MAKALAH TENTANG EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) KULTIVAR INKKO 99 PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI PUPUK DASAR PHONSKA DAN ZA BAB I

MAKALAH TENTANG EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) KULTIVAR INKKO 99 PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI PUPUK DASAR PHONSKA DAN ZA BAB I




I. PENDAIHULUAN
Hortikultun / utamanya sayuran merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi dipasaran. Salah satu komoditas sayuran yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat dan memiliki nilai ekonomis tinggi di pasaran adalah Cabai merah, sehingga tidak mengherankan bila terjadi fluktuasi distribusi dan harga di pasaran selalu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat.
Tankman Cabai merah (Capsicum annum L.) memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional maupun komoditas ekspor. Makin beragamnya kebutuhan manusia dan berkembangnya industri kuliner, teknologi obat-obatan. kosmetik, zat warna, dan lainnya, maka kebutuhan bahan baku Cabai merah akan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Lukmana (2005) di pasaran internasional setiap tahunnya diperdagangkan sekitar 30.000 sampai 40.000 ton Cabai merah.         
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), produksi sayuran di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 11.046.944 ton dan jumlah penduduk Indonesia hasil sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa. Jadi penyediaan sayuran di Indonesia bam mencapai 46,49 kg per kapita per tahun atau 127.36 gram per kapita per hari. Sedangkan rata-rata konsumsi protein yang berasal dari sayuran penduduk Indonesia baru mencapai 2,58 kg per kapita per tahun setara dengan 38,95 g per kapita per hari (Badan Pusat Statistik, 2009). Menurut Direktorat Gizi.


Departemen Kesehatan RI (1981) Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk sayuran minimal 150 gram per per hari. Jadi untuk memenuhi kebutuhan dan angka kecukupan gizi masyarakat Indonesia terhadap sayuran perlu diusahakan peningkatan produksi sayuran baik kuantitas maupun kualitas.
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), Produksi Cabai merah pada tahun 2010 sebesar 1.332.356 ton dengan luas panen 237.520 hektar, dengan rata-rata produktivitas mencapai 5,61 ton per hektar. Dengan jumlah penduduk Indonesia hasil sensus Penduduk Tahun 2010 sebanyak 237.641.326. maka rata-rata konsumsi cabai penduduk Indonesia adalah 15,36 g per kapita per hari. Secara lebih rinci poroduksi Cabai merah di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada l abel 1.1.
Tabel 1.1. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah

Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas
(ton/Ha)
2006
213.140
1.185.057
5,56
2007
198.034
1.128.792
5,70
2008
212.742
1.153.060
5,42
2009
233.904
1.378.727
5,89
2010
237.520
1.332.356
5,61
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)



Seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita yang makin meningkat. jumlah penduduk yang terus bertambah serta usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi, sayuran menempati posisi yang semakin penting. Begitu pula dengan komoditas Cabai, sebagai salah satu komiditas.

3
sayuran juga semakin dibutuhkan dan untuk mencukupi kebutuhan tersebut perlu diusahakan peningkatan produksi.
Kandungan gizi yang terdapat pada buah Cabai baik yang segar maupun yang kering merupakan sumber vitamin yaitu vitamin A dan C. mineral, sumber kalori, serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Untuk melihat lebih rinci kandungan gizi yang terdapat pada buah Cabai baik yang segar maupun yang kering dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Segar dan Kering Setiap 100 gram bahan

Kandungan Gizi
Segar
Kering
C. Merah Besar
Cabai
Rawit
C. Merah Besar
Cabai
Rawit
Kalori (kal)
31
103
311
-
Protein (g)
1
4.7
15.9
15
Lemak (g)
0,3
2,4
6.2
11
Karbohidrat (g)
7,3
19,9
61.8
33
Kalsium (mg)
29
45
160
150
Fospor (mg)
24
85
370
-
Besi (mg)
0,5
2,5
2.3
0
Vitamin A (SI)
470
11.050
576
1.000
Vitamin B1 (mg)
0,05
0,05
0,04
0,5
Citamin C (mg)
18
70
50
10
Air(g)
90,9
71,2
10
8
Bagian Dapat Dimakan (%)
85
85
85
85
Sumber: Departemen Kesehatan (1989)






Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi Cabai merah yang lebih kompetitif diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui

penerapan teknologi budidaya mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan pasca panen yang tepat yang mengacu pada pada budidaya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengarah pada pertanian organik.
Pertanian organik adalah salah satu bidang agribisnis yang akhir-akhir ini dikembangkan petani. Pengembangan ini didorong oleh adanya konsumen yang membutuhkan sumber pangan yang aman dikonsumsi, bebas dari penggunaan input kimia sintetis. Pertanian organik juga menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian yang murah dengan memanfaatkan sumberdaya a lam yang tersedia dan melestarikan praktek-prakek kearifan budaya lokal.        

