MAKALAH TENTANG EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) KULTIVAR INKKO 99 PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI PUPUK DASAR PHONSKA DAN ZA BAB II

MAKALAH TENTANG EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) KULTIVAR INKKO 99 PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI PUPUK DASAR PHONSKA DAN ZA BAB II



BAB II. TENTANG TINJAUAN PUSTAKA
Cabai adalah tanaman asli wilayah tropika dan sub tropika Amerika, yang berasal dari Mexico. Sebelum abad ke - 15 spesis ini banyak dikenal di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kemudian diintroduksi ke daratan Eropa tahun 1431. Pedagang Spanyol dan Portugis berperan dalam penyebaran cabai ke seluruh dunia (Yenni Kusandriani, 1996).
Cabai merah termasuk sayuran buah yang multiguna, dapat dimanfaatkan dalam bentuk segar, digunakan sebagai bumbu masak, bahan baku industri, minyak atsiri untuk bahan baku kosmetik, bahan baku obat-obatan, dan zat wama. Disamping kontribusi aromanya, cabai merpuakan sumber pro Vitamin A dan C yang sangat sangat baik dan juga dapat digunakan sebagai obat (Rubatzky dan Yamaguchi. 1999).
menurut Lawrence (1951), dikutip dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (1996), klasifikasi tanaman Cabai merah adalah sebagai berikut:
Divisio                      : Spermatophyta
Sub division           : Angiospermae
Clasis             : Dicotyledoneae
Ordo              : Tubiflorae
Familia                     : Solanaceae
Genus                       : Capsicum
Species                     : Capsicum annuum L
2.1.1. Morfologi
Struktur perakaran tanaman Cabai merah diawali dari akar tunggang yang sangat kuat yang bercabang-cabang ke samping dengan akar-akar serabut. Pada saat pencabutan dan pemindahan bibit ke lapangan, perakaran yang baru berkembang mengalami kerusakan tetapi akar-akar samping akan berkembang dari akar utama. Kedua arah yang berlawanan (diarchous root system) (Yenni Kusandriani. 1996).
Daun Cabai merah merupakan daun tunggal dengan helai daun berbentuk “ovate“ atau '‘lanceolate“. Daun berwarna hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan, pada batang utama dan tunggal tersusun secara spiral (Yenni Kusandriani. 1996).
Bunga tanaman Cabai merah umumnya bersifat tunggal dan tumbuh pada ujung ruas. serta merupakan bunga campuran (hermafrodit). Bunga jantan dan betina terdapat pada satu bunga. Mahkota bunga berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya, helaian mahkota bunga berjumlah lima atau enam helai. Pada dasar bunga terdapat daun berjumlah lima helai, kadang-kadang bergerigi. Setiap bunga mempunyai satu stigma (putik), kepala putik berbentuk bulat. Terdapat 5 - 8 helai benang sari dengan kepala sari yang berbentuk lonjong, berwarna biru keunguan. Pada saat bunga mekar. kotak sari masak dan dalam waktu relatit singkat tepung sari keluar mencapai kepala putik dengan perantara serangga atau angin (Yenni Kusandriani, 1996).
Tepung sari berbentuk lonjong, terdiri dari tiga segmen, berwarna kuning mengkilat, umumnya mempunyai ukuran hampir sama antar kultivar. "‘Pistil41 terdiri atas bakal buah, tangkai putik dan kepala putik. Bakal buah bentuknya
berubah-ubah, demikian pula wamanya berubah mengikuti warna buah pada waktu proses pematangan (Yenni Kusandriani, 1996).
Posisi dan ukuran stigma sangat berperan dalam terjadinya penyerbukan silang. Pada bunga yang kepala putiknya lebih tinggi dari kotak sari akan terjadi penyerbukan silang. Pada bunga yang letak putiknya lebih rendah dari kotak sari akan terjadi penyerbukan sendiri. Hal ini yang menyebabkan tanaman Cabai pada kultivar tertentu dapat mengadakan penyerbukan sendiri dan pada kultivar lainnya terjadi penyerbukan silang (Yenni Kusandriani. 1996).
Ukuran buah Cabai merah beragam dari yang pendek sampai panjang. sedangkan ujungnya runcing atau tumpul. Bentuk buah umumnya memanjang.
Kedudukan buah adalah buah tunggal pada masing-masing ruas (ketiak daun) atau kadang-kadang “fascuculate“. Permukaan kulit atau warna buah bervariasi dari halus sampai bergelombang, warna mengkilat sampai kusam, hijau, kuning. coklat atau kadang-kadang ungu pada waktu muda dan menjadi merah para waktu matang. Buah berongga, jumlah rongga berbeda-beda menurut kultivarnya. Di dalam rongga buah terdapat placenta tempat melekatnya biji. Ukuran lubang biji berbeda, tergantung ukuran buah. Daging buah renyah, tetapi kadang-kadang lunak tergantung kultivarnya (Yenni Kusandriani, 1996).
Biji Cabai merah terletak di dalam buah, melekat sepanjang placenta, berjumlah sekitar 140 biji per gram. Biji mempunyai kulit biji yang keras. Di dalam biji terdapat endosperma dan ovule. Biji Capsicum annum berwarna kuning jerami. hanya biji Capsicum pubescens yang berwarna hitam (Yenni Kusandriani. 1996).

