CONTOH LAPORAN AKHIR KNM / KNN DI MAJELIS TA'LIM

 Upaya Guru PAI dalam Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutinan di Majlis Ta’lim





BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menuntut ilmu merupakan kewajiban semua umat manusia terutama bagi kita yang mengaku seorang muslim, bentuk mencari ilmu dalam islam itu tidak terbatas pada kegiatan rutinitas di sekolah saja tetapi bisa dilakukan dengan cara non formal juga misal dengan menuntut ilmu di pesantren atau di majlis ta’lim baik secara lembaga atau secara kegiatan rutinan pengajian di majlis ta’lim. Keberadaan majlis ta’lim ini sangat membantu sekali dalam menambah ilmu di masyarakat karena dengan adanya majlis ta’lim rutinan setidaknya masyarakat yang ada di sekitar majlis akan ikut mendengarkan tausiah yang disampaikan oleh ustadz-ustadz penceramah.
Majlis ta’lim adalah lembaga pendidikan Islam non formal yang memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dan Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang  bertaqwa kepada Allah SWT.
Di Desa Tegalaren cara pengajian seperti itu sudah dilaksanakan baik di majlis-majlis ta’lim atau pun di mushola-mushola kecil, yang materinya disesuaikan tingkat kemampuan orang yang mengikutinya. Di Desa Tegalaren biasanya pengajian rutin yang diadakan di majlis ta’lim Desa Tegalaren diikuti oleh ibu-ibu pengajian hanya jumlahnya tidak begitu banyak. Dalam memotivasi semangat ibu-ibu pengajian supaya lebih banyak yang mengikuti lagi maka peranan guru PAI juga sangat dibutuhkan, di mana guru PAI harus pandai membujuk masyarakat agar mau mengikuti pengajian rutin yang diadakan di majlis ta’lim, untuk itu seorang guru PAI harus pandai memilih metode baik dalam membujuk masyarakat atau dalam memberikan materi.
Secara logika keberhasilan seorang guru PAI dalam memberikan motivasi kepada masyarakat serta ibu-ibu pengajian untuk dapat mengikuti secara rutin pengajian yang dilakukan di majlis ta’lim, ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang memenuhinya yaitu faktor dari dalam  individu (intrinsik) dari faktor dari luar individu (ekstrinsik). Salah satu faktor intrinsik adalah motivasi masyarakat atau ibu-ibu pengajian untuk mengikuti pengajian, tinggi rendahnya motivasi dipengaruhi oleh lingkungan, motivasi menunjukkan intensitas usaha masyarakat atau ibu-ibu dalam mengikuti pengajian.
Dari fenomena di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut, untuk dikaji lebih lanjut sampai sejauh mana guru PAI dalam memotivasi pengajian rutinan di Desa Tegalaren dari masalah ini penulis mencoba mengemasnya dalam sebuah judul “Upaya Guru PAI dalam Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutinan di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren”.

1.2  Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang di atas, penulis dapat mengambil identifikasi masalah, yaitu: Bagaimana Upaya Guru PAI dalam Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren?.

1.3  Tujuan dan Sasaran
1.3.1       Tujuan
Selaras dengan identifikasi masalah laporan ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana upaya guru PAI dalam membangkitkan motivasi pengajian di majlis ta’lim di Desa Tegalaren.


1.3.2       Sasaran
Yang menjadi objek penelitian adalah guru dan peserta pengajian (ibu-ibu pengajian), karena begitu banyak masalah yang dihadapi antara guru PAI dan Ibu-ibu pengajian.