Sayuran merupakan komoditas yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat sebagai sumber gizi dan kesehatan dalam bentuk segar maupun olahan. Sebagian besar tanaman sayuran rentan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), sehingga untuk melindunginya petani memerlukan biaya produksi yang tinggi. Dalam upaya mendapatkan keuntungan, petani berusaha memberikan pupuk secara maksimal untuk meningkatkan produksi. Akibatnya sayuran menjadi sarat akan input produksi kimia sintetis.

Terobosan untuk mendapatkan produk sayuran dan tanaman yang sehat, maka perlu upaya untuk produk yang aman dikonsumsi. bergizi dan bermutu tinggi dan perlu adanya teknologi budidaya sayuran organik yang ramah
linkungan.
Pemupukan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman, karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Pupuk merupakan kunci dari
kesuburan tanah karena mengandung satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman (Pinus Lingga dan Marsono, 2001). Menurut Saefuddin S\arif (1985), Pupuk adalah suatu bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud mengubah keadaan fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman. Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutukan oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman.
Pupuk dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu an-organik dan pupuk organik. Pupuk an-organik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (an-organik) berkadar hara tinggi (Pinus Lingga. 1996). Bentuk, warna, dan cara penggunaan pupuk an-organik beragam.
Menurut Pinus Lingga dan Marsono (2001), keuntungan dari pupuk anorganik adalah sebagai berikut : 1) Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pada umumnya takaran haranya pas, 2) Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, 3) Pupuk an-organik tersedia dalam jumlah yang cukup, 4) Mudah diangkut karena jumlahnya relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang, sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Disamping kelebihannya, pupuk an-organik pun memiliki kelemahan. Karena selain hanya unsur makro. pupuk an-organik ini sangat sedikit atau pun hampir sedikit mengandung unsur hara mikro, oleh karena itu pemakaian pupuk an-organik perlu diimbangi dengan pemberian pupuk organik yang banyak mengandung unsur hara mikro.




Pemakaian pupuk an-organik yang terus menerus juga dapat merusak tanah, baik fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Sedangkan pupuk hayati merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Simanungkalit dkk., 2006).
Secara lebih spesifik pengertian Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Simanungkalit dkk., 2006). Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan pada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk an-organik.
Pupuk hayati adalah inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Simanungkalit dkk., 2006). Memfasilitasi tersedianya hara ini dpaat berfungsi melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya olelt cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiosis atau nonsimbiosis.
Berbagai penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian yang diusahakan secara intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami

degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu < 2%, bahkan banyak lahan sawah intensif di Jawa kadungannya < 1%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik > 2.5% (Saraswati dkk., 1998).
Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman dalam budidaya Cabai merah umumnya petani menggunakan pupuk an-organik anjuran, yaitu Urea 4^0 kg/ha, SP-36 200 kg/ha, dan KC1 75 kg/ha (Departemen Pertanian. 2007). Namun seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa penggunaan pupuk an-organik memiliki keterbatasan dalam penyediaan hara pada tanah dan tanaman, unsur yang banyak diberikan adalah unsur hara makro seperti N. P, K. sementara tanaman juga memerlukan unsur makro lainnya seperti Ca, Mg, dan S, dan unsur hara mikro. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan dan hasil tidak optimal, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan hara makro yang yang belum tersedia dalam pupuk an-organik dan unsur hara mikro. perlu diberikan penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati.
Berdasarkan hal tersebut, pengembangan budidaya Cabai merah perlu memperhatikan penggunaan pupuk an-organik dan pupuk organik serta pupuk hayati.  Atas dasar diatas, maka Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul “Efek Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Terhadap Komponen Pertumbuhan dan Komponen Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) Kultivar Inko 99 Pada Tanah Vertisol Yang Diberi Pupuk Dasar Phonska dan ZA“.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.       Adakah pengaruh interaksi pemberian pupuk organik dan pupuk. hayati terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman Cabai merah kultivar Inko 99.
2.        Apakah ada pengaruh pemberian pupuk organik terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman Cabai merah kultivar Inko 99.
3.        Apakah ada pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman Cabai merah kultivar Inko 99.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian pupuk organik dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman Cabai merah kultivar Inko 99.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai penggunaan berbagai jenis pupuk organik dan pupuk hayati pada tanaman Cabai kultivar Inko 99 dan dapat dijadikan untuk penelitian selanjutnya, yang diharapkan akan berguna dalam teknik pengembangan budidaya Cabai merah terutama dalam hal pema^aatan pupuk organik dan pupuk hayati sebagai sumber hara alternatif

