Upaya Guru PAI dalam Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutinan di Majlis Ta’lim
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menuntut
ilmu merupakan kewajiban semua umat manusia terutama bagi kita yang mengaku
seorang muslim, bentuk mencari ilmu dalam islam itu tidak terbatas pada
kegiatan rutinitas di sekolah saja tetapi bisa dilakukan dengan cara non formal
juga misal dengan menuntut ilmu di pesantren atau di majlis ta’lim baik secara
lembaga atau secara kegiatan rutinan pengajian di majlis ta’lim. Keberadaan majlis
ta’lim ini sangat membantu sekali dalam menambah ilmu di masyarakat karena dengan
adanya majlis ta’lim rutinan setidaknya masyarakat yang ada di sekitar majlis
akan ikut mendengarkan tausiah yang disampaikan oleh ustadz-ustadz penceramah.
Majlis
ta’lim adalah lembaga pendidikan Islam non formal yang memiliki kurikulum
sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti oleh jamaah
yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang
santun dan serasi antara manusia dan Allah SWT, antara manusia dengan
sesamanya, dan antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka membina
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah
SWT.
Di Desa
Tegalaren cara pengajian seperti itu sudah dilaksanakan baik di majlis-majlis
ta’lim atau pun di mushola-mushola kecil, yang materinya disesuaikan tingkat
kemampuan orang yang mengikutinya. Di Desa Tegalaren biasanya pengajian rutin
yang diadakan di majlis ta’lim Desa Tegalaren diikuti oleh ibu-ibu pengajian
hanya jumlahnya tidak begitu banyak. Dalam memotivasi semangat ibu-ibu
pengajian supaya lebih banyak yang mengikuti lagi maka peranan guru PAI juga
sangat dibutuhkan, di mana guru PAI harus pandai membujuk masyarakat agar mau
mengikuti pengajian rutin yang diadakan di majlis ta’lim, untuk itu seorang
guru PAI harus pandai memilih metode baik dalam membujuk masyarakat atau dalam
memberikan materi.
Secara
logika keberhasilan seorang guru PAI dalam memberikan motivasi kepada
masyarakat serta ibu-ibu pengajian untuk dapat mengikuti secara rutin pengajian
yang dilakukan di majlis ta’lim, ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang memenuhinya
yaitu faktor dari dalam individu
(intrinsik) dari faktor dari luar individu (ekstrinsik). Salah satu faktor
intrinsik adalah motivasi masyarakat atau ibu-ibu pengajian untuk mengikuti
pengajian, tinggi rendahnya motivasi dipengaruhi oleh lingkungan, motivasi
menunjukkan intensitas usaha masyarakat atau ibu-ibu dalam mengikuti pengajian.
Dari
fenomena di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut, untuk
dikaji lebih lanjut sampai sejauh mana guru PAI dalam memotivasi pengajian
rutinan di Desa Tegalaren dari masalah ini penulis mencoba mengemasnya dalam
sebuah judul “Upaya Guru PAI dalam
Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutinan di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa
Tegalaren”.
1.2
Identifikasi Masalah
Melihat
latar belakang di atas, penulis dapat mengambil identifikasi masalah, yaitu:
Bagaimana Upaya Guru PAI dalam Membangkitkan Motivasi Pengajian Rutin di Majlis
Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren?.
1.3
Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Selaras
dengan identifikasi masalah laporan ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana
upaya guru PAI dalam membangkitkan motivasi pengajian di majlis ta’lim di Desa
Tegalaren.
1.3.2 Sasaran
Yang
menjadi objek penelitian adalah guru dan peserta pengajian (ibu-ibu pengajian),
karena begitu banyak masalah yang dihadapi antara guru PAI dan Ibu-ibu
pengajian.
1.4
Metode dan Teknik
Pengumpulan Data
1.4.1 Metode
Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu metode penelitiaan yang
menggambarkan suatu keadaan objek penelitian, pada saat penelitian berlangsung
dilaksanakan, yang didasarkan pada fakta atau kenyataan yang ada pada saat itu.
1.4.2 Teknik Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan cara:
1. Studi kepustakaan
yang teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan tertulis dengan tujuan untuk
memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan sasaran penelitian
2. Studi lapangan, yaitu
teknik pengumpulan data yang dilakukan langsung di lapangan/objek sasaran yang
diteliti melalui:
a. Observasi, yaitu
teknik pengumpulan data dengan melakukan langsung ke objek sasaran.
b. Wawancara, yaitu
pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada
kelompok sasaran (masyarakat, ibu-ibu majlis ta’lim dan guru PAI)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
UPAYA GURU PAI DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI
PENGAJIAN RUTIN DI MAJLIS TA’LIM AL-IKHLAS
2.1
Pengertian Upaya Guru
Upaya ialah
usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud, akal, ikhtiar (W.J.S
Poerwadarmita, 1987: 1132). Jadi upaya guru adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh guru untuk meningkatkan, membangkitkan, dan memotivasi kegiatan belajar.
