Kejujuran modal dalam menuju segala kebaikan
Pengaruh Peranan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Aqidah Akhlak terhadap Perubahan tingkah laku
siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati Kecamatan
Kertajati Majalengka Tahun Ajar 2010/2011.
Oleh: Kursiah
(Guru MA. Nurussyahid Kertajati /RA. Nurul Hikmah Bantarjati-Kertajati)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Banyak faktor yang dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan, salah
satunya dengan melihat keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dalam
mencapai tujuannya, baik tujuan institusional, tujuan kurikuler, maupun tujuan
instruksional. Dalam mata pelajaran Aqidah akhlaq khususnya, pembelajaran
aqidah akhlak di sekolah Diniyah Awaliyah dalam Kurikulum DTA tahun 2010 untuk
Propinsi Jawa Barat bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah yang dicapai melalui pengenalan hapalan,
pemahamann dan penghayatan rukun Iman dan berprilaku dengan sifat-sifat
terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan berakhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan tujuan di atas, tujuan pengajaran Aqidah akhlak ternyata
belum tercapai secara optimal di DTA Miftahussibyan Desa Bantarjati. Hal ini di
tandai dengan masih rendahnya tingkah laku siswa dan terbukti dari hasil studi
pendahuluan, yaitu:
1.
Masih adanya tingkah laku siswa
saat jam pelajaran berlangsung selalu keluar kelas dan menuju warnet, saat di
cek guru ternyata siswa sedang main games.
2.
Masih adanya tingkah laku
siswa saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar mata pelajaran tidak
memperhatikan penjelasan guru dan selalu mengganggu temannya.
3.
Masih adanya perilaku siswa yang
selalu menyebut nama temannya dengan panggilan nama orang tuanya dan terkadang mengeluarkan sebutan nama
binatang pada temannya.
4.
Masih adanya tingkah laku siswa
yang pulang ke rumah belum waktunya dan ada
pula siswa yang tidak mengikuti pembiasaan sholat Asar berjama’ah di
Masjid.
Berkaitan dengan rendahnya tingkah laku siswa tersebut di atas ini dapat
diartikan sebagai suatu bentuk kegagalan dalam tujuan dari suatu pembelajaran.
Padahal Kegiatan belajar mengajar adalah merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif, dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai
pada diri siswa yang sedang belajar. Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam
melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah,
mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Keberhasilan dari suatu proses interaksi di dalam kelas itu sangat
bergantung dari seorang guru saat menyajikan materi pelajaran kepada siswanya,
sehingga apapun mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa sangat bertumpu
pada peranan dari guru itu sendiri, apalagi dalam hal ini mata pelajaran aqidah
akhlak yang ada kaitannya dengan pembentukan tingkah laku. Hal ini senada
dengan (Jurnal Komunikasi Dunia Perguruan Madrasah: 2006) jika diibaratkan
dengan suasana perang, guru adalah pasukan di medan juang. Mereka yang ada di
lapangan sangat menentukan menang dan kalahnya perang. Di dunia pendidikan,
guru sangat mempengharuhi keberhasilan proses belajar dalam menghantarkan
kesuksesan hidup murid-muridnya. Strategi dan komando yang di buat para
jenderal di atas meja, seperti kertas kosong tak bernilai jika tidak dibarengi
nyali tempur pasukan berani mati di medan laga. Demikian juga kurikulum,
undang-undang, keputusan, dan aturan lain berkenanan dengan pendidikan, hanya
akan menjadi wacana tak berpijak di bumi, jika tidak ada semangat guru yang mau
mengabdi. Seorang ahli hikmah mengatakan: “Memang metode itu lebih penting dari
materi, namun guru lebih penting dari materi, dan ketulusan seorang guru lebih
baik dari segalanya.”
Sejalan dengan
permasalahan tersebut di atas penulis bertanya apakah peranan guru aqidah
akhlaq ada pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku siswa setelah siswa
mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas?
Fenomena ini
sangat menarik untuk dikaji dengan mengadakan penelitian lebih mendalam tentang
keadaan sebenarnya. Penelitian ini dibatasi dengan rumusan judul: Pengaruh Peranan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Aqidah Akhlak terhadap Perubahan tingkah laku
siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati Kecamatan
Kertajati Majalengka Tahun Ajar 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah
:
1.
Bagaimana Peranan Guru dalam kegiatan Belajar Mengajar
Aqidah Akhlaq di Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati ?
2.
Bagaimana perubahan tingkah laku siswa Diniyah
Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati setelah mengikuti KBM Aqidah
akhlaq ?
3.
Bagaimana Pengaruh Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Aqidah Akhlak terhadap perubahan tingkah laku Siswa Diniyah Takmiliyah
Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati ?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan
yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Peranan Guru dalam kegiatan Belajar
Mengajar Aqidah Akhlaq di Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa
Bantarjati.
2.
Untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa Diniyah
Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati.
3.
Untuk mengetahui pengaruh Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Aqidah Akhlak terhadap perubahan tingkah laku Siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan
Desa Bantarjati.