1.4  Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1       Metode
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu metode penelitiaan yang menggambarkan suatu keadaan objek penelitian, pada saat penelitian berlangsung dilaksanakan, yang didasarkan pada fakta atau kenyataan yang ada pada saat itu.
1.4.2       Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1.     Studi kepustakaan yang teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mempelajari  bahan-bahan tertulis dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan sasaran penelitian
2.     Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan langsung di lapangan/objek sasaran yang diteliti melalui:
a.      Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan langsung ke objek sasaran.
b.     Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada kelompok sasaran (masyarakat, ibu-ibu majlis ta’lim dan guru PAI)


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
UPAYA GURU PAI DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI
PENGAJIAN RUTIN DI MAJLIS TA’LIM AL-IKHLAS

2.1     Pengertian Upaya Guru
Upaya ialah usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud, akal, ikhtiar (W.J.S Poerwadarmita, 1987: 1132). Jadi upaya guru adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan, membangkitkan, dan memotivasi kegiatan belajar.
Upaya dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan suatu kegiatan. Upaya guru merupakan akumulasi pengalaman panjang guru tentang hal-hal yang positif yang mendukung terjadinya suatu kegiatan dan pencapaian hasil kegiatan yang diharapkan, atau bersumber dari temuan-temuan penelitian yang sengaja dirancang dan diyakini efektivitasnya.
Upaya guru merupakan kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip belajar akan membantu tercapainya hasil yang diharapkan.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari upaya guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

2.2     Peranan Majlis Ta’lim dalam Kehidupan Ummat
Keberadaan majlis ta’lim dalam era globalisasi sangat penting terutama dalam menangkal dampak negatif dari globalisasi itu sendiri. Tetapi untuk menjaga eksistensi majlis ta’lim itu sendiri, majlis ta’lim harus memanfaatkan dampak positif globalisasi tersebut.
Keberadaan majlis ta’lim menjadi sangat penting karena ia berada di tengah-tengah masyarakat. Dan masyarakat adalah salah satu dari tiga lingkungan pendidikan di samping rumah tangga dan sekolah.
Jadi majlis ta’lim yang berada dalam masyarakat merupakan salah satu benteng terpenting dalam menghadapi pengaruh negatif yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat globalisasi.
Kedudukan majlis ta’lim sebagai lembaga pendidikan non formal menjadi penting antara lain kalau berfungsi:
1.     Membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang takwa kepada Allah yang Maha Esa.
2.     Sebagai taman rekreasi rohani, karena diselenggarakan dengan serius tapi santai.
3.     Sebagai ajang silaturrahmi yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiah.
4.     Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama, umara dan ummat
5.     Sebagai media penyampai gagasan modernisasi yang bermanfaat bagi pembangunan ummat

2.3     Pengertian Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutin
Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Drs. H. Ahmadi, 1997: 109).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan atau keberhasilan pembelajaran. Callahan and Clark dalam Mulyasa (2005 : 112) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Seseorang akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan kata lain seorang akan belajar  dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar seseorang sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
Jadi motivasi untuk pengajian ialah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk mengikuti pengajian. Oleh karena itu membangkitkan motivasi pengajian memegang peranan penting untuk menjadikan masyarakat yang agamis dan berakhlak mulia. Motivasi ada yang kuat dan ada yang lemah, karena bukan rangsangan dari luar.
Kalau menurut Sudirman, AM (1996: 84) motivasi memiliki tugas fungsi yaitu:
a.      mendorong manusia untuk berbuat
b.     menentukan arah perbuatan, dan
c.      menyeleksi perbuatan agar tujuan tercapai
Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuau dengan penuh semangat. Motivasi sebagai sesuatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseoang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006).
Dalam kegiatan pengajian, peran guru PAI sangat penting di dalam menumbuhkan motivasi mustami’. Menyadari bahwa motivasi terkait erat dengan kebutuhan, maka tugas guru PAI adalah meyakinkan peserta pengajian agar pesan yang ingin disampaikan dapat dicerna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam pengajian akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana penceramah memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri peserta pengajian sebagai berikut:
a.      Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek-aspek biologis, sosial dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
b.     Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c.      Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
d.     Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
e.      Motivasi bertambah bila peserta pengajian memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f.      Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman sesuai berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
g.     Proses pengajian yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi

