WARISKAN KEPADA ANAK-ANAK DIDIK KITA NI;LAI-NILAI SHOLAT 5 WAKTU
MEREKA ADALAH MASA DEPAN BANGSA INDONESIA YANG TERCINTA
Foto anak didik RA Nurul Hikmah Bantarjati sedang praktek Sholat lima waktu, wudlu dan adan dan iqomat (rukulah bersama orang-orang yang ruku)
BAB I PENDAHULUAN
Perubahan global dalam kehidupan masyarakat dunia telah bergulir dalam
berbagai bidang termasuk bidang pendidikan, tetapi kondisi memprihatinkan masih
mewarnai dunia pendidikan nasional. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah peranan pendidikan sebagai alat
untuk membentuk manusia yang berkualitas. Terbentuknya manusia yang berkualitas
adalah amanat konstitusional dan kinerja moral professional. Tetapi Pendidikan
nasional yang dikembangkan selama ini belum memperlihatkan peningkatan yang
signifikan.
Banyak
persoalan besar yang masih mewarnai dunia pendidikan nasional seperti rendahnya
kualitas lulusan, rendahnya mutu guru, distribusi guru yang tidak
merata, sarana prasarana pendidikan yang tidak memadai akses pendidikan
yang tidak merata dan banyak lagi persoalan yang mewarnai dunia pendidikan
nasional.
Banyaknya persoalan yang mewarnai dunia pendidikan mendorong munculnya
model-model inovasi dalam berbagai bidang antara lain : usaha pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan
dan relevansi pendidikan. Beberapa contoh inovasi antara lain : program belajar
jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran
kontekstual (contectual learning), pembelajaran aktif, inovatif, kreatif
dan menyenangkan (paikem).
Untuk
menjaga relevansi pendidikan dengan kebutuhan serta perkembangan manusia, maka
inovasi dalam pendidikan harus terus dijalankan. Akan tetapi tentu saja
inovasi yang dilakukan harus berpijak kepada tujuan pendidikan nasional yang
telah ditetapkan dan karakteristik cultural bangsa.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN
Berdasarkan kajian atau
focus yang menjadi pusat perhatiannya, para ahli menyampaikan pendapat yang
beragam tentang pengertian inovasi, difusi inovasi termasuk inovasi pendidikan
:
1. Inovasi
Pendidikan
a. Menurut
Everett M. Robert (1983) “Innovation as an idea, practice, or object that
perceived as new by an individual or another unit of adoption” Inovasi
adalah suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima
sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
b. Menurut Stephen Robbins (1994) inovasi adalah suatu gagasan baru yang
diterapkan untuk memprakarsai atau untuk memperbaiki suatu produk atau proses
dan jasa.
c. Menurut Santoso S. Hamidjoyo yang dikutip oleh Abdulhak (2002) inovasi
pendidikan adalah “suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari
hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan
guna mencapai tujuan tertentu, termasuk bidang pendidikan”.
d. Mattew B. Milles (1973) dalam bukunya “Innovation in Education” menulis bahwa “Innovation
is a spicies of genus change”. Yaitu perubahan yang sifatnya khusus,
memiliki nuansa kebaruan, dan disengaja melalui suatu program yang jelas dan
direncanakan terlebih dahulu, serta dirancang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dari suatu system tertentu.
2. Difusi
Inovasi Pendidikan
Everett
M. Rogers (1983) menyebutkan bahwa difusi inovasi adalah proses untuk
mengkomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu system social melalui
saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. Dengan demikian
ada keterkaitan antara difusi, inovasi dan komunikasi termasuk difusi
pendidikan, karena difusi pendidikan adalah proses komunikasi untuk
menyebarluaskan gagasan, ide, karya dan sebagainya sebagai suatu produk inovasi
pendidikan, maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan
gagasan, ide, ataupun produk di bidang pendidikan.
3. Faktor
yang Mempengaruhi Inovasi Pendidikan
proses difusi inovasi berlangsung lama dan
banyak sekali factor yang mempengaruhinya. Rogers (1983) mengemukakan ada empat
cirri penting yang mempengaruhi difusi inovasi, termasuk inovasi pendidikan :
a. Esensi
inovasi itu sendiri
Dalam kaitannya dengan esensi inovasi paling tidak terdapat tiga hal yang
berkaitan erat, yaitu : teknologi, informasi dan pertimbangan
ketidakpastian; dan reinovasi. Dengan adanya teknologi termasuk pemanfaatan
teknologi informasi dalam difusi inovasi, adalah antara lain untuk menjawab
pertanyaan dalam hal mengurangi ketidakpastian masa depan.
b. Saluran
Komunikasi
Lasswell (1948)
menyebutkan komponen dasar komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan “
siapa mengatakan atau mengemukakan apa, dengan saluran komunikasi apa, kepada
siapa, dan dengan dampak apa (hasil yang dicapai)”. Pada tahun 1979, Lawrence mengembangkan model
komunikasi konvergen (convergence communication models). Menurutnya
komunikasi adalah suatu proses konvergen dimana terjadi pembagian informasi
bersama untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Melalui proses komunikasi
tersebut, akan sangat mempengaruhi proses difusi inovasi yang dilakukan.