Upaya dapat
diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar dan dianggap penting yang
dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan suatu kegiatan. Upaya guru
merupakan akumulasi pengalaman panjang guru tentang hal-hal yang positif yang
mendukung terjadinya suatu kegiatan dan pencapaian hasil kegiatan yang
diharapkan, atau bersumber dari temuan-temuan penelitian yang sengaja dirancang
dan diyakini efektivitasnya.
Upaya guru
merupakan kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan pembelajaran
sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sementara bagi siswa prinsip-prinsip belajar akan membantu tercapainya hasil
yang diharapkan.
Keberhasilan
proses pembelajaran tidak terlepas dari upaya guru mengembangkan model-model
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa
secara efektif di dalam proses pembelajaran.
2.2
Peranan Majlis Ta’lim dalam
Kehidupan Ummat
Keberadaan
majlis ta’lim dalam era globalisasi sangat penting terutama dalam menangkal
dampak negatif dari globalisasi itu sendiri. Tetapi untuk menjaga eksistensi
majlis ta’lim itu sendiri, majlis ta’lim harus memanfaatkan dampak positif
globalisasi tersebut.
Keberadaan
majlis ta’lim menjadi sangat penting karena ia berada di tengah-tengah
masyarakat. Dan masyarakat adalah salah satu dari tiga lingkungan pendidikan di
samping rumah tangga dan sekolah.
Jadi majlis
ta’lim yang berada dalam masyarakat merupakan salah satu benteng terpenting
dalam menghadapi pengaruh negatif yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat
globalisasi.
Kedudukan
majlis ta’lim sebagai lembaga pendidikan non formal menjadi penting antara lain
kalau berfungsi:
1. Membina dan
mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang takwa kepada
Allah yang Maha Esa.
2. Sebagai taman
rekreasi rohani, karena diselenggarakan dengan serius tapi santai.
3. Sebagai ajang
silaturrahmi yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiah.
4. Sebagai sarana dialog
berkesinambungan antara ulama, umara dan ummat
5. Sebagai media
penyampai gagasan modernisasi yang bermanfaat bagi pembangunan ummat
2.3
Pengertian Membangkitkan
Motivasi Pengajian Rutin
Motivasi
adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Drs.
H. Ahmadi, 1997: 109).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan atau
keberhasilan pembelajaran. Callahan and Clark dalam Mulyasa (2005 : 112)
mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Seseorang akan
belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan kata lain
seorang akan belajar dengan baik apabila
ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki
kemampuan membangkitkan motivasi belajar seseorang sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
Jadi motivasi
untuk pengajian ialah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk
mengikuti pengajian. Oleh karena itu membangkitkan motivasi pengajian memegang
peranan penting untuk menjadikan masyarakat yang agamis dan berakhlak mulia.
Motivasi ada yang kuat dan ada yang lemah, karena bukan rangsangan dari luar.
Kalau
menurut Sudirman, AM (1996: 84) motivasi memiliki tugas fungsi yaitu:
a. mendorong manusia
untuk berbuat
b. menentukan arah
perbuatan, dan
c. menyeleksi perbuatan
agar tujuan tercapai
Motivasi
merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan
melakukan sesuau dengan penuh semangat. Motivasi sebagai sesuatu kekuatan yang
mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah
suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi
di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam
berbagai bentuk kegiatan.
Motivasi
terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseoang akan sesuatu
yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya.
Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya
dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak
hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006).
Dalam
kegiatan pengajian, peran guru PAI sangat penting di dalam menumbuhkan motivasi
mustami’. Menyadari bahwa motivasi terkait erat dengan kebutuhan, maka tugas
guru PAI adalah meyakinkan peserta pengajian agar pesan yang ingin disampaikan
dapat dicerna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penerapan
prinsip-prinsip motivasi dalam pengajian akan dapat berlangsung dengan baik,
bilamana penceramah memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan
psikologis sebagai individu dalam diri peserta pengajian sebagai berikut:
a. Setiap individu tidak
hanya didorong oleh pemenuhan aspek-aspek biologis, sosial dan emosional, akan
tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang
ia miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang
kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan
usaha.
c. Motivasi dipengaruhi
oleh unsur-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
e. Motivasi bertambah
bila peserta pengajian memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari
kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan
guru, orang tua dan teman sesuai berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
g. Proses pengajian yang
dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi
2.4
Cara Membangkitkan Motivasi
Pengajian Rutin
Menurut
Rudlof Dreikurs dan Pearls Cassel (1986: 45) bahwa guru harus memberikan
dorongan kepada peserta didik agar peserta didik percaya diri terhadap
kekuatannya. Guru jangan memberikan kesalahan-kesalahan kepada anak tapi harus
ditonjolkan jawaban-jawaban yang betul agar peserta didik termotivasi dalam
belajar selanjutnya.