2.4     Cara Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutin
Menurut Rudlof Dreikurs dan Pearls Cassel (1986: 45) bahwa guru harus memberikan dorongan kepada peserta didik agar peserta didik percaya diri terhadap kekuatannya. Guru jangan memberikan kesalahan-kesalahan kepada anak tapi harus ditonjolkan jawaban-jawaban yang betul agar peserta didik termotivasi dalam belajar selanjutnya.
Kalau menurut Drs. Slamento (1987:  174) cara membangkitkan motivasi belajar ialah peserta didik harus percaya diri, harus ada suatu perbuatan secara berangsur-angsur dan harus kreatif dalam situasi-situasi baru.
a.      Motivasi Intrinsik
Jadi motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu tanpa adanya paksaan dorongan dari orang lain tapi atas kemauan sendiri. Misal kemauan untuk belajar karena ingin mendapat ilmu pengetahuan.
b.     Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain misal karena disuruh untuk mengikuti pengajian oleh orang lain atau diijak mengikutinya sehingga akan menambah ilmu keagamaan.
Pendidikan keagamaan berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam (Drs. Ahmad D. Marimba, 1981: 23).
Menurut M. Arifin (1991: 10) pendidikan agama islam ialah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita islam, karena nilai-nilai islam ialah menjiwai corak kepribadiannya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membangkitkan motivasi belajar PAI ialah mendorong seseorang untuk belajar ilmu-ilmu agama islam yang sesuai dengan hukum-hukum dan nilai-nilai ajaran agama sehingga mencapai manusia yang beriman dan bertaqwa.
Menurut Mulyasa beberapa prinsip yang diterapkan untuk meningkatkan motivasi yaitu:
1)     Mustami’ akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik, dan berguna bagi dirinya.
2)     Tujuan pengajian harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada mustami’ sehingga mereka mengetahui tujuan mendengarkan ceramah.
3)     Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu mustami’.
4)     Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual mustami’, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap subyek tertentu.
5)     Usahakan untuk memenuhi kebutuhan mustami’ dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukan bahwa penceramah memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap mustami’ memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
2.5 Pengertian Majlis Ta’lim
Perkataan Majlis Ta’lim berasal dari bahsa Arab; dari kata majlis dan ta’lim. Majlis artinya tempat, dan Ta’lim artinya pengajaran atau pengajian. Dengan demikian secara bahasa(lughawi) Majlis Ta’lim adalah tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian Islam. ( Penamas Depag majalengka 2006).
Perkembangann selanjutnya menunjukan bahwa Majlis ta’lim tidak hanya terbatas sebagai temapat saja, tepi lebih maju lagi menjadi lembaga atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian.
Musyawarah Majlis Ta’lim se DKI Jakarta yang berlangsung tanggal 9-10 Juli 1980 memberi batasan (ta’rif), Majlis ta’lim adalah lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan demikian dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
a.   Majlis Ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam.
b.  Waktu belajarnya berkala tapi teratur, tidak setiap hari seperti sekolah atau madrasah.
c.  Pengikutnya disebut jama’ah ( orang banyak), bukan pelajar atau murid. Hal ini didasarkan karena kehadiran di majlis ta’lim tidak merupakan kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah atau madrasah.
d. Tujuannya lebih khusus lagi, yakni langsung dikaitkan dengan memasyarakatkan Islam.
2.6 Bentuk - Bentuk Lembaga Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, yang mencakup tangggung jawab keluarga, sekolah, pemerintah lingkungan sosial dan sebagainya dari uraian tersebut dapat di susun lembaga lembaga pendidikan Islam menurut hirarkinya, baik hirarki dalam aspek histories maupun perkembagangan pola dan system yang di pergunakan.
Menurut Muhaimin Abdul Mujib ( 1993 : 289 ) wujud lembaga pendidikan Islam seperti :
  1. Mesjid ( Surau, Langgar, Mushola ,Madrasah )
  2. Madrasah ataua pondok pesantren
  3. Pengajian majelis ta’lim
  4. Kursus kursus keislaman
  5. Badan badan konsultasi keislaman
  6. Mushabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)

