minggu, berdasarkan latihan ada hari latihan yang berat dan ada hari
latihan yang ringan. Yang paling penting untuk di ingant bahwa pengaturan
frekuensi latihan mempertimbangkan prinsip pulih asal dan mempertahankan dosis
tidak berlebihan”.
I.
Hakikat Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar
jam pelajaran biasa yang dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai jenis
pengetahuan, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar
jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan untuk lebih memperluas wawasan atau
kemampuan peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan olahraga.
Dasar dilaksanakannya ekstrakurikuler
olahraga terdapat dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran mata
pelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut: mengingat terbatasnya jam pelajaran
setiap minggu serta tidak adanya program kurikuler perlu disusun program
ekstrakurikuler yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah. Program
ekstrakurikuler lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan kemampuan dan
keterampilan cabangcabang olahraga serta kebiasaan hidup sehat. Program
ekstrakurikuler diperuntukkan bagi siswa yang ingin mengembangkan bakat dan kegemaran
dalam cabang olahraga serta lebih membiasakan pola hidup sehat.
J. Ekstrakurikuler di MTsN
Kertajati
Anak MTsN Kertajati yang ikut serta
dalam ekstrakurikuler sepakbola
rata-rata berusia 13-15 tahun, dalam jenjang usia ini anak akan memasuki
masa peralihan menuju remaja dan memulai sebagian jati dirinya. Karakteristik
tercermin dalam tingkah lakunya di antaranya yaitu:
a. Tercermin dalam keadaan perasaan dan emosi. Keadaan perasaan dan
emosinya sangat peka sehingga tidak stabil.
b. Keadaan mental. Kemampuan mental khususnya kemampuan pikirnya
mulai sempurna atau kritis dapat melakukan abstraksi.
c. Keadaan kemauan. Kemauan mengetahui berbagai hal dengan jalan
mencoba segala hal yang dilakukan oleh orang dewasa.
d. Keadaan moral. Dorongan seks sudah cenderung memperoleh pemuasan
sehingga mulai berani menunjukkam sikap-sikap agar menarik perhatian (sex
appeal).
MTsN Kertajati merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
memiliki kepedulian terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Jenis ekstrakurikuler di
MTsN Kertajati yang termasuk ekstrakurikuler olahraga adalah Bolabasket, Pancak
silat Bolavoli, Sepakbola sedangkan yang termasuk non olahraga antara lain
Pramuka, OSN, Palang Merah Remaja (PMR), Seni Musik, Bahasa Inggris, Seni Tari.
Melihat dari tujuan ekstrakurikuler maka
jelas bahwa diharapkan pihak sekolah berusaha memupuk kegemaran dan bakat para
siswa agar mereka mempunyai kesempatan untuk mengembangkan bakat olahraga
melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Dengan mengikuti ekstrakurikuler
sepakbola diharapkan bisa menjadi tim inti sekolah serta bisa mewakili sekolah
dalam event pertandingan sepakbola, dan diharapkan akan mendapatkan
prestasi sepakbola.
Kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di
MTsN Kertajati telah diprogramkan oleh sekolah dan merupakan salah satu cabang olahraga
pilihan. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sepakbola dilaksanakan seminggu
satu kali setiap hari Selasa, dimulai pukul 14.30 – 16.30 WIB.
K. Tujuan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler ini perlu sebab
sangat menunjang keberhasilan belajar siswa sehubungan dengan adanya
keterbatasan waktu belajar pada setiap mata pelajaran sekaligus untuk mengembangkan
diri dengan kegiatan yang positif. Ekstrakurikuler olahraga merupakan salah
satu bentuk kegiatan yang tergolong ekstra sehingga peran olahraga disini
antara lain sebagai salah satu cara pembinaan fisik, mental dan sosial yang
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang kearah yang positif. Selanjutnya
dikatakan bahwa olahraga dapat menumbuhkan disiplin diri, mengetahui kewajiban dalam
menghadapi tugas sehari-hari, hal tersebut erat kaitannya dengan pembinaan
mental.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk memperluas pengetahuan
siswa, mengenal hubungan antara berbagai jenis pengetahuan, menyalurkan bakat
dan minat, untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan peningkatan dan
penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan olahraga, serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya olahraga merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan.
Didalam kegiatan ini terkandung nilai-nilai dan memiliki aspek seperti
disiplin, keberanian, kerjasama, tolong menolong dan terbinanya sportifitas.
