DKM MASJID BAETURRAHMAN DESA BANTARJATI KERTAJATI MENERIMA WAKAF TANAH
SELUAS 1.406 m2 DARI IBU HAJAH INAH KERTAJATI
Pengertian, Rukun dan Fungsi Wakaf
Pengertian Wakaf
Ilustrasi Wakaf |
Kata wakaf atau waqf berasal dari bahasa Arab, yaitu Waqafa berarti
menahan atau berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri. Wakaf dalam
Kamus Istilah Fiqih adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik
suatu badan yang memberi manfaat bagi masyarakat (Mujieb, 2002:414).
Wakaf menurut hukum Islam dapat juga berarti menyerahkan suatu hak milik
yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf)
baik berupa perorangan maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan
bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan
syari’at Islam (M. Zein, 2004:425). Hukum wakaf
apabila dilakukan berdasarkan tuntutan syari'at maka wakaf tersebut
hukumnya mustahab, sebab ia merupakan salah satu bentuk sedekah. Tapi
sekiranya orang bernadzar mewakafkan sesuatu, maka wakaf tersebut
menjadi sebuah kewajiban,
lantaran nadzar tersebut. Namun, seandainya terdapat unsur kezhaliman
pada akad wakaf tersebut atau mewakafkan sesuatu yang diharamkan, maka
wakaf tersebut adalah haram. Hukum wakaf juga dapat menjadi makruh
apabila wakaf tersebut menyulitkan ahli waris. Jadi, pada wakaf berlaku
lima jenis hukum (mubah, wajib, sunnah, haram, atau makruh).
Para ulama telah berbeda pendapat mengenai pengertian wakaf
secara istilah (hukum), hal itu sesuai dengan perbedaan mahzab yang
telah dianutnya. Adapun pendapat masing-masing ulama adalah sebagai
berikut:
- Wakaf menurut Ibn Hajar Al-Haitami dan Syaikh Umairah: Menahan harta yang bisa dimanfaatkan dengan menjaga keutuhan harta tersebut, dengan memutuskan kepemilikan barang tersebut dan pemiliknya untuk hal yang dibolehkan.
- Wakaf menurut Imam Nawawi: Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya, sementara benda itu tetap ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah”.
- Wakaf menurut A. Imam Syarkhasi: Menahan harta dari jangkuan kepemilikan orang lain (habsul mamluk ‘an al-tamlik min al-ghair).
- Wakaf menurut Al-Murghiny: wakaf ialah menahan harta di bawah tangan pemiiiknya, disertai pemberian manfaat sebagai sedekah (habsul ‘aini ala maliki al-Wakif wa tashaduq bi almanfa’ab).
- Wakaf menurut Ibn Arafah: wakaf ialah memberikan manfaat sesuatu, pada batas waktu keberadaannya, bersamaan tetapnya wakaf dalam kepemilikan si pemiliknya meski hanya perkiraan (pengandaian).
- Wakaf menurut UU RI No 41 tahun 2004: Wakaf adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
- Wakaf menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977: Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaan yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.
- Wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI): Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Sekian uraian tentang Pengertian Wakaf dan Hukum Wakaf semoga bermanfaat.
Referensi:
- Elsi Kartika Sari. 2007. Pengantar Hukum Zakat & Wakaf. Jakarta: PT Grasindo.
Tujuan Wakaf
Wakaf adalah berdasarkan ketentuan agama dengan tujuan taqarrub kepada
Allah SWT untuk mendapatkan kebaikan dan ridha-Nya. Mewakafkan harta
benda jauh lebih utama dan lebih besar pahalanya daripada bersedekah
biasa, karena sifatnya kekal dan manfaatnya pun lebih besar. Pahalanya
akan terus mengalir kepada wakifnya meskipun dia telah meninggal.
Tujuan wakaf berdasarkan hadits yang berasal dari Ibnu Umar ra. dapat dipahami ada dua macam yakni:
- Untuk mencari keridhaan Allah SWT
- Untuk kepentingan masyarakat
Rukun dan Syarat Wakaf
Menurut jumhur ulama dari mazhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali, mereka sepakat bahwa rukun wakaf ada empat, yaitu:
- Wakif (orang yang berwakaf)
- Mauquf ‘alaih (orang yang menerima wakaf)
- Mauquf (harta yang diwakafkan)
- Sighat (pernyataan wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan harta bendanya).