BAB III
OBJEK KNM
3.1  Sejarah Singkat Desa Tegalaren
Desa Tegalaren dahulu merupakan suatu tegalan yang hampir seluruhnya ditanami pohon aren. Hampir di sekeliling wilayah yang sekarang dijadikan pemukiman masyarakat Tegalaren baik jalan masuk ataupun letak rumah pun belum ada. Desa Tegalaren bisa dikatakan desa yang berdiri sendiri tanpa ada yang mendirikannya. Masyarakat pun dahulu enggan untuk singgah di daerah Tegalaren yang sekarang dijadikan pemukiman karena letak wilayahnya berada ditengah-tengah yang diapit oleh dua wilayah yang sekarag dijadikan Desa Jatiwangi dan Desa Loji yang dibatasi jembatan besar.
Menurut sejarah para sesepuh masyarakat Tegalaren salah satunya lahir pada tahun 1918 yang sekarang berusia 92 tahun mengungkapkan Desa Tegalaren yang sekarang dikenal. Dahulu desa ini disinggahi oleh salah seorang bapak yang dalam kesehariannya bekerja sebagai pekerja penebang pohon aren yang bernama Bapak Aren, sampai punya keluarga dan keturunan yang kemudian membentuk wilayah sendiri yang dinamai Desa Tegalaren dan kemudian banyak dihuni masyarakat untuk membangun rumah. Kemudian Bapak Aren wafat dan dibumikan sebelah selatan Balai Desa Tegalaren yang sekarang dikenal sebagai pemakaman Buyut Aren. Masyarakat sangat menghormati dan menyakralkan secara Islami pemakaman tersebut atas jasa-jasa Bapak Aren.
Menurut cerita, kepercayaan masyarakat, dan orang-orang tua jaman dulu ada beberapa acara hiburan yaitu wayang kulit yang tidak boleh digelarkan oleh beberapa keturunan masyarakat Desa Tegalaren. Apabila hal tersebut dilakukan maka yang mengadakan acara hiburan akan mendapat masalah yaitu hujan akan turun selama acara hiburan tersebut berlangsung.
Desa Tegalaren dipimpin oleh seorang Kuwu/Kepala Desa dibantu oleh beberapa Pamong Desa.
Berikut Nama-nama Kepala Desa yang memimpin Desa Tegalaren Tabel 1:
No
Nama
Tahun
1
Miskem
1901-1906
2
Marniah
1906-1912
3
Jangkung
1912-1918
4
Rawi
1918-1923
5
Suarakarya
1923-1928
6
Kasum
1928-1934
7
Dulah
1934-1943
8
Sastra/Raswan
1943-1969
9
Kadma
1969-1975
10
Dawung
1975-1981
11
Endo Suanda
1981-1987
12
Wardaya
1987-1993
13
Warpan
1993-1999
14
Wardaya
1999-2008
15
Endan Wibawa
2008-Sekarang

3.2  Letak Gegografis dan Keadaan Orbitasi
Desa Tegalaren terletak di Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka jarak dari Kota Kecamatan Ligung sekitar 7 Km dengan waktu tempuh 15 Menit, jarak ke Ibu kota Kabupaten Majalengka 21 Km dengan waktu tempuh 60 menit dan Jarak ke Propinsi 286 Km.  
Secara administrative desa Tegalaren berbatasan dengan :
Sebelah Utara       : Desa Leuwiliang Baru
Sebelah Selatan    : Desa Ciborelang
Sebelah Barat       : Desa Besi
Sebelah Timur      : Desa Cisambeng

          Penggunaan Lahan Luas Wilayah
Desa Tegalaren 280.07 Ha, penggunaan desa Tegalaren terdiri atas penggunaan lahan Desa Tegalaren terdiri atas permukiman, tempat peribadatan, sawah, perkebunan rakyat, padang rumput dan lapangan olah raga dan lain lain.
          Kondisi Alam
a.  Topografi
Topografi (bentangan lahan) di Desa Tegalaren terdiri dari dataran seluas 280.07 Ha, terdriri dari :
Tabel : 2  Penggunaan Lahan Desa Tegalaren
No
Penggunaan
Luas (Ha)
1
Pemukiman Umum
83.08 Ha
2
Perkantoran Pemerintah
35.04 Ha
3
Tanah Sawah Irigasi Teknis
50.03 Ha
4
Tanah Sawah Irigasi ½ Teknis
30.03 Ha
5
Tegal/ Ladang
29.07 Ha
6
Tanah Fasilitas Umum ( Kas Desa)
19.68 Ha
7
Lapangan
15.04 Ha
8
Hutan Penduduk
10.02 Ha
9
Tanah Fasilitas Umum lainnya
8.08 Ha