Agar mampu tumbuh dengan optimal, tanamaan Cabai merah memerlukan kisaran suhu 18°C hingga 27°C. Suhu udara yang optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan adalah 21°C hingga 27°C dan untuk pembuahannya antara suhu 15,5°C hingga 21°C. Suhu udara yang paling cocok untuk pertumbuhan Cabai merah rata-rata antara 16°C pada malam hari, dan minimum 23°C pada siang hari (Welles, 1990). Bila suhu udara malam hari dibawah 16°C dan siang hari diatas 32°C, proses pembungaan dan pembuahan tanaman Cabai merah akan gagal (Knot dan Deanon. 1979).
Tanaman Cabai merah tidak menghendaki curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah, karena pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan. Curah hujan yang bauk unutk pertumbuhan tanaman Cabal merah adalah sekitar 600 mm hingga 1.250 mm pertahun (Nani Sumarni, 1996).
Menurut Nani Sumarni (1996), tanaman Cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanahnya cukup baik. Bila diharapkan panen yang lebih cepat, Cabai merah sebaiknya ditanam pada tanah lempung berpasir, bila diharapkan panen lebih lambat, tanaman Cabai merah lebih cocok ditanam pada tanah yang lebhih berat atau tanah Hat. Tanah juga harus mengandung cukup bahan organik, unsur hara dan air, serta bebas dari gulma, nematoda. dan bakteri layu.
Derajat keasaman tanah yang cocok untuk budidaya tanaman Cabai merah antara 5,5 - 6.8. dengan pH optimum antara 6,0 - 6.5. Cendawan berkembang pada hampir semua tingkatan pH. Cendawan penyebab layu tanaman dan



cendawan penyebab rebah kecambah seperti Rhizoctonia sp. Phytium sp berkembang dengan baik pada tanah-tanah asam. Cendawan yang hidup pada pH lebih besar 5.5 kehidupannya bersaing dengan bakteri, karena bakteri berkembang baik pada pH > 5,5. Pengaturan pH tanah dapat dilakukan dengan penambahan kapur pertanian pada pH rendah dam belerang pada pH tinggi (Zulkifli, dkk., 2009).
Pada budidaya tanaman Cabai merah sering terjadi serangan hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit yang umumnya sering menyerang tanaman Cabai merah, peneliti sajikan meliputi jenis hama dan penyakit, gejala serangan dan sistem pengendaliannya dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan Tabel 2.2..
Tabel 2.1. Jenis Hama, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian pada Tanaman Cabai Merah
No
Jenis Hama
Gejala Serangan
Sistem Pengendalian
1
Gansir (Brachviypes portentosus L.)
Memotong batang tanaman mudan yang baru dita- nam
-     Jangan menanam bibit yang terlalu muda
-      Penyiraman dengan insektisida pada liang gansir
2
Ulat Tanah (Agrotis ipsilon H.)
-       Memotong batang atau tangkai bibit tanaman muda yang baru ditanam
-       Menghidap cairan daun muda sehingga menimbul- kan bercak - bercak keperakan dan daun men- jadi keriting
-       Daun meranggas dan berlubang-lubang
-      Penyemprotan insek­tisida pada seore hari
-      Penanaman serentak
-s
J
Kutu Thrips (Thrips
pervispinus K.)
Terdapat luka titik tusukan pada buah
-       Penyemprotan insek­tisida secara bergilir
-       Sanitasi lingkungan