Menurut pasal 6 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur wakaf sebagai berikut:
- Wakif
- Nadzir
- Harta Benda Wakaf
- Ikrar Wakaf
- Peruntukkan Harta Benda Wakaf
- Jangka Waktu Wakaf
Menurut hukum (fiqih) Islam, wakaf baru dikatakan sah apabila memenuhi dua persyaratan, yaitu:
- Tindakan/perbuatan yang menunjukan pada wakaf.
- Dengan ucapan, baik ucapan (ikrar) yang sharih (jelas) atau ucapan yang kinayah (sindiran). Ucapan yang sharih seperti: “Saya wakafkan….”. Sedangkan ucapan kinayah seperti: “Saya shadaqahkan, dengan niat untuk wakaf”.
Macam-macam Wakaf
Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batasan waktunya dan penggunaan barangnya.
a. Wakaf berdasarkan tujuan
Wakaf berdasarkan tujuan ada tiga, yaitu:
- Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk kepentingan umum
- Wakaf keluarga (dzurri), yaitu apabila tujuan wakaf untuk member manfaat kepada wakif, keluarganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat kaya atau miskin, sakit atau sehat dan tua atau muda.
- Wakaf gabungan (musytarak), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum dan keluarga secara bersamaan.
- Ulama fikih seperti yang dinyatakan oleh Abdul Aziz Dahlan dalam Ensiklopedi Hukum Islam (2006: 1906) membagi wakaf kepada dua bentuk:
- 1. Wakaf khairi. Wakaf ini sejak semula diperuntukkan bagi kemaslahatan atau kepentingan umum, sekalipun dalam jangka waktu tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk membangun masjid, sekolah, dan Rumah Sakit.2. Wakaf ahli atau zurri. Wakaf ini sejak semula ditentukan kepada pribadi tertentu atau sejumlah orang tertentu sekalipun pada akhirnya untuk kemaslahatan atau kepentingan umum, karena apabila penerima wakaf telah wafat maka harta wakaf itu tidak boleh diwarisi oleh ahli waris yang menerima wakaf.
b. Wakaf berdasarkan batasan waktunya
Wakaf berdasarkan batasan waktunya terbagi menjadi dua macam, yaitu:
- Wakaf abadi yaitu apabila wakafnya berbentuk barang yang bersifat abadi, seperti tanah dan bangunan dengan tanahnya, atau barang bergerak yang ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, dimana sebagian hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk biaya perawatan wakaf dan mengganati kerusakannya.
- Wakaf Sementara yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang-barang yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa member syarat untuk mengganti bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa dikarenakan oleh keinginan wakif yang member batasan waktu ketika mewakafkan barangnya.
c. Wakaf berdasarkan penggunaannya
Wakaf berdasarkan penggunaanya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
- Wakaf langsung yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk mencapai tujuannya seperti mesjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, rumah sakit untuk mengobati orang sakit dan sebagainya.
- Wakaf Produktif yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.
Fungsi Wakaf
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 5 dijelaskan bahwa fungsi
wakaf adalah mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf
untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Fungsi wakaf itu terbagi menjadi empat fungsi, yaitu:
- Fungsi Ekonomi. Salah satu aspek yang terpenting dari wakaf adalah keadaan sebagai suatu sistem transfer kekayaan yang efektif.
- Fungsi Sosial. Apabila wakaf diurus dan dilaksanakan dengan baik, berbagai kekurangan akan fasilitas dalam masyarakat akan lebih mudah teratasi.
- Fungsi Ibadah. Wakaf merupakan satu bagian ibadah dalam pelaksanaan perintah Allah SWT, serta dalam memperkokoh hubungan dengan-Nya.