Jumlah
280.07 Ha

b. Iklim
Banyaknya curah hujan yang terjadi di Desa Tegalaren adalah 200 – 300 mm/Tahun, dengan keadaan suhu rata-rata 30 -40 0C dan 6 (enam) bulan jumlah hujan pertahunnya dan tinggi tempat dari permukaan 300 M dari laut.
3.2   Sarana Dan Pra Sarana
Sarana perhubungan di Desa Tegalaren mempunyai arti penting bagi kelancaran warga desa tersebut, desa Tegalaren mempuya jalan desa yang sangat berguna bagi keancaran aktifitas masyarakat serta interaksi masyarakat dari dusun yang satu ke dusun yang lain dan dari desa yang satu ke desa yang lain.
Jalan desa yang menghubungkan desa yang satu dengan yang lain dengan permukaan aspal sehingga dapat di lalui oleh kendaraan roda empat ataupun roda dua. Pada musim hujan maupun pada musim kemarau.
a. Tabel : 3  Prasarana Tranportasi di Desa Tegalaren
No.
Status
Keterangan
Kondisi
1
Jalan Desa
Jalan aspal Km
Jalan aspal Km
Baik
Rusak
2
Jalan antar Desa/ Kecamatan
Jalan aspal Km
Jalan aspal Km
Baik
Rusak
3
Jembatan Kelas
3-9 Km
Baik
4
Jembatan Besi
2 Buah
Baik
5
Jembatan kayu/ Bambu
9 Buah
Baik

b. Tabel : 4  Sarana Transportasi Darat di desa Tegalaren

No.
Uraian
Keterangan
1
Bus Umum
Tidak Ada
2
Truk Umum
Ada
3
Angkutan Pedesaan
Tidak Ada
4
Ojeg
Ada

c. Tabel : 5  Prasarana  Komunikasi di Desa Regalaren

No.
Uraian
Keterangan
1
Wartel
Ada
2
TV Umum
Ada
3
Pemilik Radio
Ada
4
Jumlah TV
Ada
5
Jumlah Parabola
Ada
                                                                           
c. Tabel : 6  Sarna Olah raga dan Kesehatan di Desa Tegalaren

No
Uraian
Keterangan Jumlah
Keterangan Kondisi
1
Computer
1 Unit

2
Meja
4 Unit

3
Cursi
40 Unit

4
Almari Arsip
1 Unit

5
Masjid
2 Unit

6
Musholla
6 Buah

7
Bale Desa
1 Buah




c. Tabel : 7  Sarna Pemerintah dan sarana Ibadah di Desa Tegalaren

No
Uraian
Keterangan
1
Lapangan sepak Bola
-
2
Lapangan Bola Voly
3 Unit
3
Lapangan Bulu Tangkis
-
4
Lapangan Tenis Meja
-
5
Pos yandu
1 Unit
6
Polindes
2 Unit

3.3.  Keadaan Sosial Ekonomi masyarakat
Berdasarkan data statistik Desa Tegalaren Kecamatan Ligung pada tahun 2010 adalah 2350 Jiwa, dengan perincian penduduk laki laki 1.100 jiwa dan perempuan 1.250 jiwa, Adapun mata pencaharaian masyarakat Dsa Tegalaren adalah sebagai berikut :
Tabel : 8 Keadaan sosial ekonomi masyarakat Tegalaren
No
Status
Jumlah Orang (%)
1
Buruh Tani
10%
2
Petani
65%
3
Pedagang
5%
4
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
5%
5
Wiraswasta
5%
6
Buruh Bangunan
5%
7
TNI-AD
5%
8
Polri
5%
9
Pengusaha
4%
10
Purnawirawan
5%
11
Pegawai Swasta
5%