18
4
Ulat Grayak Spodoptera litura F.)
Buah yang terserang tampak berlubang
-   Penyemprotan insek- tisida
-   Pemasangan perang- kap sex-pheromone
5
Lalat Buah
(Bactrocera dorsalis H.)
Buah menggulung, keri-ting, krolosil, menguning, dan akhirnya gugur
-     Penyemprotan insek- tisida secara selang - seling
-     Bersihkan buah yang terserang dan pengiangan gulma
6
Ulat Buah (Helicoverpa armorer a H.)
Warna buah kecoklatan, daun menebal dan ujung tanaman mati
-     Penyemprotan insek- tisida
-     Pemberian tanaman inang
-     Pemanfaatan musuh alami (pemangsa kutu daun)
7
Kutu Daun Persik
(Myms persicae S.)
Daun-daun menguning, per- tumbuhan lambat,layu serta ujung tanaman mati.
-     Penyemprotan insek- tisida
-     Pencabutan tanaman dan memotong pucuk daun
Sumber: Baiai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008)



Tabel 2.2. Jenis Penyakit, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian padaTanam- an C'abai Merah
No
Jenis Penyakit
Gejala Serangan
Sistem Pengendalian
1
Rebah Semai
Bibit tidak berkecambah dan tiba-tiba mati
- Perendaman benih selama 4-6 jam deng- an larutan fungisida
2
Layu Fusarium
(Fusarium oxysporium)
Memucatkan tulang daun disebelah atas dan menun- dukan tangkai
-    Penyemprotan deng-an fungisida
-    Pengapuran lahan sebelum penanaman
-   Pengaturan sistem irigasi
-    Pencabutan tanaman yang terserang
->
0
Layu Bakteri (Pseudomonas solanucL'arum E.)
Layu pada daun muda dan menguning pada daun tua
-    Penyemprotan deng-an bakterisida
-    Pergiliran tanaman



4
Patek/Antraknose
(Collelrolricum capsid S.)
Terdapat bintik kecil pada buah yang berwama ke- hitaman dan berlekuk
-      Merendam benih dalam larutan fungi-sida
-      Pemisahan buah yang terserang
5
Bercak Busuk
(.Phyloplnra capsici L.)
Busuk pada batang brwar-na coklat kehitaman, ta-naman layu dan mati
-       Penyemprotan fungi- sida.
-     Sanitasi lingkungan
6
Bercak Daun
(Cercospora capsici H.)
Bercak bulat kecil keba-sah- basahan berwama pu-cat
-     Membuang daun ter­serang
-     Penyemprotan fungi- sida
-      Pemusnahan daun dan di bakar
7
Bercak Bakteri (Xanthamonas campestris L.)
Gugurnya daun, pada buah terdapat bercak putih dan dan coklat kehitaman
-     Pengaturan jarak ta- nam
-     Pembuangan daun yang tererang
-     Penyemprotan bakterisida.
8
Penyakit Virus
Daun keriting, belang - belang kuning, pertum-buhan kerdil
- Penyemprotan insek- tisida
9
Penyakit Tepung
(Oidiopsis sicula S.)
Daun menguning, daun bercak seperti tepung
-     Pembersihan gulma
-     Membakar tanaman terserang
Sumber: Balai Besar Pgn^kajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008)



Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman, atau suatu bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara (Zulkifli, dkk., 2009).
Sedangkan menurut Saifuddin Sarief (1985), pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan melalui daun dengan maksud menambah atau membantu hara yang dibutuhkan oleh tanaman.


Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Menurut Saifuddin Sarief (1985), jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman  ada 16 jenis, tiga diantaranya dierap oeh tanaman dari udara yaitu C, H, dan O, sedangkan unsur hara lainnya diserap tanaman di dalam tanah yang terdiri dari unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar yaitu N. P, K, Ca, Mg dan S. serta unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang re 1 atif kecil, yaitu Fe, Cl, Mn, Cu, Zn, dan Mo.
Pupuk berdasarkan sumber bahan, dapat dikelompokan menjadi dua kelompok pupuk yaitu pupuk An-orgainik dan pupuk organik, berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair, sedangkan berdasarkan kandungannya pupuk dapat dikelompokan pupuk tunggal dan pupuk majemuk (Mulyani Sutedjo, 1999).
Dalam rangka memperoleh gambaran dan informasi lebih lanjut mengenai pengaruh pupuk organik dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman cabai merah kultivar Inko 99 pada tanah Vertisol yang diberi pupuk dasar Phonska dan ZA, menjadi dasar pemilihan topik / judul dalam penelitian ini.
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Didi Ardi Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagia

atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan bioiogi tanah. Definisi tersebut menunjukan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kapada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya, nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Jenis pupuk organik banyak macamnya ditentukan oleh asal atau sumber bahan terbentuknya, contohnya pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus dan Iain-lain.
Pupuk kandang (pukan) adalah semua produk buangan dari hewan peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki fisik, kimia dan bioiogi tanah (Widowati dkk., 2005).
Pada penelitian ini pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang doma, pupuk kandang ayam, dan pupuk kandang kuda. Uraian tentang ketiga jenis pupuk kandang tersebut adalah :