- Fungsi Akhlaq. Wakaf akan menumbuhkan ahlak yang baik, dimana setiap orang rela mengorbankan apa yang paling dicintainya untuk suatu tujuan yang lebih tinggi dari pada kepentingan pribadinya
Sejarah Wakaf
Rasulullah SAW merupakan perintis kepada amalan wakaf berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin Syaibah daripada ‘Amr bin Sa’ad
bin Mu’az yang bermaksud:
“ | Kami bertanya tentang wakaf yang terawal dalam Islam? Orang-orang Ansar mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.[6] | ” |
Orang Jahiliyyah tidak mengenali akad wakaf yang merupakan sebahagian
daripada akad-akad tabarru’, lalu Rasulullah SAW memperkenalkannya
kerana beberapa ciri istimewa yang tidak wujud pada akad-akad sedekah
yang lain. Institusi terawal yang diwakafkan oleh Rasulullah SAW ialah
Masjid Quba’ yang diasaskan sendiri oleh Baginda SAW apabila tiba di
Madinah pada 622M atas dasar ketaqwaan kepada Allah SWT. Ini diikuti
pula dengan wakaf Masjid Nabawi enam bulan selepas pembinaan Masjid
Quba’. Diriwayatkan bahawa Baginda SAW membeli tanah bagi pembinaan
masjid tersebut daripada dua saudara yatim piatu iaitu Sahl dan Suhail
dengan harga 100 dirham. Pandangan masyhur menyatakan individu pertama
yang mengeluarkan harta untuk diwakafkan adalah Saidina ‘Umar RA dengan
mewakafkan 100 bahagian daripada tanah Khaibar kepada umat Islam.
Anaknya Abdullah bin ‘Umar RA menyatakan bahawa ayahnya telah mendapat
sebidang tanah di Khaibar lalu dia datang kepada Rasulullah SAW untuk
meminta pandangan tentang tanah itu, maka katanya:
“ | Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah di Khaibar, dimana aku tidak mendapat harta yang lebih berharga bagiku selain daripadanya, (walhal aku bercita-cita untuk mendampingkan diri kepada Allah) apakah yang engkau perintahkan kepadaku dengannya?. | ” |
Maka sabda Rasulullah SAW:
“ | Jika engkau hendak, tahanlah (bekukan) tanah itu, dan sedekahkan manfaatnya.” “Maka ’Umar telah mewakafkan hasil tanahnya itu, sesungguhnya tanah itu tidak boleh dijual, tidak boleh dihibah (diberi) dan diwarisi kepada sesiapa.” Katanya lagi: “’Umar telah menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba yang baru merdeka, pejuang-pejuang di jalan Allah, ibn Sabil dan para tetamu. Tidaklah berdosa sesiapa yang menyelia tanah wakaf itu memakan sebahagian hasilnya sekadar yang patut, boleh juga ia memberi makan kawan-kawannya, tetapi tidaklah boleh ia memilikinya. | ” |
Sejak itu amalan wakaf berkembang sehingga menjadi tulang belakang
kepada menjadi teras kepada pembangunan umat Islam terdahulu dan
berkekalan sehingga ke hari ini. Banyak institusi pendidikan seperti
Universiti Cordova di Andalus, Al-Azhar al-Syarif di Mesir, Madrasah
Nizamiyyah di Baghdad, al-Qurawiyyin di Fez, Maghribi, Al-Jamiah
al-Islamiyyah di Madinah, Pondok Pesantren Darunnajah di Indonesia,
Madrasah Al-Juneid di Singapura dan banyak institusi pondok dan sekolah
agama di Malaysia adalah berkembang berasaskan harta wakaf. Universiti
Al-Azhar contohnya telah membangun dan terus maju hasil sumbangan harta
wakaf. Sehingga kini pembiayaan Univesiti Al-Azhar yang dibina sejak
1000 tahun lalu telah memberikan khidmat percuma pengajian kepada ribuam
pelajar Islam dari seluruh dunia. Merekalah yang menjadi duta Al-Azhar
untuk membimbing umat Islam kearah penghayatan Islam di seluruh pelusuk
dunia
KEISTIMEWAAN WAKAF
Harta wakaf dalam dioperasikan sebagai pemangkin pembangunan ekonomi umat Islam kerana ia memiliki beberapa ciri berikut:
- Keunikan wakaf pada konsep pemisahan di antara hak pemilikan dan faedah penggunaannya. Pewakafan harta menyebabkan kuasa pemilikan hartanya akan terhapus daripada harta tersebut. Wakaf secara prinsipnya adalah satu kontrak berkekalan dan pewakaf tidak boleh lagi memiliki harta itu dengan apa jua sekalipun, kecuali sebagai pengurus harta wakaf. Secara majazinya harta wakaf adalah menjadi milik Allah Taala.