Tabel : 9 Jumlah Penduduk Tegalaren ditijau berdasarkan usia
No
Golongan Umur
Jumlah Siswa


1.
< 1 Tahun
187

2.
1 – 10 Tahun
264

3.
11 Tahun –  20 Tahun
247

4.
21 Tahun – 30 Tahun
385

5.
31 Tahun – 40 Tahun
368

6.
41 Tahun – 50 Tahun
371

7.
51 Tahun – 58 Tahun
272

8.
> 58 Tahun
256

Jumlah
2.350




3.4  Keadaan Pertanian
Desa Tegalaren yang mayoritasnya sebagai Petani, dengan tanah yang cukup luas dengan memiliki lahan tanaman pangan sebagai berikut :
Tabel : 10 Keadaan Pertanian Desa Tegalaren 
No
Golongan Umur
Jumlah Siswa


1.
Jumlah Rumah Tangga yang memiliki tanah pertanian
350 RTP

2.
Tidak memiliki
343 RTP

3.
Memiliki kurang 0,5 Ha
150 RTP

4.
Memiliki kurang 0,5 – 1,0Ha
110 RTP

5.
Memiliki lebih dari 1,0 Ha
90 RTP

6.
Jumlah Total Rumah tangga petani
350 RTP



3.5  Keadaan Pendidikan  
3.5.1 Prasarana Pendidikan Formal
Tabel : 11 Prasarana Pendidikan di Desa Tegalaren
NO.
Prasarana
Keterangan
Jumlah
Kondisi
1
TK
Ada
1
Baik
2
SD
Ada
2
Baik
3
SLTP/ MTs
-
-
-
4
SLTA/ MA
-
-
-

3.5.2 Pendidikan Penduduk 
Tabel : 12  Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tegalaren
NO.
Prasarana
Keterangan
1
Belum Sekolah
200
2
Tidak Tamat SD
172
3
Tamat SD
374
4
Tamat SLTP
253
5
Tamat SLTA
248
6
Tamat D-1
14
7
Tamat D-2
26
8
Tamat D-3
20
9
Tamat S-1
15

3.6  Keadaan Mental Spiritual Masyarakat Desa Tegalaren  
                     Penduduk Desa Tegalaren terdiri dari Agama Islam, dengan sara ibadah  2 buah Masjid, musholla/ langgar 6 buah.
Wadah Pendidikan Keagamaan
                     - Madrasah Diniyah (MD/DTA) : 1 Buah dengan jumlah murid 120 Orang
Kegitan rutin yang dilaksanakan dalam bidang keagamaan, adalah sebagai berikut :
1. Jum’atan
2. Kultum sebelum sholat Jum’at
3. Pengajian umum
4. Pengajian Majlis Ta’lim Ibu-ibu
5. Pengajian Anak-anak
6. Yasinan
7. Peringatan Hari Besar Islam
8. Tadarusan
 Dengan situasi dan kondisi lingkungan desa tegalaren yang agamis sehingga bentuk partisipasi masyarakat dal;am pembangunan mental spiritual sangat tinggi dengan realisasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di atas. Akan tetapi untuk pengembangan sarana dan prasarana Madrasah Diniyah (MD) pemerintah Desa masih kurang dalam memperhatikan pengembangan MD, ini bisa terlihat jelas ketika di Musholla, MD. Desa Tegalaren masih banyak sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti ruang kelas yang masih kurang presentatif dan tenaga pengajar yang kurang.
Berdasarkan Hasil penelitian yang penulis lakukan yang berkaitan dengan aspek lembaga pendidikan yaitu di Desa Tegalaren yaitu :
a    Masjid 
      Nama                          : AL-BAROKAH
      Imam Tetap                :  Bapak Ust. Oding Asdim
      Daya Tampung           : 1000 Orang
      Pengajian Rutin/MT   : Hari Kamis
      Alamat                                    : Blok Desa Tegalaren Kecamatan Ligung
                                                                                                                                    

b.   Diniyah Takmiliyah Awwaliyyah (DTA)
      Nama                          : Nurhidayah
      Tahun Berdiri             : 6 Januari 1992
      Lembaga Pendiri        : LKMD Desa Tegalaren
      No. NSS                      : 32/10/23/MD/246/2003      
      Kepala DTA                : Ust. Kuswanto
      Alamat                                    : Blok Desa Regalaren