Kalau
menurut Drs. Slamento (1987: 174) cara
membangkitkan motivasi belajar ialah peserta didik harus percaya diri, harus
ada suatu perbuatan secara berangsur-angsur dan harus kreatif dalam
situasi-situasi baru.
a. Motivasi Intrinsik
Jadi motivasi ini timbul
sebagai akibat dari dalam individu tanpa adanya paksaan dorongan dari orang
lain tapi atas kemauan sendiri. Misal kemauan untuk belajar karena ingin
mendapat ilmu pengetahuan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini timbul sebagai
akibat pengaruh dari luar diri individu, karena adanya ajakan, suruhan atau
paksaan dari orang lain misal karena disuruh untuk mengikuti pengajian oleh
orang lain atau diijak mengikutinya sehingga akan menambah ilmu keagamaan.
Pendidikan keagamaan
berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran islam (Drs. Ahmad D. Marimba, 1981: 23).
Menurut M.
Arifin (1991: 10) pendidikan agama islam ialah sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita
islam, karena nilai-nilai islam ialah menjiwai corak kepribadiannya.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membangkitkan motivasi
belajar PAI ialah mendorong seseorang untuk belajar ilmu-ilmu agama islam yang
sesuai dengan hukum-hukum dan nilai-nilai ajaran agama sehingga mencapai
manusia yang beriman dan bertaqwa.
Menurut Mulyasa beberapa
prinsip yang diterapkan untuk meningkatkan motivasi yaitu:
1) Mustami’
akan belajar lebih giat apabila topik
yang dipelajarinya menarik, dan berguna bagi dirinya.
2) Tujuan pengajian harus disusun dengan jelas dan diinformasikan
kepada mustami’ sehingga mereka mengetahui tujuan mendengarkan ceramah.
3) Manfaatkan
sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu mustami’.
4) Usahakan
untuk memperhatikan perbedaan individual mustami’, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap
terhadap subyek tertentu.
5)
Usahakan untuk memenuhi
kebutuhan mustami’ dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukan bahwa penceramah memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap mustami’ memperoleh kepuasan
dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan,
sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
2.5 Pengertian Majlis Ta’lim
Perkataan
Majlis Ta’lim berasal dari bahsa Arab; dari kata majlis dan ta’lim. Majlis
artinya tempat, dan Ta’lim artinya pengajaran atau pengajian. Dengan demikian
secara bahasa(lughawi) Majlis Ta’lim adalah tempat untuk melaksanakan
pengajaran atau pengajian Islam. ( Penamas Depag majalengka 2006).
Perkembangann
selanjutnya menunjukan bahwa Majlis ta’lim tidak hanya terbatas sebagai temapat
saja, tepi lebih maju lagi menjadi lembaga atau institusi yang menyelenggarakan
pengajaran atau pengajian.
Musyawarah Majlis Ta’lim se DKI Jakarta yang
berlangsung tanggal 9-10 Juli 1980 memberi batasan (ta’rif), Majlis
ta’lim adalah lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum
tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh
jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan
hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia
dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan demikian dari beberapa pengertian tersebut
di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
a.
Majlis Ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam.
b.
Waktu belajarnya berkala tapi teratur, tidak setiap hari seperti sekolah
atau madrasah.
c.
Pengikutnya disebut jama’ah ( orang banyak), bukan pelajar atau murid.
Hal ini didasarkan karena kehadiran di majlis ta’lim tidak merupakan kewajiban
sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah atau madrasah.
d. Tujuannya lebih khusus lagi, yakni
langsung dikaitkan dengan memasyarakatkan Islam.
2.6 Bentuk - Bentuk Lembaga Pendidikan Islam
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama, yang mencakup tangggung jawab keluarga, sekolah,
pemerintah lingkungan sosial dan sebagainya dari uraian tersebut dapat di susun
lembaga lembaga pendidikan Islam menurut hirarkinya, baik hirarki dalam aspek
histories maupun perkembagangan pola dan system yang di pergunakan.