- Wakaf adalah sedekah berterusan yaitu bukan saja membolehkan wakif mendapat pahala berterusan, tetapi penerima mendapat faedah berterusan. Dengan itu pihak yang bergantung wakaf boleh mengatur perancangan kewangan institusinya dengan berkesan untuk jangka panjang. Disamping itu pihak pewakaf tidak perlu bimbang mungkin berlaku sabotaj seperti pengubahan status wakaf tanahnya oleh pemerintah kerana kaedah fiqh menyatakan: “Syarat pewakaf adalah seperti nas Syara’.”
- Penggunaan harta wakaf adalah untuk kebajikan dan perkara-perkara yang diharuskan oleh Syara’. Oleh tidak diwajibkan menentukan golongan yang mendapat manfaat daripada wakaf dan memadai menyebutkan: “Saya wakafkan harta ini kerana Allah.” Ciri ini membolehkan pengembangan harta wakaf kepada pelbagai bentuk moden selagimana ia menepati objektif wakaf.
Wakaf memiliki banyak hikmah dan
manfaat baik bagi yang mewakafkan atau untuk pengguna wakaf . Untuk itu di
bawah ini akan disebutkan sebagian kecil dari hikmah dan manfaat wakaf :
1. Hikmah wakaf
a. Menghilangkan
sifat tamak dan kikir manusia atas harta yang dimilikinya.
b.Menanamkan kesadaran bahwa di dalam setiap harta benda itu
meski telah menjadi milik seseorang secara sah, tetapi masih ada di dalamnya
harta agama yang mesti diserahkan sebagaimana halnya juga zakat.
c. Menyadarkan seseorang bahwa kehidupan di akhirat memerlukan
persiapan yang cukup . Maka persiapan bekal itu diantaranya adalah
harta yang pernah diwakafkan
d.Dapat menopang dan mengerakan kehidupan sosial
kemasyarakatan umat islam, baik aspek ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan
lainnya.
2. Manfaat wakaf
Di antara manfaat wakaf baik bagi
wakif dan pengguna wakaf adalah :
a. Pahala yang trus menerus
mengalir selama benda yang diwakafkan masih dimanfaatkan walaupun si wakif
sudah meninggal dunia
b.Terus-menerusnya manfaat dalam
berbagai jenis kebaikan dan tidak terputus dengan sebab berpindahnya
kepemilikan.
Manfaat lainnya adalah:
1. Membuka peluang manusia untuk bisa beramal kepada sesama manusia selamanya. hal ini terkait bahwa salah satu unsur wakaf
adalah bahwa barang yg di wakafkan harus memiliki sifat kekal. sehingga
selama barang wakaf tersebut di manfaatkan sebagai mana mestinya, itu
berarti pahala bagi pemberi wakaf akan terus didapatkan.
2. membantu orang lain untuk mendapatkan kemudahan dgn memanfaatkan barang yg di wakaf kan.
3. menjadi perangsang bagi orng lain untuk bisa berbuat baik kepada sesama manusia.
4.Menghilangkan sifat tamak dan kikir manusia atas harta yang dimilikinya.
Daftar Pustaka
- Ali, Muhammad Daud, 1998, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press.
- Mujieb, M. Abdul dkk, 2002, Kamus Istilah Fiqih, cet. III, Jakarta: Pustaka Firdaus.
- M. Zein, Satria Effendi, 2004, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, cet. I, Jakarta: Kencana.
- Qahaf, Munzir, 2004, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta: KHALIFA.
0 Response to "BU HAJAH INAH KERTAJATI MEWAKAFKAN TANAH BUAT MASJID BAETURRAHMAN DESA BANTARJATI KERTAJATI MAJALENGKA"
Post a Comment