Dalam telaah lain saluran komunikasi dapat diklasifikasikan pada dua hal
yaitu :
1. Komunikasi Homofil : Menurut Lazarsfeald dalam Rogers (1983) komunikasi homofil
adalah suatu proses komunikasi yang berlangsung antara dua pasangan atau
kelompok individu, yang memiliki ciri yang sama satu sama lain. Difusi inovasi
melalui saluran komunikasi homofil dilakukan pada masyarakat yang homogen.
2. Komunikasi heterofil : Proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih, dimana pengirim pesan dan penerima pesan, memiliki latar belakang yang
berbeda, baik sosial budaya, pendidikan, agama dan karakteristik sosial
lainnya. Difusi melalui komunikasi berlangsung lama, prosesnya ditandai
dengan banyak gangguan atau distorsi.
c. Faktor
waktu dan proses pengambilan keputusan
Berikut ini adalah tahapan dari model proses keputusan inovasi, yaitu :
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Pada tahap ini inovator melakukan analisis terhadap kekuatan, kelemahan,
tantanngan dan peluang yang dimiliki lembaga pendidikan. Selain itu juga
mengkaji teori, studi pustaka, studi regulasi untuk memperkuat kegiatan inovasi
yang dilakukan. Langkah berikutnya adalah
2. Tahap bujukan (persuation)
Setelah model program inovasi disusun maka langkah berikutnya adalah
meyakinkan orang lain tentang kontribusi program inovasi yang dibuat terhadap
kemajuan pendidikan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini
adalah presentasi, sosialisasi dan pendekatan atau lobi.
3. Tahap pengambilan keputusan (decision making)
Pengambilan keputusan harus melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan
dengan pengembangan pendidikan dan pihak-pihak yang peduli terhadap kemajuan
pendidikan.
4. Tahap Implementasi (implementation)
Tahap implementasi merupakan tahap pelaksanaan inovasi pendidikan yang
telah direncanakan sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan inovasi ditentukan oleh
komitmen pelaku inovasi untuk melaksanakan kegiatan inovasi sesuai dengan
rencana yang disusun.
5. Tahap Konfirmasi (confirmation)
Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program inovasi maka perlu
dilakukan evaluasi secara berkala. Evaluasi dilakukan secara komprehensif
terhadap semua komponen program inovasi. Hasil evaluasi dijadikan bahan acuan
untuk membuat program tindak lanjut dari kegiatan inovasi yang dilakukan
d. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan berbagai unit yang
saling berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat, dalam mencapai
tujuan yang diharapkan. Berikut ini antara lain kegiatan inovasi pendidikan
yang melibatkan sistem sosial tertentu :
1. Batasan
pelaksanaan inovasi (boundary maintenance operation).
2. Ukuran
dan kewilayahan (size and territoriality)
3. Kelengkapan
fasilitas (physical facilities)
4. Penggunaan
durasi waktu (time use)
5. Tujuan
yang ingin dicapai (goals)
6. Prosedur
yang digunakan (procedure),.
7. Definisi peran (role definition)
8. Kondisi
normative (normative beliefs)
9. Sistem
Struktur Sosial (Structure).
10. Media Sosialisasi (socialization method)
B. CIRI INOVASI
PENDIDIKAN
Menurut Mattew B. Miles (1973) ciri-ciri inovasi,
termasuk inovasi pendidikan terdiri empat utama, yaitu :
1. Memiliki
kekhasan/khusus
2. Memiliki
ciri atau unsure kebaruan
3. Program
Inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana
4. Inovasi
yang digulirkan memiliki tujuan.
1. Proses Pengembangan Inovasi
Proses adopsi inovasi akan dipengaruhi sistem
internal organisasi kemasyarakatan yang bersangkutan. Organisasi yang baik dan
stabil akan mengadopsi inovasi dengan mempertimbangkan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Memiliki tujuan yang jelas
b. Memiliki deskripsi tugas yang jelas
c. Memiliki struktur otoritas dan kewenangan
d. Memiliki peraturan dasar dan peraturan umum
e. Memiliki pola hubungan informasi yang teruji
2. Agen Perubahan
Agen Perubahan (Change agent) merupakan individu
yang bisa mempengeruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para
agent perubahan.