Menurut Muhaimin Abdul Mujib ( 1993 :
289 ) wujud lembaga pendidikan Islam seperti :
- Mesjid ( Surau, Langgar, Mushola ,Madrasah )
- Madrasah ataua pondok pesantren
- Pengajian majelis ta’lim
- Kursus kursus keislaman
- Badan badan konsultasi keislaman
- Mushabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)
BAB III
OBJEK KNM
3.1
Sejarah Singkat Desa
Tegalaren
Desa Tegalaren dahulu merupakan suatu tegalan yang hampir seluruhnya
ditanami pohon aren. Hampir di sekeliling wilayah yang sekarang dijadikan
pemukiman masyarakat Tegalaren baik jalan masuk ataupun letak rumah pun belum
ada. Desa Tegalaren bisa dikatakan desa yang berdiri sendiri tanpa ada yang
mendirikannya. Masyarakat pun dahulu enggan untuk singgah di daerah Tegalaren
yang sekarang dijadikan pemukiman karena letak wilayahnya berada
ditengah-tengah yang diapit oleh dua wilayah yang sekarag dijadikan Desa
Jatiwangi dan Desa Loji yang dibatasi jembatan besar.
Menurut sejarah para sesepuh masyarakat Tegalaren salah satunya lahir
pada tahun 1918 yang sekarang berusia 92 tahun mengungkapkan Desa Tegalaren
yang sekarang dikenal. Dahulu desa ini disinggahi oleh salah seorang bapak yang
dalam kesehariannya bekerja sebagai pekerja penebang pohon aren yang bernama
Bapak Aren, sampai punya keluarga dan keturunan yang kemudian membentuk wilayah
sendiri yang dinamai Desa Tegalaren dan kemudian banyak dihuni masyarakat untuk
membangun rumah. Kemudian Bapak Aren wafat dan dibumikan sebelah selatan Balai
Desa Tegalaren yang sekarang dikenal sebagai pemakaman Buyut Aren. Masyarakat
sangat menghormati dan menyakralkan secara Islami pemakaman tersebut atas
jasa-jasa Bapak Aren.
Menurut cerita, kepercayaan masyarakat, dan orang-orang tua jaman dulu
ada beberapa acara hiburan yaitu wayang kulit yang tidak boleh digelarkan oleh
beberapa keturunan masyarakat Desa Tegalaren. Apabila hal tersebut dilakukan
maka yang mengadakan acara hiburan akan mendapat masalah yaitu hujan akan turun
selama acara hiburan tersebut berlangsung.
Desa Tegalaren dipimpin oleh seorang Kuwu/Kepala Desa dibantu oleh
beberapa Pamong Desa.
Berikut
Nama-nama Kepala Desa yang memimpin Desa Tegalaren Tabel 1:
No
|
Nama
|
Tahun
|
1
|
Miskem
|
1901-1906
|
2
|
Marniah
|
1906-1912
|
3
|
Jangkung
|
1912-1918
|
4
|
Rawi
|
1918-1923
|
5
|
Suarakarya
|
1923-1928
|
6
|
Kasum
|
1928-1934
|
7
|
Dulah
|
1934-1943
|
8
|
Sastra/Raswan
|
1943-1969
|
9
|
Kadma
|
1969-1975
|
10
|
Dawung
|
1975-1981
|
11
|
Endo Suanda
|
1981-1987
|
12
|
Wardaya
|
1987-1993
|
13
|
Warpan
|
1993-1999
|
14
|
Wardaya
|
1999-2008
|
15
|
Endan Wibawa
|
2008-Sekarang
|
3.2
Letak Gegografis dan Keadaan
Orbitasi
Desa Tegalaren
terletak di Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka jarak dari Kota Kecamatan Ligung
sekitar 7 Km dengan waktu tempuh 15 Menit, jarak ke Ibu kota Kabupaten
Majalengka 21 Km dengan waktu tempuh 60 menit dan Jarak ke Propinsi 286
Km.
Secara
administrative desa Tegalaren berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Leuwiliang Baru
Sebelah Selatan : Desa Ciborelang
Sebelah Barat : Desa Besi
Sebelah Timur : Desa Cisambeng
Penggunaan
Lahan Luas Wilayah
Desa Tegalaren 280.07 Ha, penggunaan
desa Tegalaren terdiri atas penggunaan lahan Desa Tegalaren terdiri atas
permukiman, tempat peribadatan, sawah, perkebunan rakyat, padang rumput dan lapangan
olah raga dan lain lain.