Pupuk kandang ayam memiliki kadar fosfat (P) relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya, kadar hara yang terdapat pada pupuk kandang ayam sangat dipengaruhi oleh jenis makanan atau konsentrat yang diberikan. Unsur hara fosfat (P) yang terkandung dalam pupuk kandang ayam sangat berperan dalam penyerapan hara oleh akar tanaman karena fungsi utama dari fosfat adalah merangsang pertumbuhan perakaran tanaman, bila akar tanaman tumbuh sempuma maka penyerapan hara oleh tanaman berlangsung dengan baik. Hal ini karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai.

kadar hara yang cukup bila dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Widowati dkk., 2005).
Kandungan hara dari berbagai bahan organik yang berasal dari hewan dapat dilihat pada Tabel 2.3. dan Tabel 2.4.
Tabel 2.3.. Kandungan Hara Berbagai Bahan organic

Sumber
Pupuk
Kandang
N
P
K
Ca
Mg
S
Fe



ppm










Sapi
0.53
0,35
0,41
0,28
0,11
0,05
0,0040
Kuda
0.70
0,10
0,58
0,79
0,14
0,07
0,0100
Unggas
1.50
0,77
0,89
0,30
0,88
-
0.1000
Domba
1.28
0,19
0,93
0,59
0,19
0.09
0,0200
Sumber: Pinus Lingga dan Marsono (2001)


Sedangkan kandungan hara dari berbagai jensi pupuk kandang dalam bentuk padat komposisi seperti yang tertera dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kandungan Hara dari Berbagai Jenis Pupuk Kandang Padat
Sumber
Pupuk
Kadar
Air
Bahan
Organik
N
P205
k2o
CaO
Rasio
C/N
Kandang



%











Sapi
80
16,0
0,30
0,20
0,15
0,20
20-25
Kerbau
81
12,7
0,25
0,18
0,17
0,40
25-28
Kambing
64
31,0
0,70
0,40
0,25
0.40
11-20
Ayam
57
29,0
1,50
1,30
0.80
4,00
9-11
Babi
78
17,0
0,50
0,40
0,40
0.07
19-20
Kuda
73
..
22,0
0,50
0,30
0,30
0,20
24
Sumber :Pinus
Lingga dan Marsono (2001)







Tekstur dari kotoran domba adalah khas, karena berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik, sehingga sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang domba atau kambing umumnya masih diatas 30, sedangkan pupuk kandang domba atau kambing yang baik harus mempunyai rasio C/N < 20, sehingga pupuk kandang domba atau kambing akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu (Widowati dkk., 2005).
Kadar hara pupuk kandang domba atau kambing mengandung hara kalium (K) yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya, sementara kadara hara N dan P hampir sama dengan jenis pupuk kandang lainnya (Widowati dkk,. 2005).

Pupuk kandang kuda mempunyai rasio C/N lebih tinggi dari pupuk kandang kambing atau domba, ay^m, dan babi, tetapi lebih randah dari pupuk kandang kerbau dan sapi, hal ini berkaitan dengan jenis pakan yang digunakan misalnya dedak. Pupuk kandang kuda mengandung hara Mg relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan pupuk kandang domba dan unggas, tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk kandang sapi (Pinus Lingga dan Marsono,2001)

Pupuk hayati adalah inokulan berbahan aktif organisme hidup yang ber-
fungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam
tanah bagi tanaman (Simanungkalit dkk., 2006). Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan Mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiosis atau nonsimbiosis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertantu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiosis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak. Kelompok mikroba simbiosis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza.

Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobacteri) disebut sebagai rhizobakteri pemacu tanaman (Plant Growth Promoting Rhizobacteria atau PGPR). Kelompok ini mempunyai peranan ganda disamping menambat N2, juga menghasilkan hormon tumbuh (seperti 1AA, Giberelin, Sitokonin, Etilen, dan lain-lain), menekan penyakit tanaman asal tanah dengan memproduksi siderpfor, glukanase, kitinase, sianida. dan melarutkan fosfat (P) dan hara lainnya (Cattelan dkk., 1999, Glick, 1995, dan Kloepper, 1993).
Salah satu pupuk hayati yang dikenal dewasa ini dan yang akan diuji dalam penelitian ini adalah pupuk hayati “Petrobio“ yang diproduksi oleh PT. Petrokimia Kayaku.
Pupuk hayati Petrobio merupakan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme tanah antara lain : 1) Mikroorganisme penambat nitrogen

