SELAMAT DATANG TAHUN HIJRIYAH 1435 H
Kejujuran modal dalam menuju segala kebaikan
1. Tradisi
Memperingati tahun baru Islam
a. Pendahuluan
Hal yang penting bagi kita dari tradisi memperingati tahun baru Islam adalah memeperhatikan ungkapan yang terkenal dari Sohabat Rasulullah SAW yaitu; Umar Bin Khotob adalah :
Artinya: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab Oleh Allah”
Ini maksudnya bahwa kita harus selalu muhasabah (mengoreksi atau bertanya pada diri kita sendiri) apakah yang telah kita perbuat banyak hal yang menyebabkan Allah tidak suka dengan tingkah kita sehingga akhirnya kita tidak disukai atau bahkan dibenci oleh orang disekitar lingkungan kita? karena kebiasan jelek yang sering kita lakukan yaitu selalu senang menghisab (mengoreksi) kejelakan dan kekurangan orang lain sehingga kita lupa menghisab atau mengoreksi diri kita sendiri. Hal ini senada dengan ungkapan dalam bahasa Indonesia “Semut disebrang lautan kelihatan tapi gajah dipelupuk mata tidak kelihatan”.
Dalam kitab Ihya Ulumudin, Imam Gozali mengusulkan agar refleksi (evaluasi diri) dilakukan menyangkut tiga hal, yaitu:
1. Berkenan dengan hal-hal yang diperintah atau kewajiban-kewajiban (al-mafrudhat).
2. Berkaitan dengan hal-hal yang dilarang (al-muharramat), yaitu dosa-dosa dan maksiat, keduanya
berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Sebab taqwa, menurut imam Gozali,
terdiri atas dua sisi; sisi tindakan (al-fi’l) dan pengendalian (al-kaff), dan
3. Berkaitan dengan evaluasi terhadap umur (waktu), yaitu usia atau perjalanan hidup yang sudah dilalui. Evaluasi ini penting agar manusia menyadari modal paling berharga yang diberikan oleh Allah dan memanfaatkannya sebaik mungkin. (Republika No. 338/tahun ke 19 /30 Des 2011)
a. Pendahuluan
Hal yang penting bagi kita dari tradisi memperingati tahun baru Islam adalah memeperhatikan ungkapan yang terkenal dari Sohabat Rasulullah SAW yaitu; Umar Bin Khotob adalah :
Artinya: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab Oleh Allah”
Ini maksudnya bahwa kita harus selalu muhasabah (mengoreksi atau bertanya pada diri kita sendiri) apakah yang telah kita perbuat banyak hal yang menyebabkan Allah tidak suka dengan tingkah kita sehingga akhirnya kita tidak disukai atau bahkan dibenci oleh orang disekitar lingkungan kita? karena kebiasan jelek yang sering kita lakukan yaitu selalu senang menghisab (mengoreksi) kejelakan dan kekurangan orang lain sehingga kita lupa menghisab atau mengoreksi diri kita sendiri. Hal ini senada dengan ungkapan dalam bahasa Indonesia “Semut disebrang lautan kelihatan tapi gajah dipelupuk mata tidak kelihatan”.
Dalam kitab Ihya Ulumudin, Imam Gozali mengusulkan agar refleksi (evaluasi diri) dilakukan menyangkut tiga hal, yaitu:
1. Berkenan dengan hal-hal yang diperintah atau kewajiban-kewajiban (al-mafrudhat).
2. Berkaitan dengan hal-hal yang dilarang (al-muharramat), yaitu dosa-dosa dan maksiat, keduanya
berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Sebab taqwa, menurut imam Gozali,
terdiri atas dua sisi; sisi tindakan (al-fi’l) dan pengendalian (al-kaff), dan
3. Berkaitan dengan evaluasi terhadap umur (waktu), yaitu usia atau perjalanan hidup yang sudah dilalui. Evaluasi ini penting agar manusia menyadari modal paling berharga yang diberikan oleh Allah dan memanfaatkannya sebaik mungkin. (Republika No. 338/tahun ke 19 /30 Des 2011)
b.
Makna Hijrah
Kata Hijrah (Migrasi) dalam Buku Kamus dasar Islam
(2003:108) berarti pindah tempat, (Secara
harfiah kepergian atau perjalanan ke luar). Kata hijrah berasal dari kata
Hajara (berpindah tempat). Kata hijrah mempunyai dua pengertian di dalam
Al-Qur’an, yaitu:
Pertama, mengacu pada
emigrasi historis Nabi Muhammad SAW, dan para Sahabatnya dari Makkah (disebut
Kaum Muhajirin) ke Madinah ( Kaum Ansor). Pada tahun 622 M, sehingga dihormati
sebagai tahun 1 dalam penanggalan Muslim. Adapun nama-nama bulan dalam tahun
hijriyah adalah : 1. Muharram, 2. Saffar, 3. Robiul Awwal, 4. Robiul
Akhir, 5. Jumadil Awal , 6. Jumadil
Akhir, 7. Rajab, 8. Sya’ban,
9. Romadhan, 10. Syawal, 11. Dzulqo’dah, dan 12 Dzulhijah.
Kedua, hijrah mempunyai suatu arti moral
– yaitu perpindahan manusia dari jahat ke jalan Allah. Ini sungguh-sungguh tidak menyiratkan
meninggalkan tanah tumpah darah seseorang didalam pengertian secara fisik - meskipun hal ini juga dapat disarankan sebagai
gagasan baik jika seseorang sedang tinggal di lingkungan atau keadaan yang
jahat. (4:97). Hijrah pribadi melibatkan baik upaya fisik maupun moral,
barangkali bahkan pengorbanan kepemilikan seseorang atau bahkan hidup
seseorang.