Kondisi
Alam
a. Topografi
Topografi (bentangan lahan) di Desa Tegalaren
terdiri dari dataran seluas 280.07 Ha, terdriri dari :
Tabel :
2 Penggunaan Lahan Desa Tegalaren
No
|
Penggunaan
|
Luas (Ha)
|
1
|
Pemukiman Umum
|
83.08 Ha
|
2
|
Perkantoran Pemerintah
|
35.04 Ha
|
3
|
Tanah Sawah Irigasi Teknis
|
50.03 Ha
|
4
|
Tanah Sawah Irigasi ½ Teknis
|
30.03 Ha
|
5
|
Tegal/ Ladang
|
29.07 Ha
|
6
|
Tanah Fasilitas Umum ( Kas Desa)
|
19.68 Ha
|
7
|
Lapangan
|
15.04 Ha
|
8
|
Hutan Penduduk
|
10.02 Ha
|
9
|
Tanah Fasilitas Umum lainnya
|
8.08 Ha
|
Jumlah
|
280.07 Ha
|
b. Iklim
Banyaknya
curah hujan yang terjadi di Desa Tegalaren adalah 200 – 300 mm/Tahun, dengan
keadaan suhu rata-rata 30 -40 0C dan 6 (enam) bulan jumlah hujan
pertahunnya dan tinggi tempat dari permukaan 300 M dari laut.
3.2 Sarana
Dan Pra Sarana
Sarana perhubungan di Desa Tegalaren
mempunyai arti penting bagi kelancaran warga desa tersebut, desa Tegalaren
mempuya jalan desa yang sangat berguna bagi keancaran aktifitas masyarakat
serta interaksi masyarakat dari dusun yang satu ke dusun yang lain dan dari
desa yang satu ke desa yang lain.
Jalan desa
yang menghubungkan desa yang satu dengan yang lain dengan permukaan aspal
sehingga dapat di lalui oleh kendaraan roda empat ataupun roda dua. Pada musim hujan maupun pada musim
kemarau.
a. Tabel :
3 Prasarana Tranportasi di Desa
Tegalaren
No.
|
Status
|
Keterangan
|
Kondisi
|
1
|
Jalan Desa
|
Jalan aspal Km
Jalan aspal Km
|
Baik
Rusak
|
2
|
Jalan antar Desa/ Kecamatan
|
Jalan aspal Km
Jalan aspal Km
|
Baik
Rusak
|
3
|
Jembatan Kelas
|
3-9 Km
|
Baik
|
4
|
Jembatan Besi
|
2 Buah
|
Baik
|
5
|
Jembatan kayu/ Bambu
|
9 Buah
|
Baik
|
b. Tabel : 4 Sarana Transportasi Darat di desa Tegalaren
No.
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
|
Bus Umum
|
Tidak Ada
|
2
|
Truk Umum
|
Ada
|
3
|
Angkutan Pedesaan
|
Tidak Ada
|
4
|
Ojeg
|
Ada
|
c. Tabel : 5 Prasarana
Komunikasi di Desa Regalaren
No.
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
|
Wartel
|
Ada
|
2
|
TV Umum
|
Ada
|
3
|
Pemilik Radio
|
Ada
|
4
|
Jumlah TV
|
Ada
|
5
|
Jumlah Parabola
|
Ada
|
c. Tabel : 6 Sarna Olah raga dan Kesehatan di Desa
Tegalaren
No
|
Uraian
|
Keterangan Jumlah
|
Keterangan Kondisi
|
1
|
Computer
|
1 Unit
|
|
2
|
Meja
|
4 Unit
|
|
3
|
Cursi
|
40 Unit
|
|
4
|
Almari Arsip
|
1 Unit
|
|
5
|
Masjid
|
2 Unit
|
|
6
|
Musholla
|
6 Buah
|
|
7
|
Bale Desa
|
1 Buah
|
c. Tabel : 7 Sarna Pemerintah dan sarana Ibadah di Desa
Tegalaren
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
|
Lapangan sepak Bola
|
-
|
2
|
Lapangan Bola Voly
|
3 Unit
|
3
|
Lapangan Bulu Tangkis
|
-
|
4
|
Lapangan Tenis Meja
|
-
|
5
|
Pos yandu
|
1 Unit
|
6
|
Polindes
|
2 Unit
|
3.3. Keadaan Sosial Ekonomi masyarakat
Berdasarkan
data statistik Desa Tegalaren Kecamatan Ligung pada tahun 2010 adalah 2350
Jiwa, dengan perincian penduduk laki laki 1.100 jiwa dan perempuan 1.250 jiwa, Adapun
mata pencaharaian masyarakat Dsa Tegalaren adalah sebagai berikut :
Tabel : 8
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Tegalaren
No
|
Status
|
Jumlah Orang (%)
|
1
|
Buruh Tani
|
10%
|
2
|
Petani
|
65%
|
3
|
Pedagang
|
5%
|
4
|
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
|
5%
|
5
|
Wiraswasta
|
5%
|
6
|
Buruh Bangunan
|
5%
|
7
|
TNI-AD
|
5%
|
8
|
Polri
|
5%
|
9
|
Pengusaha
|
4%
|
10
|
Purnawirawan
|
5%
|
11
|
Pegawai Swasta
|
5%
|
Tabel : 9 Jumlah
Penduduk Tegalaren ditijau berdasarkan usia
No
|
Golongan Umur
|
Jumlah Siswa
|
|
1.