1.5. Kerangka Pemikiran
Pupuk organik memiliki banyak peranan yang mengungtungkan bagi kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman diantaranya adalah sebagai pengikat butiran primer menjadi butiran sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas. penyimpanan dan penyediaan air. aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N ratio tinggi seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat fisik tanah dibanding dengn bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti : 1) Penyediaan hara makro (N, P. K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Zn, Cu, Mo, B, Mn, dan Fe), meskipun jumlahnya relatif sedikit, penggunaan pupuk organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang, 2) Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan 3) dapat membentuk senyawa komplel^s dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Simanungkalit dkk., 2006).
FNCA Biofertilizer Project Group (2006) mendefinisikan pupuk hayati sebagai substans yang mengandung mikroorganisme hidup yang mengkolonisasi rizosfir atau bagian dalam tanaman dan memacu pertumbuhan dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan hara primer dan atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila dipakai pada benih, permukaan tanaman atau tanah.
Kandungan pupuk hayati adalah mikroorganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunaj^n adalah mikroba- mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama

P dan K), dan mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.
Pupuk hayati bukanlah pupuk biasa yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi melalui proses alami, yaitu fiksasi dengan atmosfir, menjadikan posphor bahan yang terlarut, merangsang pertumbuhan tanaman melalui sintesa zat-zat yang mendukung pertumbuhan tanaman, mengembalikan silus nutrsi alami tanah, dan membentuk material organik tanah.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang baik akibat dari penambahan pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil cabai merah. Hasil penelitian Lita B. Kapugu (2009) Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton / ha memberikan pengaruh nyata terhadap panjang, diameter, dan bobot buah cabai merah.

Tengku Laila Kamaliah (1999), perlakuan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang linier terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif kecuali jurnlah bunga tanaman cabai merah, sedangkan penggunaan bahan organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. diameter batang, luas kanopi dan bobot buah. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ari Dwi Wijayanti (2004) ^ bahwa penggunaan pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot buah.
Hasil penelitian tentang penggunaan pupuk hayati yang dilakukan oleh Lina Herlina (2006).* penggunaan Trichoderma hazarium pada tanaman cabai merah dapat meningkatkan jurnlah akar lateral, kandungan klorofil dan berat kering tanaman cabai merah. Tino Muharawati Onggo (2004) penggunaan pupuk kanadang dengan dosis 10 ton/ha, 15 ton/ha, dan 20 ton/ha dan penggunaan.


bioaktivator dengan dosis 10 kg/ha, 15 kg/ha dan 20 kg/ha berpengaruh nyata terhadap bobot dan kualitas buah cabai merah.
Nia Rossiana (2008) penggunaan inokulasi Rhizoctonia solani Kuhn..Cenda\van Mikoriza Arbuskula (CMA) berpengaruh nyata terhadap peningkatan rata-rata jumlah dan luas daun.
Penginokulasian cendawan mikoriza berperan dalam memperbaiki struktur tanah juga mampu meningkatkan : penyerapan unsur hara lain seperti Ca, Mg, K, Zn, dan Cu. pengendalian biologis, ketahanan terhadap kekeringan, serta melindungi tanaman dari logam-logam berat sehingga dapat membantu tanaman pada kondisi yang kurang menguntungkan.
Penggunaan pupuk organik saja tidak dapat meningkatan produktivitas tanaman, oleh karena itu sistem hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik, pupuk hayati, dan pupuk an-organik dalam rangka meningkatkan produktivitas^tanaman, lahan dan kelestarian lingkungan perlu digalakan (Subba Rao, 1982). Hanya dengan cara ini keberlanjutan produksi tanaman dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan. Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (low external input and sustainable agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organic dan an-organik yang berlandaskan konsep good agricultural practices (GAP) perlu dilakukan agar degradasi lahan dapat dikurangi dalam rangka meningkatkan prod^ctivitas tanaman dan memelihara kelestarian sumberdaya alam (Kloepper, 1993).
Berdasarkan uraian penggunaan berbagai pupuk organik dan pupuk hayati akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanamaa^Cabai merah kultivar Inko 99.

1.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1.       Terdapat interaksi dari penggunaan pupuk organic dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman Cabai merah kultivar Inko 99.
2.       Terdapat pengaruh yang berbeda dari penggunaan berbagai jenis pupuk organik terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman Cabai merah kultivar Inko 99.
_______
3.       Terdapat pengaruh yang berbeda dari penggunaan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil hasil tanaman Cabai merah kultivar Inko 99.

0 Response to "MAKALAH TENTANG EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) KULTIVAR INKKO 99 PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI PUPUK DASAR PHONSKA DAN ZA BAB I"