Tabel  13Jumlah Murid  DTA. Nurhidayah
Kelas
Jumlah Siswa
Nama Guru Nama Guru



I
19
Ust. Kuswanto
II
33
Wanci
III
29
Tati Kuswati
IV
18
Karningsih
Jumlah
99


c.  Keadaan Majelis  Ta’lim / Mushola se- Desa Tegalaren
      Majlis Ta’lim / Mushola se-Desa Tegalaren tercatat kurang lebih  8 (Delapan) Mushola dan Masjid yaitu:
      Tabel  14 Nama-nama Musholla dan Majlis Ta’lim
NO
Nama Musholla
Alamat
Imam
Keterangan
Pengajian Rutin
1
Al-Barokah
Blok Kamis
Bapak Enjun Oding  
Hari Kamis
2
Al-Ikhlas
Blok Kamis
Bapak Asdim
Hari Kamis
3
Al-Istiqomah
Blok Senin
Bapak Udin Wahyudin
-
4
Al-karomah
Blok Sabtu
Ustadz Sarkum
-
5
Al-Mujahidin
Blok Rabu
Bapak Eman
-
6
Nurul Huda
Blok Selasa
Bapak Suwanta
-
7
Nurul Iman
Blok minggu
Bapak Karta
-
8
Al-Ikhlas
Blok Serang
Bapak Carlam
-

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1   Pelaksanaan Pengajian Rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren
Pengajian rutin atau tholabul ilmi merupakan bagian tak terpisahkan dari seorang yang mengaku muslim karena dengan mengadakan pengajian atau Tholabul Ilmi maka akan berpengaruh terhadap akhlak dan tingkah laku seorang muslim atau muslimah yang tujuannya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Artinya menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kegiatan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi ataupun dalam sosial ekonomi.
Pengajian rutin dilakukan juga untuk mempererat tali silaturahmi antar peserta pengajian sehingga tumbuh rasa kebersamaan dan ukhuwah yang baik. Dalam pelaksanaannya peserta pengajian bisa saling memberikan masukan dan nasihat tentang masalah-masalah keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

4.2   Faktor-faktor Penghambat Dalam Kegiatan Pengajian di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi di lapangan dinilai dan dirasakan belum optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a.      Kurangnya kerja sama antara masyarakat dengan pengelola pengajian, sehingga dalam kegiatan pengajian pun kadang jarang dihadiri oleh pemerintah desa
b.     Kurang adanya kemauan secara umum dari masyarakat Pasirmalati untuk lebih mendalami ilmu agama lewat pengajian rutin
c.      Waktu pelaksanaan yang berbenturan dengan kegiatan sehari-hari, karena dilaksanakan tiap hari Kamis pukul 08.00 WIB, maka pada saat itu masyarakat Pasirmalati banyak yang kerja di sawah



