MADAD WALI YANG SUDAH MENINGGAL LEBIH DAHSYAT DARI MADAD WALI YANG MASIH HIDUP. DAN KAROMAH ALLAH BAGI PARA WALI-NYA TIDAK PUTUS OLEH KEMATIAN (KALAM SALAFUS SHOLIH)
Mengapa Kita lupa akan sejarah dari Tokoh yang satu ini, tokoh ini sangat Kharismatik Beliau berasal dari Majalengka, utamanya
daerah utara Majalengka yaitu Ki Bagus Rangin. Ayah dari Ki Bagus Rangin adalah Buyut
Sentayem alias Buyut Tayem. Mempunyai 3 saudara lelaki, kakaknya bernama Buyut
Bangin, sedangkan adiknya adalah Ki Buyut Sena yang makamnya terdapat di Blok Cuyu Desa Kertajati dan Ki Bagus Leja yang makamnya terdapat di Blok Buah Dua Desa Pasiripis Kertajati Majalengka. Pertanyaan Kita adalah Siapa Ki Bagus
Rangin ini, dan mengapa ia disebut kharismatik ?
Dari analisis penulis dari berbagai sumber dan data yang ada bahwa Ki Bagus Rangin adalah masih saudara dari Ki Bagus Arsitem yang ada di desa Sumber Jatitujuh, jikalau dirujuk silsilah bahwa Ki Bagus Rangin adalah keturunan dari Mbah Ki Buyut Sentayem Bin Ki Bagus Waridah/ Ki Tambak Baya Cisambeng Bin Pangeran Pasir/Ki Ageng Pasir Bin Pangeran Paseh/ Ki Bagus Pasai/ Fatahillah/ Faletehan dan Ki Bagus pasai ini adalah Menantu Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati Cirebon dari Istri Nyi Ageng Tepasarip ) Ki Bagus Pasai/fatahillah menikah dengan Putri Sinuhun yang bernama Ratu Wulung Ayu adik Kandung dari Pangeran Muhammad Arifin yang merupakan Raja ke dua dari Caruban Nagari. dan kita tahu juga bahwa Pangeran Pasai pernah juga menduduki jabatan Bupati Jayakarta yang kemudian di lanjutkan oleh Ki Bagus Angke pada abad ke lima belasan.
Jadi dari silsilah tersebut di atas jelaslah bahwa Ki Bagus Rangin itu adalah orang yang terlahir biasa di daerah Ligung namun beliau memiliki darah Pejuang yang gigih dan semangat dalam membasmi segala bentuk ketidak adilan dan penindasan dalam segala bentuknya yang dilakukan oleh Belanda kepada rakyat Caruban. makanya kita tahu kenapa Ki Bagus Rangin memiliki jiwa yang kaharismatik tetunya beliau MERASA SANGAT Bangga dengan Perjuangan leluhurnya. dan kemudian kenapa di dalam Buku-buku sejarah, Ki Bagus rangin Tidak tercatat sebagai Pahlawan pergerakan atau apaun namanya, tentunya jikalau kita baca dan lihat dalam surat Al-Ikhlas apakah ada kata-kata al-ikhlas ternyata tidak ada. tapi ada juga isyarat ayat 2 yang artinya Allah tempat kita bergantung, Biarlah perjuangan Ki Bagus Rangin Pendobrak kemungkaran dan penindasan di Negeri ini hanya Allah saja yang akan membalasnya dengan segala kemulianan dan nikmat yang luar bisa dari Sang Pencipta Alam dunia ini, amiiin Ya...Alllah Al-fatihah..............., kita berharap semoga Pemerintah Indonesia segera menganugrahi Ki Bagus Rangin dengan PAHLAWAN PERGERAKAN KEMERDEKAAN. AMIIN ....YA ALLAH.
Ki Bagus Rangin bukanlah seorang Raja, ia hanya seorang rakyat
biasa namun memiliki semangat ksatria untuk melawan kekejaman dan kediktatoran
penguasa, baik itu pemerintah kolonial Hindia Belanda maupun penguasa lokal di
Cirebon. Dalam setiap kesempatan Ia berdiri dan mengurai khotbah pembangkitan.
Sebuah khotbah yang panjang, yang menggugah kesadaran makna hidup dan kehidupan
rakyat setempat yang didera nestapa. Juga khotbah politis yang menyoroti
praktek-praktek tak benar penguasa lokal Cirebon. “Pangeran (Allah) telah
menjadikan dunia, sebagai tempat kehidupan umat. Tapi oleh Sultan malah dijual
kepada Cina dan Kompeni, yang tak pernah merasa kenyang” katanya
bergelora. Bagus Rangin belum berhenti. Masih banyak pesan suci yang dipompakan
untuk membuka mata hati, yang sebelumnya seakan sudah mati harapan. Dia pun
berhasil. Warga tersadar akan kelemahannya selama ini.
Pada waktu itu, beberapa pengusaha dari etnis Cina memang
ikut menyengsarakan masyarakat. Salah satu caranya, bersama Belanda, mereka
menyewa tanah-tanah dari Sultan Cirebon. Padahal tanah-tanah itu, seperti
kawasan utara Majalengka, juga termasuk wilayah Lohbener, Dermayu, Loyang, dan
sekitarnya merupakan sumber kehidupan rakyat.