Perlu
kita ketahui dalam sumber lain bahwa makna hijrah memiliki dua makna, yaitu:
hijrah fisik (lahiriyah) dan psikis (batiniyah).
Hijrah fisik, yaitu:
Artinya: “Meninggalkan kampung yang berada di
daerah kaum kafir menuju tempat kaum muslimin”.
Hijrah psikhis, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
Artinya :”Adapun makna hijrah adalah
meninggalkan apa yang di cegah oleh Allah.”
( Riwayat Bukhori).
Sejarah Hijrah Rasulullah
1.
Hijrah ke Habsy pertama
Sudah lima tahun lamanya Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Beliau dibantu oleh para sahabatnya.
Siksaan kaum Quraisy terhadap umat Islam semakin meningkat. Nabi Muhammad SAW
menasehatkan kepada para sahabat agar hijrah (pindah) ke Negeri Habsyi.
Negeri
Habsyi (Ethopia) terletak di Benua Afrika, rajanya bernama Najasyi. Ia beragama
Nasrani. Rasulullah mengetahui bahwa raja Najasyi adalah raja yang baik, tidak
berbuat aniaya terhadap penduduk negerinya
Pada tahun kelima dari kenabiaan,
para sahabat meninggalkan Mekkah menuju negeri Habsyi. Mereka terdiri diri 12
orang laki-laki dan 4 orang perempuan, diantaranya adalah Utsman bin Affan
bersama istrinya Rukoyan binti Rasulullah Saw. Mereka pergi meninggalkan
kampung halaman dan harta bendanya karena memperthankan Islam. Di negeri Habsyi
mereka disambut dengan baik oleh raja dan penduduk negeri itu mereka belum
beragama Islam.
2.
Hijrah ke Habsyi kedua
Setelah Hamzah bin Abdul Mutholib
dan Umar bin Khotab masuk Islam, kaum quraisy semakin khawatir, mereka semakin
meningkatkan siksaan dan hinaan terhadap kaum muslimin. Rasulullah SAW mengajak
mereka untuk pindah 9hijrah0 lagi kenegeri Habsyi.
Kaum muslimin meninggalkan Makkah
menuju negeri Habsyi kali ini terdiri 83 orang laki-laki dan 19 orang
perempuan. Mereka dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib saudara sepupu Rasulullah
SAW. Mereka diterima oleh raja dan penduduk dengan baik. Kafir Quraisy
mengetahui hijrahnya para sahabat Rasulullah SAW ke Negeri Habsyi diterima oleh
raja dan penduduk setempat dengan baik. Akhirnya kafir Quraisy mengirimkan
utusan yang terdiri dari 2 orang. Keduanya menghadap raja Najasyi. utusan kafir Quraisy itu membawa barang-barang
berharaga sebagai hadiah kepada raja
Najasyi. Kedua utusan itu bernama Amar bin Ma’as dan imarah bin Walib. Keduanya
meminta kepada raja agar semua kaum muslin yang pindah ke habsyi dikembalikan
ke Makkah.
Akhirnya Raja Najasyi memanggil
kaum muslimin untuk didengar/ dimintai keteranannya mengenai agama yang mereka
peluk, maka tampilah Ja’far bin Abu Thalib sebagai juru bicara atas nama
rombongan kemudian Ja’far bin Abu Thalib mengemukakan: “paduka raja yang mulia
dahulu kami adalah orang bodoh, kami menyembah berhala, kami berbuat jahat,
kami bermusuhan dan berperang, kemudian Allah mengutus seorang nabi kepada
kami. Beliau (Muhammad) adalah seorang yang jujur dan berakhlak mulia. Kami pun
mengikutinya. Kami diperintahkan hanya menyembah kepada Allah saja. Kami
diperintahkan hidup lurus, kami supaya meninggalkan perbuatan-perbuatan jahat.
Kami dilarang menyembah berhala yang tidak bernyawa, kami dilarang melakukan
perbuatan-perbuatan jahat. Tetapi kafir Quraisy memusuhi dan menyiksa kami.
Kami tidak dapat menahan penganiayaan dan penyiksaan mereka, maka kami pun
dating ke Negeri paduka raja untuk menc
ri perlindungan.
Raja Najasyi pun meminta
diceritakan lagi tentang Nabi Isa AS, Ja’far bin Abi Thalib membaca sebagian
surat maryam dalam kitab suci al-qur’an. Ayat itu menceritakan nabi Isa.