|
< 1 Tahun
|
187
|
|
2.
|
1 – 10 Tahun
|
264
|
|
3.
|
11 Tahun – 20 Tahun
|
247
|
|
4.
|
21 Tahun – 30 Tahun
|
385
|
|
5.
|
31 Tahun – 40 Tahun
|
368
|
|
6.
|
41 Tahun – 50 Tahun
|
371
|
|
7.
|
51 Tahun – 58 Tahun
|
272
|
|
8.
|
> 58 Tahun
|
256
|
|
Jumlah
|
2.350
|
3.4 Keadaan Pertanian
Desa
Tegalaren yang mayoritasnya sebagai Petani, dengan tanah yang cukup luas dengan
memiliki lahan tanaman pangan sebagai berikut :
Tabel : 10
Keadaan Pertanian Desa Tegalaren
No
|
Golongan Umur
|
Jumlah Siswa
|
|
1.
|
Jumlah Rumah Tangga yang memiliki tanah
pertanian
|
350 RTP
|
|
2.
|
Tidak memiliki
|
343 RTP
|
|
3.
|
Memiliki kurang 0,5 Ha
|
150 RTP
|
|
4.
|
Memiliki kurang 0,5 – 1,0Ha
|
110 RTP
|
|
5.
|
Memiliki lebih dari 1,0 Ha
|
90 RTP
|
|
6.
|
Jumlah Total Rumah tangga petani
|
350 RTP
|
3.5 Keadaan Pendidikan
3.5.1
Prasarana Pendidikan Formal
Tabel : 11 Prasarana Pendidikan di Desa Tegalaren
NO.
|
Prasarana
|
Keterangan
|
Jumlah
|
Kondisi
|
1
|
TK
|
Ada
|
1
|
Baik
|
2
|
SD
|
Ada
|
2
|
Baik
|
3
|
SLTP/ MTs
|
-
|
-
|
-
|
4
|
SLTA/ MA
|
-
|
-
|
-
|
3.5.2
Pendidikan Penduduk
Tabel : 12 Tingkat Pendidikan
Penduduk Desa Tegalaren
NO.
|
Prasarana
|
Keterangan
|
1
|
Belum Sekolah
|
200
|
2
|
Tidak Tamat SD
|
172
|
3
|
Tamat SD
|
374
|
4
|
Tamat SLTP
|
253
|
5
|
Tamat SLTA
|
248
|
6
|
Tamat D-1
|
14
|
7
|
Tamat D-2
|
26
|
8
|
Tamat D-3
|
20
|
9
|
Tamat S-1
|
15
|
3.6 Keadaan Mental Spiritual Masyarakat Desa
Tegalaren
Penduduk Desa Tegalaren
terdiri dari Agama Islam, dengan sara ibadah
2 buah Masjid, musholla/ langgar 6 buah.
Wadah
Pendidikan Keagamaan
- Madrasah Diniyah (MD/DTA)
: 1 Buah dengan jumlah murid 120 Orang
Kegitan
rutin yang dilaksanakan dalam bidang keagamaan, adalah sebagai berikut :
1. Jum’atan
2. Kultum
sebelum sholat Jum’at
3.
Pengajian umum
4.
Pengajian Majlis Ta’lim Ibu-ibu
5.
Pengajian Anak-anak
6. Yasinan
7.
Peringatan Hari Besar Islam
8.
Tadarusan
Dengan situasi dan kondisi lingkungan desa
tegalaren yang agamis sehingga bentuk partisipasi masyarakat dal;am pembangunan
mental spiritual sangat tinggi dengan realisasi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di atas. Akan tetapi untuk pengembangan sarana dan prasarana
Madrasah Diniyah (MD) pemerintah Desa masih kurang dalam memperhatikan pengembangan
MD, ini bisa terlihat jelas ketika di Musholla, MD. Desa Tegalaren masih banyak
sarana dan prasarana yang kurang memadai, seperti ruang kelas yang masih kurang
presentatif dan tenaga pengajar yang kurang.