(Pantoea sp. dan Azospirillium sp.), 2) Mikroorganisme pelarut posfat
(Aspergilus niger dan Penicillium sp.), dan 3) Mikroorganisme dekomposer
(Streptomyces sp.). (Petrokimia Kayaku, 2010)
Manfaat dari mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk hayati Petrobio adalah sebagai berikut:
1.         Menambah populasi mikroorganisme bermanfaat dalam tanah sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah,
2.         Menambah ketersediaan unsur hara nitrogen (N) karena mampu menambat nitrogen dari udara bebas,
3.         Meningkatkan ketersediaan hara fosfat (P), karena mampu mengurai fosfat yang ada dalam tanah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman,
4.         Mengandung mikroorganisme yang mampu memacu pertumbuhan, karena memiliki mikroorganisme cat pemacu serta dapat merangsang perakaran dan memacu basil tanaman, dan
5.         Mengandung mikroorganisme yang dapat mengurai bahan organik tanah sehingga bermanfaat untuk me^nperbaiki agregat tanah.
Pemakaian pupuk hayati Petrobio sesuai anjuran bisa disebar disekeliling tanaman atau dibenam dalam tanah, dengan dua kali aplikasi. Aplikasi pertama Sebanyak 15 - 30 kg/ha dibenam pada waktu tanam, dam aplikasi kedua sebanyak 15-30 kg/ha dibenam enam minggu setelah tanam.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi bentuk senyawa hidup yang dapat diserap tanaman (Ahmad Fauzi, 2006).
Sedangkan menurut Pinus Lingga dan Marsono (2001), pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi.
Pupuk anorganik menurut kandungannya dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara utama contohnya pupuk urea mengandung unsur N, pupuk SP-36 mengandung unsur P2O5, dan pupuk KC1 mengandung unsur K.2O. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara utama, contohnya pupuk Diamonium Phospat yang mengandung Unsur N dan P, pupuk Phonska, Mutiara yang mengandung unsurN, P, dan K (Pinus Lingga dan Marsono, 2001).
Dalam penelitian ini pupuk anonganik yang digunakan adalah pupuk Phonska dan pupuk ZA yang berfungsi sebagai pupuk dasar.
Pupuk Phonska adalah pupuk majemuk yang mengandung 15% unsur Nitrogen (N). 15% Phospat (P205), 15% Kalium (K20), dan 10% Sulfur (S). Sifat, manfaat. dan keunggulan pupuk phonska adalah sebagai berikut : 1) Sifatnya higroskopis, dan mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman, 2) manfaat dan kegunaanya adalah : a) mengandung unsur unsur hara N, P, K dan sckaligus S, b) sesuai untuk berbagai jenis tanaman. c) Menambah produksi dan kualitas hasil, d) Menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan.
hama, penyakit dan kekeringan, e) Menjadikan tanaman lebih hijau dan segar karena mengandung butir hijau daun, f) Memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik, g) Memacu pembentukan bunga. mempercepat panen, dan menambah kandungan protein, h) Menjadikan batang lebih tegak, kuat. dan dapat mengurangi resiko rebah, i) Memperbesar ukuran buah, umbi dan biji-bijian, j) Meningkatkan ketahanan hasil selama pengangkutan dan penyimpanan panen, dan k) Memperlancar proses pembentukan gula dan pati (Petrokimia Gresik, 2008).
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tamabahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda “Zwavelzure Ammoniayang berarti amonium sulfat (NH4SO4). Wujud pupuk ZA berbentuk butiran kristal mirip garam dan terasa asin dilidah. sifatnya higroskopis (mudah menyerap air) walaupum tidak sekuat pupu urea. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah. Pupuk ZA mengandung 24% belerang (S) dan 21% nitrogen (N). Kandungan nitrogennya hanya separuh dari pupuk urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemaasok hara belerang (S) pada tanah-tanah y^ng miskin unsur ini. (Petrokimia Gresik, 2008).
Menurut Pinus Lingga dan Marsono (2001), Pupuk yang berbahan dasasr sulfur (S) berfungsi untuk merangsang^pertumbuhan khususnya batang, cabang, dan daun agar proses fotosintesis berlangsung dengan sempurna yang akhirnya pembentukan karbohidrat berlangsung denigan sempurna, selain itu juga agar metabolisme tumbuhan berlangsung dengan baik.

0 Response to "MAKALAH TENTANG EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) KULTIVAR INKKO 99 PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI PUPUK DASAR PHONSKA DAN ZA BAB II"