Ternyata cerita itu sama dengan ajaran nasrani yang dipeluk raja Najasyi. Raja
habsyi pun dan pendeta yang hadir membenarkan pula apa yang disampaikan oleh
Ja’far bin Abi Thalib. Akhirnya Raja Habsyi menolak permintaan kaum Quraisy dan
memerintahkan supaya utusan kaum quraisy itu meninggalkan negeri Habsyi. Kaum
muslimin tetap mendapat perlindungan dari raja Najasyi.
Hikmah dari tradisi Peringatan Tahun Baru islam
Menurut Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA(2003:94-98)
diantara beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari Peringatan tahun baru Islam
adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya hijrah rasulullah
SAW dan para sahabatnya dicatat oleh para ahli sejarah sebagai The Starting
point of the Islamic Era, yaitu periode dimulainya kebangkitan islam
sebagai sesuatu yang memiliki otoritas dan kekuasaan untuk membangun masa
depannya dengan visi dan kerangka serta program lebih leluasa. Ini terbukti
bahawa setelahnya Hijarah ke Madinah Rasulullah dan para pengikutnya tidak
lebih dari 10 tahun Kota suci Makkah dapat dikuasainya lagi dengan Istilah
“Fatuhul Makkah” dan peristiwa ini direkam dalam surat An-Nashr sebagai
berikut:
2. Dengan peristiwa hijrah
menunjukan tingkat kesabaran dan kegigihan Rasulullah SAW dan sahabatnya dalam
menegakan kebenaran, dengan menunjukan sikap sabar, ulet, berani, dan pantang
menyerah. Sehingga peristiwa ini pula yang diabadikan dalam al-Qur’an surat An-nahl, ayat 58 sebagai
berikut:
4.
Dengan peristiwa hijrah
telah menunjukan tingkat keimanan yang tinggi dan kerelaan berkorban di jalan
Allah. Hal ini dapat dipahami karena tanpa ada bekal iman yang kuat, tidak
mungkin mereka mau pindah ke Madinah yang nasibnya serta masa depannya belum
pasti. Semangat berkorban inilah yang dinyatakan dalam al-Qur’an surat
At-Taubah, ayat 20 yang berbunyi:
4. Dengan peristiwa hijrah
menunjukan bahwa setiap perjuangan menegakan kebenaran pasti akan mendapatkan
pertolongan Tuhan. Sejarah mencatat hijrah dilakukan dengan cara mendahulukan
para pengikut Rasulullah SAW, sedangkan Rasulullah SAW dengan beberapa sahabat seniornya
hijrah belakangan.
Sebelum Khalifah Umar Bin Khattab menentukan momentum hijrahnya Rasulullah saw. ke Madinah sebagai titik penentu perhitungan hijriyah, bulan Muharram disebut dengan bulan Shafar Awal, karena posisinya yang terletak sebelum bulan shafar.
Nama Muharram secara bahasa dapat diartikan sebagai bulan yang diharamkan. Yaitu bulan yang didalamnya orang-orang Arab diharamkan dilarang (diharamkan) melakukan peperangan. Begitulah kebiasaan mereka tempo dulu mengkhususkan bulan-bulan peperangan dan bulan-bulan gencatan senjata. Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir terdapat keterangan berikut,
أَنَّ الْمُحَرَّمَ
سُمِّيَ بِذَلِكَ لِكَوْنِهِ شَهْرًا مُحَرَّمًا، وَعِنْدِي أَنَّهُ
سُمِّيَ بِذَلِكَ تَأْكِيدًا لِتَحْرِيمِهِ؛ لِأَنَّ الْعَرَبَ كَانَتْ
تَتَقَلَّبُ بِهِ، فَتُحِلُّهُ عَامًا وَتُحَرِّمُهُ عَامًا
Dinamakan bulan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak
keutamaan dan kemuliaan, bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta
kemuliaan yang sangat amat sekali dikarenakan orang arab tempo dulu
menyebutnya sebagai bulan yang mulia (haram), tahun berikutnya menyebut
bulan biasa (halal). Orang arab jaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan, sedangkan pada bulan lain misalnya shafar, diperbolehkan melakukan peperangan. Nama shafar sendiri memiliki arti sepi atau sunyi dikarenakan tradisi orang arab yang pada keluar untuk berperang atau untuk bepergian pada bulan tersebut.
صَفَرٌ: سُمِّيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوتِهِمْ مِنْهُ، حِينَ يَخْرُجُونَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ.
Dinamakan bulan shafar karena rumah-rumah mereka sepi, sedangkan para penghuninya keluar untuk berperang dan bepergian.Maka, sesuai dengan penamaannya bulan Muharaam adalah bulan yang di muliakan dan bulan dimana di larang melakukan peperangan. Demikianlah Allah swt. telah menentukan empat bulan yang dimuliakan, tiga di antaranya berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan yang terakhir adalah Rajab terletak antara bulan Jumadal Ula dan Sya’ban.
0 Response to "KITA SAMBUT TAHUN BARU ISLAM 1435 H"
Post a Comment