Berdasarkan
Hasil penelitian yang penulis lakukan yang berkaitan dengan aspek lembaga
pendidikan yaitu di Desa Tegalaren yaitu :
a Masjid
Nama :
AL-BAROKAH
Imam Tetap : Bapak Ust. Oding Asdim
Daya Tampung :
1000 Orang
Pengajian Rutin/MT :
Hari Kamis
Alamat :
Blok Desa Tegalaren Kecamatan Ligung
b. Diniyah Takmiliyah Awwaliyyah (DTA)
Nama :
Nurhidayah
Tahun
Berdiri : 6 Januari 1992
Lembaga
Pendiri : LKMD Desa Tegalaren
No. NSS : 32/10/23/MD/246/2003
Kepala DTA :
Ust. Kuswanto
Alamat :
Blok Desa Regalaren
Tabel 13Jumlah Murid DTA. Nurhidayah
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
Nama Guru Nama Guru
|
I
|
19
|
Ust. Kuswanto
|
II
|
33
|
Wanci
|
III
|
29
|
Tati Kuswati
|
IV
|
18
|
Karningsih
|
Jumlah
|
99
|
c. Keadaan Majelis Ta’lim / Mushola se- Desa Tegalaren
Majlis Ta’lim / Mushola se-Desa Tegalaren
tercatat kurang lebih 8 (Delapan) Mushola
dan Masjid yaitu:
Tabel 14 Nama-nama Musholla dan
Majlis Ta’lim
NO
|
Nama Musholla
|
Alamat
|
Imam
|
Keterangan
Pengajian Rutin
|
1
|
Al-Barokah
|
Blok Kamis
|
Bapak Enjun Oding
|
Hari Kamis
|
2
|
Al-Ikhlas
|
Blok Kamis
|
Bapak Asdim
|
Hari Kamis
|
3
|
Al-Istiqomah
|
Blok Senin
|
Bapak Udin Wahyudin
|
-
|
4
|
Al-karomah
|
Blok Sabtu
|
Ustadz Sarkum
|
-
|
5
|
Al-Mujahidin
|
Blok Rabu
|
Bapak Eman
|
-
|
6
|
Nurul Huda
|
Blok Selasa
|
Bapak Suwanta
|
-
|
7
|
Nurul Iman
|
Blok minggu
|
Bapak Karta
|
-
|
8
|
Al-Ikhlas
|
Blok Serang
|
Bapak Carlam
|
-
|
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Pelaksanaan Pengajian Rutin
di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren
Pengajian
rutin atau tholabul ilmi merupakan bagian tak terpisahkan dari seorang yang
mengaku muslim karena dengan mengadakan pengajian atau Tholabul Ilmi maka akan
berpengaruh terhadap akhlak dan tingkah laku seorang muslim atau muslimah yang
tujuannya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Artinya menghayati dan
mengamalkan ajaran agama dalam kegiatan sehari-hari, baik dalam kehidupan
pribadi ataupun dalam sosial ekonomi.
Pengajian
rutin dilakukan juga untuk mempererat tali silaturahmi antar peserta pengajian
sehingga tumbuh rasa kebersamaan dan ukhuwah yang baik. Dalam pelaksanaannya
peserta pengajian bisa saling memberikan masukan dan nasihat tentang
masalah-masalah keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
4.2
Faktor-faktor Penghambat
Dalam Kegiatan Pengajian di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren
Berdasarkan
hasil pengamatan atau observasi di lapangan dinilai dan dirasakan belum
optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kurangnya kerja sama
antara masyarakat dengan pengelola pengajian, sehingga dalam kegiatan pengajian
pun kadang jarang dihadiri oleh pemerintah desa
b. Kurang adanya kemauan
secara umum dari masyarakat Pasirmalati untuk lebih mendalami ilmu agama lewat
pengajian rutin
c. Waktu pelaksanaan
yang berbenturan dengan kegiatan sehari-hari, karena dilaksanakan tiap hari Kamis
pukul 08.00 WIB, maka pada saat itu masyarakat Pasirmalati banyak yang kerja di
sawah
4.3
Usaha Membangkitkan Motivasi
Pengajian Rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren
Dalam
kegiatan pengajian yang dilaksanakan di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas yang paling
utama adalah penyampaian materi harus sesuai dengan daya tangkap atau kemampuan
peserta pengajian, sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih komunikatif antara
penceramah dengan peserta pengajian.
Ada dua
jenis tujuan yang terdapat dalam kurikulum yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum
ialah tujuan majlis ta’lim pada umumnya. Tujuan ini dijabarkan dari tujuan
dakwah dan pendidikan islam. Oleh karen terdapat bermacam-macam majlis ta’lim,
maka dalam penjabaran tujuan itu terdapat variasi. Variasi itu ditentukan
selain karena perbedaan corak dan tingkat. Majlis ta’lim juga karena perbedaan
kondisi dan situasi, perbedaan peserta (jamaah) dan juga perbedaan harapan
masyarakat.