L. Karakteristik Siswa MTsN Kertajati
Dalam tahap perkembangannya, siswa
MTsN/SMP berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat, dari
segala aspek. Berikut ini disajikan perkembangan yang sangat erat kaitannya
dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif.
http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/07/16/karakteristik-siswa-smp/
1.
Perkembangan Aspek Kognitif
Menurut Piaget (1970) yang di kutip oleh http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/07/16/karakteristik-siswa-smp/
‘periode yang dimulai pada usia 12
tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia siswa MTsN, merupakan ‘period
of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah
kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully)
tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah
memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.
Implikasinya dalam pengajaran Teknologi informasi dan
komunikasi adalah bahwa belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran)
sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pengajaran Teknologi informasi dan
komunikasi akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan
tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa
sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh
kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner
(1993) yang di kutip http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/07/16/karakteristik-siswa-smp/, yaitu:
‘1) Kecerdasan linguistik (kemampuan
berbahasa yang fungsional), 2). Kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir
runtut), 3). Kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada
dan irama), 4). Kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mentaltentang
realitas), 5). Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan
motorik yang halus), 6). Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal
diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri), kecerdasan antarpribadi (kemampuan
memahami orang lain). Ketujuh macam kecerdasan ini berkembang pesat dan bila
dapat dimanfaatkan oleh guru Teknologi informasi dan komunikasi, akan sangat
membantu siswa dalam menguasai kemampuan berteknologi informasi dan komunikasi’.
2. Perkembangan Aspek
Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting
untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa
tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain:
‘Tahap kognitif: Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku
dan lambat. Ini terjadi karena siswa masih dalam taraf belajar untuk
mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu
gerakan. Pada tahap ini siswa sering membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi
tingkat frustasi yang tinggi. Tahap
asosiatif: Pada tahap ini, seorang siswa membutuhkan waktu yang lebih
pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang
sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan
psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan
gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada tahap ini, seorang siswa masih
menggunakan pikirannya untuk melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang
diperlukan untuk berpikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada
tahap kognitif. Dan karena waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek,
gerakan-gerakannya sudah mulai tidak kaku. Tahap
otonomi: Pada tahap ini, seorang siswa telah mencapai tingkat autonomi yang
tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat
memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap
autonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk
melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan telah dilakukan
secara spontan dan oleh karenanya gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak
mengharuskan pembelajar untuk memikirkan tentang gerakannya’.
http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/07/16/karakteristik-siswa-smp/
3. Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pengajaran Teknologi informasi dan
komunikasi juga ditentukan oleh pemahaman tentang perkembangan aspek afektif
siswa. Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh
setiap peserta didik. Bloom (Brown, 2000) yang di kutip.
http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/07/16/karakteristik-siswa-smp/
‘memberikan
definisi tentang ranah afektif yang terbagi atas lima tataran afektif yang
implikasinya dalam siswa MTsN/SMP lebih kurang sebagai berikut:
1.
Sadar
akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar;
2.
Responsif
terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka;
3.
Bisa
menilai;
4.
Sudah
mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem, dan menentukan
hubungan di antara nilai-nilai yang ada;
5.
Sudah
mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk
sistem nilai’.
Pemahaman terhadap apa yang
dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu
hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing.
Faktor pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku siswa yang sangat penting
dalam penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:
1.
Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang
kepada dirinya sendiri.
2.
Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
3.
Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir,
tegang, dsbnya.
4.
Motivasi,
yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
5.
Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
6.
Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu
pada perasaan orang lain.
(http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2011/07/16/karakteristik-siswa-smp/)
Siswa Sekolah MTsN/SMP dalam
kedudukannya sebagai peserta didik dipandang oleh sebagian besar ahli psikologi
sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas pada rangkaian proses perkembangan
seseorang. Ketidak jelasan ini karena mereka berada pada periode transisi
kanak-kanak ke periode orang dewasa. Pada masa ini umumnya mereka mengalami
masa pubertas atau masa remaja.
Berdasarkan pendapat di atas perlu
diketahui bahwa anak usia sekolah Madrasah Aliyah Nurussyahid Kertajati termasuk dalam taraf masa perkembangan
atau berada pada masa remaja berusia 13-15 tahun. Masa remaja ini merupakan
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, pada usia ini terjadi perubahan
yang menonjol pada diri anak baik perubahan fisik maupun pola berpikirnya.
0 Response to "CONTOH BAB II SKRIPSI S1 JURUSAN PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN"
Post a Comment