TERJEMAHAN BUKU UIT CHERIBON'S GESCHIEDENIS (SEKELUMIT SEJARAH CIREBON) DI TERJEMAHKAN OLEH BAPAK DR. IWAN SATIBI MAJALENGKA
Bagian Ke 2 ( Dua )
Raja
Cirebon, PANEMBAHAN RATOE terikat perkawinan dengan seorang ningrat dari
mataram .Kehormatan ini harus dibayar dengan mahal .Memang keturunan Cirebon
sangat dihormatisuatu di bawah pemerintahan SULTAN AGOENG.Tetapi setelah beliau
ini wafat ,maka Cirebon termasuk dalam barisan negara taklukan ,harus membayar
upeti kepada Mataram.Dalam kedudukan seperti ini ,maka raja Cirebon harus
tinggal di Mataram ,sedangkan wakil beliau memerintah daerah Cirebon.
Keadaan Mataram semakin merosot, Ketika pada
tahun 1629 tidak lagi sepaham dengan Batavia , maka keadaannya menjadi lebih
runyam.
Secara singkat jalannya peristiwa
adalah sebagai berikut : Kompeni berselisih dengan Makassar. Pada tahun 1667
GOORNELLS SPEELMAN mendesak orang-orang Makassar, Kebanyakan dari mereka ini
mengungsi di Banten. Dari sini setelah melalui beberapa perselisihan mereka ini
hijrah ke Ujung Timur Jawa Timur dan bergabung dengan para perusuh dari Madura,
ialah TROENODJOJO. Dengan bekerja sama dengan TROENODJOJO mereka menyerang
Mataram.
Mataram
meminta bantuan dari kompeni sesuai dengan perjanjian tahun 1646. Para pengacau
memusnahkan Kota Kerajaan Karta pada tahun 1667. SULTAN MANGKOERAT I yang sudah
sangat tua dan pikun telah meninggal. Putera Mahkota mencari bantuan pada
CORNELIS SPEELMAN.
Dua orang Pangeran asal Cirebon,
yang pada saat itu bermukim di Karta pada saat penyerangan TROENODJOJO telah di
tawan. Mereka ini dilepaskan dengan bantuan keluarga mereka, ialah SULTAN
BANTEN dan menuju ke Jawa Barat. Juga pangeran ke tiga yang berada di Cirebon
pergi ke Banten. Dan ketiga-tiganya mendapatkan gelar Sultan.
Sultan Banten berniat untuk
meluaskan kekuasaannya ke Cirebon. Mungkin juga atas hasutannya, maka Pangeran
Cirebon mengancam Sumedang, yang pada saat itu berada dibawah perlindungan
Kompeni. Dengan demikian terjadilah suatu konflik dan pada JULI 1678 pemerintah
tertinggi Belanda mengutus seorang pengusaha, JACOB V. DYCK ke Cirebon untuk
menenangkan para Pangeran. Sebenarnya mereka ini menginginkan suatu perdamaian,
karena mereka mendapatkan banyak sekali gangguan dari Perampok asal Banten.
Untuk membuktikan bahwa Pemerintah Tertinggi Belanda bermaksud baik, maka
Pemerintah Tertinggi Belanda pada tahun 1680 menganggap ke tiga Pangeran itu sebagai
“Raja-raja Bebas” di bawah perlindungan Kompeni, tanpa mengurangi penghargaan
pada Soesoehoenan sebagai kaka tertua.
VAN DYCK pada
September tahun itu jaga diutus ke Cirebon sebagai seorang Komissaris untuk
menyerahkan surat keputusan tersebut.
Di samping itu Gubernur Jendral dan
para Dewan Penasehat telah menyusun suatu teks kontrak ysng akan diserahkan
kepada para Pangeran. SPEELMAN adalah orang yang menyusun isi kontrak itu. Pada
akhir tahun 1680 Pemerintah Tertinggi Belanda menyetujui isi teks tersebut.
Pada saat Tahun Baru tujuh orang
utusan yang mengatas namakan ke tiga Pangeran, yang berada di Batavia mengikuti
upacara kenegaraan untuk ucapan selamat di tempat Kediaman Gubernur Jenderal
RYCKLOFF VAN GOENS di pimpin oleh pengusaha JACOB VAN DYCK. Setelah bersulang
dengan segelas anggur Spanyol untuk keselamatan Raja Belanda, maka
diserahkannya surat keputusan Pemerintah Tertinggi Belanda kepada ke “Tiga
Pangeran Bersaudara” disertai dengan hadiah-hadiah untuk mereka dan atas
mereka.
Di kediaman Direktur Jendral
SPEELMAN diadakan perpisahan, juga dengan para Petinggi lainnya. Menjelang
malam hari berlayarlah VAN DYCK dengan suatu armada yang terdiri dari dua kapal
di ikuti perahu-perahu Cirebon dari pantai Batavia menuju ke Cirbon dengan membawa
para utusan Cirebon.
Kompeni menduduki sebuah tempat di
Indramayu. Sedangkan di Cirebon ditugaskan Kapten JOCHUM MICHIELSE untuk
memimpin tentara Kompeni untuk menghalau gerombolan Pengacau Banten dan para
penyamun yang berasal dari pantai Selatan Pulau Jawa. Sebagai panglimanya
ditugaskan CRAIN BISSEE, komandan “Milisi Makasar”,
VAN DYCK menjadi terkenal karna
“surat-surat ucapan terimakasih para pangeran” kepada Pemerintah Tertinggi
Belanda atas bantuannya mengusir para pengacau dan “pengalihan kekuasaanatas
beberapa daerah kebawah perlindungan Kompeni. Juga sebagai tanda menyerah dan
tunduk kepada perintah Kompeni.
Pangeran tertua, yang menamakan
dirinya sebagai SULTAN SOPO menginginkan agar menjadi penguasa Tunggal,
sedangkan kedua saudaranya dianggap sebagai “Rakyat Jelata”. Sejak mereka
kembali dari Banten dengan menyanding gelar sultan, mereka berbagi
kekuasaan dengan hak yang sama dalam hak
memerintah, yang dianggap oleh Kompeni sebagai suatu cara yang terbaik. Karena
itulah, maka surat dari Pemerintah Tertinggi Belanda ditunjukan kepada ketiga Pangeran secara bersama-sama.
+++++++
0 Response to "BUKU UIT CHERIBON'S GESCHIEDENIS (SEKELUMIT SEJARAH CIREBON)"
Post a Comment