Tujuan
khusus adalah penjabaran tujuan umum. Dengan kata lain tujuan khusus diturunkan
dari tujuan umum dalam bentuk yang lebih terperinci dan operasional sehingga
mudah dilaksanakan dan mudah pula diukur atau dinilai. Untuk itu tujuan khusus
digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan (kalau mungkin), atau dalam
nilai dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta setelah selesai mengikuti
program majlis ta’lim.
Adapun cara
untuk membangkitkan motivasi pengajian rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas yaitu:
a. Kerjasama antara
pengelola Majlis Ta’lim dengan pemerintah dan guru PAI
Untuk
memberi semangat pada masyarakat dalam melaksanakan pengajian rutin di Majlis Ta’lim
Al-Ikhlas, maka pihak pengelola Majlis Ta’lim harus bekerja sama dengan
pemerintah desa, misalnya setiap pengajian dihadiri oleh aparat desa, sehingga
masyarakat yang lainnya akan merasa tergugah untuk mengikutinya dan malu kalau
tidak ikut karena aparat desa saja pada ikut pengajian.
b. Mengundang Penceramah
dari Luar (Guru PAI)
Sekali-sekali
mengundang penceramah dari luar, dengan mengundang ustadz baru atau penceramah
baru yang memberikan materi pada saat pengajian peserta pengajian akan merasa
tertarik untuk mengikutinya, walau awalnya hanya ingin tahu, tetapi pada
akhirnya mereka mengikuti pengajian tersebut.
c. Waktu Pelaksanaan
Pengajian
Pelaksanaan
pengajian di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas itu dilakukan pada hari Kamis pagi pukul
08.00 WIB, di mana saat itu masyarakat Desa Tegalaren banyak yang melakukan
kegiatan di sawah, sehingga secara tidak langsung peserta pengajian berkurang,
tetapi kalau pelaksanaan pengajiannya dilakukan pada petang hari setelah shalat
magrib, kemungkinan masyarakat sudah ada di rumah dan akan siap mengikuti
pengajian sekalian menunggu sembahyang isya di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Pada pelaksanaan
kegiatan pengajian yang dilaksanakan di Majlis ta’lim Al-Ikhlas Desa Tegalaren,
peranan guru PAI pun sangat dibutuhkan untuk memotivasi semangat masyarakat
Pasirmalati dalam mengikuti pengajian rutin.
Ada
beberapa faktor penghambat dalam kegiatan pengajian yang dilaksanakan di Majlis
ta’lim Al-Ikhlas yaitu:
a. Kurangnya kerja sama
antara pemerintah desa, masyarakat dan pengelola majlis ta’lim
b. Kurangnya kemauan
secara umum dari masyarakat Pasirmalati untuk mengikuti pengajian
c. Waktu pelaksanaan
yang berbenturan dengan kegiatan sehari-hari
Dengan
adanya hambatan-hambatan maka ada beberapa cara untuk memotivasi semangat
pengajian rutin di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas yaitu:
a. Adanya kerja sama
antara pemerintah desa, masyarakat dengan pengelola Majlis Ta’lim
b. Mengundang penceramah
dari luar
c. Perubahan waktu
pengajian
5.2
Saran
Setelah
penulis meneliti di Majlis Ta’lim Al-Ikhlas, maka penulis menyarankan:
a. Untuk menanggulangi
hambatan-hambatan atau tantangan tersebut di atas, yang berkaitan dengan kurang
optimalnya kegiatan pengajian di Mesjid Al-Ikhlas, maka perlu adanya modifikasi
secara teknis dan non teknis
b. Perlu adanya kerja
sama antara pemerintah Desa Tegalaren dengan pengelola Majlis Ta’lim yang baik
dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Ahmadi, 1997. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setya.
Asmuni
Syukir, (1983). Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Penerbit: Al-Ikhlas
Surabaya.
Ahmad D.
Marimba. 1981. Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif.
Dewan Redaksi, (2002) Ensiklopedi
Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve.
Dahlan,
Alwi. 2010. Prospek Dakwah dalam Era
Informasi. Majalengka: Kementrian Agama Kantor Kabupaten Majalengka.
Kurt
Singer. 1991. Membina Hasrat Belajar di Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moh. Uzer
Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rudolf Reikurs
dan Peral Cassel. 1986. Disiplin Tanpa
Hukum. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.
Penamasn (2006), Pedoman
Majlis Ta’lim Menuju Keluarga Sakinah, Depag Majalengka
0 Response to "CONTOH LAPORAN AKHIR KNM / KNN DI MAJELIS TA'LIM"
Post a Comment