STRATIFIKASI ANAK DALAM KITAB SUCI AL-QUR'AN

Kejujuran modal dalam menuju segala kebaikan

Ketika Al-Qur'an Bicara tentang Anak

       Setiap orang tua dalam keluarga tentunya berharap untuk memiliki keturunan berupa anak yang sukses dikemudian harinya, sebagai bentuk dari orang tua agar anaknya sukes dia rela mengorbankan semua yang ada beruapa waktu, kasih sayang, biaya, tenaga, pikiran dan lainnya demi kepentingan anaknya. sekalipun dari semuanya terkadang tidak maksimal dilakukan sehingga hasilnya biasa-biasa saja oleh karenanya tidak lengkap kalau orang itu sediri tidak memiliki cara yang tepat untuk memahami ilmu jiwa tentang anak itu sendiri dari sejak dini.  
       
       Agama Islam sendiri mengingatkan kita untuk selalu merasa takut jika kita meninggalkan anak turunan kita dengan kondisi yang lemah Iman, ilmu dan lemah kesuksesan, oleh karenanya kita sebagai orang tua harus sangat peka dengan perkembangan kejiwaan anak agar tidak mewarisi kelemahan dalam segala hal. kita tahu bahwa  al-qur'an adalah pedoman dan petunjuk manusia yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhrat. semua aspk kehidupan manusia telah tercaver di dalamnya. karena itu, al-qur'an adalah merupakan sumber ilmu dan ilmu pengetahuan dan kita harus tahu bahwa di dala al-qur'an posisi anak itu terbagi kepada empat (4) katagori, yaitu:

1. Anak sebagai musuh, kita sebagai orang tua harus waspada dalam al-qur'an mengibaratkan anak 
   sebagai musuh orang tua. (QS. At-Taghobun ayat: 10).
2. Anak sebagai Fitnah, karena berapa banyak orang tua tergelincir dari norma agama, lantaran cinta   
    mereka terhadap anak diluar batas kewajaran, berapa banyak orang tua yang tersandung kasus, lantaran 
    ingin memenuhi keinginan sang anak, akhirnya orang tua harus "dimeja hijaukan" (QS. At-taghobun t: 15)
3. Anak sebagai Hiasan Dunia, Basih banyak orang tua yang bangga bila mempunyai anak yang berhasil
    seperti yang dicita-citakan, sepeti sukses pendidikannya, sukses ekonominya, sukses kariernya, seperti
    bangganya orang tua mempunyai emas dan harta benda lainya. namun ketika orang tuanya meninggal
    dunia anak tidak dapat memberikan subsidi apapun terhadap orang tuanya. (QS. Al-Imron : 14)  dan, 
4. Anak sebagai Penyejuk Hati, di dunia anak tersebut baik ucapan maupun tingkah lakunya senantiasa memberikan kesejukan hati kepada orang tuanya, dan dapat memberikan subsidi ketika orang tuanya meninggal dunia, kita ingat berdasarkan Hadits Imam Bukhori dan Imam Muslim bahwa ada tiga amal yang tidak akan terputus pahalanya sekalipun orangnya telah meninggal yaitu: 1. Amal jariyah, 2. Ilmu yang Manfaat dan 3. anak Sholeh yang selalu mendo'akan orang tuanya ketika masih hidup ataupun sudah meningal dunia. disebutlah anak tersebut dengan Qurratu A'yun (sejuk dipandang). 

        Dari uraian singkat, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran, ternyata 25% kedudukan anak sebagai musuh, 25% anak sebagai Fitnah, 25% anak sebagai hiasan dunia dan 25% anak sebagai penyejuk hati. 
        Semoga kita dapat mengemban amanat Allah SWT, terutama berupa anak, sehingga mereka menjadi anak yang Sholeh atau Qurratu A'yun dengan pmberian pendidkan agama yang maksimal dan rajin mengaji ke musholla dan tak lupa suri tauladan(contoh yang baik) di keluarga dari ayah dan ibunya. amiin.   

Foto Kegiatan Wisuda TPQ. Nurussyahid Bantarjati  Kertajati Majalengka


  Pemimpin Sidang dan anngotanya pada acara imtihan dan wisuda 


 Anak Didik RA. Nurul Hikmah Bantarjati sedang Mengumandangkan suara Adzan, hebat ya berani...!


      Anak Sholeh dan Sholehah selalu berprestasi dalam belajar dan mendapatkan hadiah dari Dewan Pendiri Yayasan Nurussyahid (KH. Muhyidin) salahsatunya peserat didik sedang sungkem sebagia bentuk anak berbudi mulia pada saat menerima hadiah prestasi belajar.

        

0 Response to "STRATIFIKASI ANAK DALAM KITAB SUCI AL-QUR'AN"