4.3   Usaha Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren
Dalam kegiatan pengajian yang dilaksanakan di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas yang paling utama adalah penyampaian materi harus sesuai dengan daya tangkap atau kemampuan peserta pengajian, sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih komunikatif antara penceramah dengan peserta pengajian.
Ada dua jenis tujuan yang terdapat dalam kurikulum yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum ialah tujuan majlis ta’lim pada umumnya. Tujuan ini dijabarkan dari tujuan dakwah dan pendidikan islam. Oleh karen terdapat bermacam-macam majlis ta’lim, maka dalam penjabaran tujuan itu terdapat variasi. Variasi itu ditentukan selain karena perbedaan corak dan tingkat. Majlis ta’lim juga karena perbedaan kondisi dan situasi, perbedaan peserta (jamaah) dan juga perbedaan harapan masyarakat.
Tujuan khusus adalah penjabaran tujuan umum. Dengan kata lain tujuan khusus diturunkan dari tujuan umum dalam bentuk yang lebih terperinci dan operasional sehingga mudah dilaksanakan dan mudah pula diukur atau dinilai. Untuk itu tujuan khusus digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan (kalau mungkin), atau dalam nilai dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta setelah selesai mengikuti program majlis ta’lim.
Adapun cara untuk membangkitkan motivasi pengajian rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas yaitu:
a.      Kerjasama antara pengelola Majlis Ta’lim dengan pemerintah dan guru PAI
Untuk memberi semangat pada masyarakat dalam melaksanakan pengajian rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas, maka pihak pengelola Majlis Ta’lim harus bekerja sama dengan pemerintah desa, misalnya setiap pengajian dihadiri oleh aparat desa, sehingga masyarakat yang lainnya akan merasa tergugah untuk mengikutinya dan malu kalau tidak ikut karena aparat desa saja pada ikut pengajian.
b.     Mengundang Penceramah dari Luar (Guru PAI)
Sekali-sekali mengundang penceramah dari luar, dengan mengundang ustadz baru atau penceramah baru yang memberikan materi pada saat pengajian peserta pengajian akan merasa tertarik untuk mengikutinya, walau awalnya hanya ingin tahu, tetapi pada akhirnya mereka mengikuti pengajian tersebut.
c.      Waktu Pelaksanaan Pengajian
Pelaksanaan pengajian di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas itu dilakukan pada hari Kamis pagi pukul 08.00 WIB, di mana saat itu masyarakat Desa Tegalaren banyak yang melakukan kegiatan di sawah, sehingga secara tidak langsung peserta pengajian berkurang, tetapi kalau pelaksanaan pengajiannya dilakukan pada petang hari setelah shalat magrib, kemungkinan masyarakat sudah ada di rumah dan akan siap mengikuti pengajian sekalian menunggu sembahyang isya di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1   Simpulan
Pada pelaksanaan kegiatan pengajian yang dilaksanakan di Majlis ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren, peranan guru PAI pun sangat dibutuhkan untuk memotivasi semangat masyarakat Pasirmalati dalam mengikuti pengajian rutin.
Ada beberapa faktor penghambat dalam kegiatan pengajian yang dilaksanakan di Majlis ta’lim Al-Ikhlas yaitu:
a.      Kurangnya kerja sama antara pemerintah desa, masyarakat dan pengelola majlis ta’lim
b.     Kurangnya kemauan secara umum dari masyarakat Pasirmalati untuk mengikuti pengajian
c.      Waktu pelaksanaan yang berbenturan dengan kegiatan sehari-hari
Dengan adanya hambatan-hambatan maka ada beberapa cara untuk memotivasi semangat pengajian rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas yaitu:
a.      Adanya kerja sama antara pemerintah desa, masyarakat dengan pengelola Majlis Ta’lim
b.     Mengundang penceramah dari luar
c.      Perubahan waktu pengajian

5.2   Saran
Setelah penulis meneliti di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas, maka penulis menyarankan:
a.       Untuk menanggulangi hambatan-hambatan atau tantangan tersebut di atas, yang berkaitan dengan kurang optimalnya kegiatan pengajian di Mesjid Al-Ikhlas, maka perlu adanya modifikasi secara teknis dan non teknis
b.      Perlu adanya kerja sama antara pemerintah Desa Tegalaren dengan pengelola Majlis Ta’lim yang baik dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan berjalan dengan baik

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setya.
Asmuni Syukir, (1983). Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Penerbit: Al-Ikhlas Surabaya.
Ahmad D. Marimba. 1981. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif.
Dewan Redaksi, (2002) Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve.     
Dahlan, Alwi. 2010. Prospek Dakwah dalam Era Informasi. Majalengka: Kementrian Agama Kantor Kabupaten Majalengka.
Kurt Singer. 1991. Membina Hasrat  Belajar di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moh. Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rudolf Reikurs dan Peral Cassel. 1986. Disiplin Tanpa Hukum. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.
Penamasn (2006), Pedoman Majlis Ta’lim Menuju Keluarga Sakinah, Depag Majalengka

0 Response to "CONTOH LAPORAN AKHIR KNM / KNN DI MAJELIS TA'LIM"