Walhasil, ketiadaan sumber kehidupan telah memunculkan
kelaparan. Sampai-sampai rakyat terpaksa harus makan dedaunan dan rumput.
Akibat lebih lanjut, banyak diantara masyarakat berguling-guling di tanah
sembari memegangi perut. Semua merintih kesakitan. Di luar itu, sulitnya
kehidupan telah membuat sebagian orang menjual diri (hal ini terus
berkelanjutan mungkin hingga sekarang juga, seperti dilukiskan dalam tembang
pantura “remang-remang”) .
Dengan kenyataan itu, masuk akal jika rakyat begitu benci
dengan Babah –juga Belanda–setelah mendengarkan khotbah pencerahan dari Bagus
Rangin. Simaklah kata-kata seperti Babah mah bakal dicacag
/ Disiksik diipis-ipis / Dicacag diwalang-walang / Getihna arek diuyup /
Diburakeun ka bangawan / Sugan lauk baranahan / Tulangna diawur-awur / Leuweung
jati sugan subur / Polona arek dicokrok / Diburakeun ka galengan / Rawinian
sugan montok. Di sini, antara lain, terungkap tekad bahwa tubuh
Babah yang tertangkap bakal diiris-iris, dihancurkan, dan sebagainya.
Kenyataan sejarah tetap tak layak diubah. Kalaupun sejarah
ini kembali dituliskan seperti dalam catatan ini, tentu tak ada maksud sama
sekali untuk membangkitkan perasaan yang sama, seperti di hati rakyat wilayah
Kasultanan Cirebon di masa Bagus Rangin hidup. Selain zaman sudah berubah–(kini
lebih terbuka)– rasa kekhawatiran bakal munculnya kebencian berlebihan kepada
etnis Cina diyakini tak akan terjadi. Cara berpikir orang sekarang sudah jauh
lebih dewasa. Pada masa sekarang kekhawatiran seperti itu tak perlu ada.
Setelah rakyat Karaseidenan Cirebon terbangun kesadarannya,
mereka bergerak bersama Bagus Rangin. Semua ikhlas berjuang karena sudah
disusupi semangat: Mending gugur/Manan ngabdi ka
kumpeni/Mending tumpur/Manan hirup dijajah babah.
Pertempuran yang terjadi antara pasukan Bagus Rangin dan
pasukan kolonial Hindia Belanda pertama kalinya berlangsung pada 25 Februari
1806, hal ini sesuai dengan resolusi Pemerintah Kolonial di Hindia Belanda yang
menyebutkan ada kerusuhan sosial di daerah Cirebon pada tanggal tersebut.
Daerah-daerah lain yang membantu Bagus Rangin adalah berasal dari daerah
Jatitujuh, Rajagaluh, Bangawan Wetan, Sumber, Bantarjati, Cikao, Kandanghaur,
Kuningan, Linggarjati, Luragung, Maja, Sumedang, Karawang, dan Subang.
Gubernur Jenderal Hindia Belanda A.J. Wiese menugaskan kepada
Nicolas Engelhaard untuk meminta bantuan agar para bupati mengirimkan
pasukannya untuk melawan Bagus Rangin. Namun tidak semua Bupati menaati
perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda tersebut. Akibat membangkang pada
perintah kolonial Hindia Belanda, maka Sultan Kanoman Cirebon Pangeran Suriawijaya
dibuang oleh Belanda ke Ambon, dan dipecat dari jabatan Sultan pada tanggal 2
Maret 1810 oleh Gubernur Jenderal Daendells.
Perang yang terjadi di Bantarjati dari tanggal 16 sampai 29
Februari 1812 adalah perang yang terakhir dan berakhir dengan kekalahan di
pihak Bagus Rangin. Akhirnya pada tanggal 27 Juni 1812 Bagus Rangin dapat
tertangkap oleh pasukan Belanda di daerah Panongan, Jatitujuh. Pada tanggal 12
Juli 1812 Bagus Rangin dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya di
daerah Karangsambung, tepian sungai Cimanuk.
Bagus Rangin pada akhirnya gugur, namun semangat pembelaan
terhadap rakyat yang ditindas patut dihargai dan diteruskan perjuangannya.
Akhirnya 133 tahun setelah gugurnya itu, cita-cita terbesar Bagus Rangin dapat
terwujud. Apalagi kalau bukan kemerdekaan. Kemerdekaan yang dicita-citakan oleh
masyarakat adalah bukan tujuan dan bukan pula sekedar penggantian penguasa
untuk kemudian ganti berkuasa dan menindas. Tetapi kemerdekaan adalah salah
satu cara untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Semoga kita mewarisi semangatnya Kepahlawanan Ki bagusrangin untuk melawan ketidak adilan dan semoga kita mampu menjadikan beliau sebagai suatu kebanggaan yang luar buat anak cucu kita. amiiin
0 Response to "RIWAYAT SEORANG PAHLAWAN PERGERAKAN KEMERDEKAAN YANG TERLUPAKAN "KI BAGUS RANGIN" YANG KHARISMATIK"
Post a Comment