3. Percepatan Adopsi Inovasi
Tingkat percepatan adopsi suatu hasil inovasi
akan sangat bergantung kepada beberapa factor :
a. adanya
keuntungan relatif (relative advantages)
b. memiliki
kekompakan dan kesepahaman (compatibility)
c. memiliki
derajat kompleksitas (complexity)
d. dapat Dicobakan
(trialability)
e. dapat
diamati (observability)
4. Penemuan Kembali (Re-invention)
Dalam
perjalanan dan proses difusi inovasi tidak sedikit memunculkan penyimpangan
baik berupa penolakan maupun berhenti. Dengan demikian diperlukan penemuan
kembali (reinvention). Re-invention adalah penemuan kembali setelah
proses modifikasi.
C. KONTRIBUSI INOVASI
PENDIDIKAN
Dalam adopsi inovasi paling tidak ada lima kategori perbedaan individu atau
kelompok yang harus diperhatikan :
1. Para
pembaharu atau pioneer/perintis (innovators)
2. Para
adopter awal (early adopters)
3. Para
kelompok mayoritas awal (early mayority)
4. Kelompok
mayoritas akhir (late mayority)
5. Adopter
akhir (late adopters)
Setiap individu atau kelompok dengan perannya masing-masing memberikan
warna dan kontribusi terhadap difusi inovasi. Dengan perbedaan peran yang
beragam maka difusi inovasi akan menjadi dinamis.
Difusi
inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan pendidikan, karena tanpa adanya
pembaharuan maka pendidikan akan statis dan menjadi tidak relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan sosio cultural masyarakat. Menurut
Poensoem dalam Santoso S Hamidjojo (1974) kontribusi dan misi difusi inovasi
dalam bidang pendidikan, yaitu :
1. difusi
inovasi pendidikan cenderung mengembangkan dimensi demokratis.
2. inovasi
pendidikan dapat mengembangkan potensi manusia secara utuh.
3. pendidikan
bergerak dari konsepsi pendidikan bersifat individual atau perorangan, menuju
ke arah konsepsi pendidikan yang menggunakan pendekatan yang lebih koorperatif.
Tahapan
yang dilakukan dalam rangka mengadopsi inovasi, termasuk inovasi pendidikan
adalah sebagai berikut :
1. design,
tahap perencanaan
2. awareness-interest,
yaitu tahap komunikasi untuk penyadaran terhadap masyarakat yang diharapkan
dapat mengadopsi yang ditawarkan.
3. evaluation,
yaitu melakukan kajian atau evaluasi terhadap kemungkinan pro kontra, ataupun
kajian terhadap masyarakat yang menerima atau menolak.
4. trial,
yaitu ujicoba produk inovasi.
Dalam
kaitannya dengan kontribusi inovasi pendidikan, Huberman seperti dikutip Ishak
Abdulhak (2000) membagi sifat perubahan dalam inovasi ke dalam enam kelompok
yaitu :
1. Penggantian
(substation)
2. Perubahan
(alternation)
3. Penambahan
(addition)
4. penyusunan
kembali (restructuring)
5. Penghapusan
(elimination)
6. Penguatan
(reinforcement)
Adapun hambatan dalam adopsi inovasi
1. Mental block barriers, yaitu hambatan yang lebih
disebabkan oleh sikap mental.
2. Hambatan yang sifatnya culture block (hambatan
budaya).
3. Hambatan social block (hambatan sosial).
Mugiadi (1988)
menegaskan bahwa “Dalam pembaharuan itu, terlepas apakah gagasan itu dating
dari bawah atau dari atas, yang penting adalah perlu memperhitungkan berbagai
kendala yang dihadapi, andaikata gagasan itu akan ditetapkan dalam suatu sistem
yang sedang berlaku”
BAB III PENUTUP
Inovasi dalam bidang pendidikan merupakan sesuatu hal yang perlu dilakukan,
untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi seperti dalam pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan,
dan relevansi pendidikan. Akan tetapi upaya inovasi yang dilakukan perlu
direncanakan dengan matang tentang bagaimana memecahkan permasalahan yang
dihadapi, sehingga gagasan inovasi itu dapat diuji, dikembangkan, diperbaiki,
dan ditetapkan (diadopsi) pada skala yang lebih luas.
0 Response to "MAKALAH DALAM INOVASI DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN ISLAM"
Post a Comment