D.
Kerangka Pemikiran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (2003: 849) makna dari kata Pengaruh adalah “ daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang”.
Menurut Moh. Uzer Usman
(2001:5 ), Belajar diartikan sebagai proses “perubahan“ tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya:, “Perubahan” yang berarti
bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami
perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun
aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan.
Adapun kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan
terjadinya perubahan pada diri individu yang belajar.
Belajar
pada dasarnya merupakan suatu proses kegiatan untuk mewujudkan perubahan pada
keseluruhan aspek pribadi manusia. Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis
dari penyampaian informasi kedalam kepada seorang peserta didik, namun
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan peserta didik itu sendiri. Belajar
dikatakan berhasil apabila siswa dalam melakukan kegiatan berlangsung secara
intensif dan optimal sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang bersifat
tetap. Hal ini selaras dengan pendapat
Donald (Hamalik 2003 : 48) bahwa pendidikan adalah suatu proses atau
kegiatan yang bertujuan menghasilkan tingkah laku manusia.
Mengajar adalah
usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa
(Hamalik 2003: 48). Lingkungan sebagai dasar pembelajaran merupakan faktor
kondisional yang penting dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Guru sebagai
salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan kegiatan belajar mengajar
yang kreatif bagi kegiatan belajar siswa di kelas. Menciptakan suasana yang
kondusif dengan melakukan berbagai kegiatan, misalnya: mengatur ruangan kelas,
menciptakan suasana yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik. Peran
guru dalam hal ini adalah membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
dengan menyediakan lingkungan yang bermakna dan sesuai dengan minatnya, melatih
siswa untuk melaksanakan apa yang telah dipelajari yang mendorong mereka untuk
belajar lebih maju sehingga proses belajar yang diharapkan dapat tercapai.
Guru yang
memiliki banyak daya dukung dapat dikatakan sebagai guru yang memiliki kualitas
tinggi. Selanjutnya dengan didasarkan atas kualitas tersebut, diharapkan guru
akan sanggup memainkan peran penting yakni menciptakan proses pembelajaran yang
berkualitas tinggi supaya menghasilkan hasil belajar yang tinggi pula. Sekolah
sebagai tempat belajar bagi siswa tidak hanya bertujuan mengembangkan segi
intelektual, tetapi juga jasmaniah, sosial dan emosional.
Berkaitan dengan arti Akidah dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdikbud 1996: 17), berarti “kepercayaan dasar; keyakinan pokok”,
sedangkan menurut istilah Islam yakni pandangan, pemahaman atau ide yang
diyakini kebenarannya oleh hati sesuai dengan ajaran Islam yang berpedoman pada
Al-Quran dan Hadits.
Kata “Akhlak“ berasal dari bahasa Arab, jamak
dari khuluq, yang artinya tabiat, budi pekerti, watak, perangai atau
tingkah laku. Adapun dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Depdikbud 1996 : 16) berarti , budi pekerti; kelakuan.
Selanjutnya
untuk mewujudkan tingkah laku yang positif maka diperlukan keseriusan guru
dalam membentuk kepribadian peserta didik, salah satunya dengan peserta didik
mengikuti kegiatan belajar mengajar Aqidah Akhlak dengan baik. Karena dengan
mempelajari aqidah akhlak maka akan tertanan nilai-nilai agama Islam dan dapat
mewujudkan kepribadian yang baik sehingga
kelak dapat bermanfaat di masa dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tujuan aqidah akhlak adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan
tingkah laku siswa yang sesuai dengan ajaran Islam, dalam berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sehingga
apabila tujuan pendidikan aqidah akhlak tersebut sudah tertanam dan menjadi
dasar dalam jiwa peserta didik, maka ia akan menjadi kekuatan batin yang
dapat melahirkan tingkah laku positif dalam kehidupannya.
Sehingga para peserta didik akan selalu optimis menghadapi masa depan, selalu
tenang dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi, dan tidak takut
terhadap apapun kecuali kepada Allah SWT. Selain itu mereka akan selalu rajin
melakukan ibadah dan perbuatan baik, serta tingkah laku positif lainnya yang
tidak hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi bermanfaat pula untuk masyarakat dan
lingkungannya.
Secara skematis, uraian
kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Dalam KBM
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang harus diuji
kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat E.T. Rusffendi (1994: 21)
“Hipotesis adalah penjelasan tentativef (sementara) tentang tingkah laku
fenomena (gejala) atau kejadian yang akan terjadi bisa juga mengenai
kejadian yang sedang berjalan”.
Melihat pada masalah yang diteliti dalam penelitian
ini melibatkan dua variabel, yaitu Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Aqidah Akhlak di Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati (X)
dan variabel Perubahan tingkah laku siswa (Y) nampaknya kedua variabel tersebut
mempunyai keterkaitan. Dalam arti bahwa variabel pertama merupakan dependen,
sedang variabel kedua merupakan variabel independen. Dan variabel kedua sebagai
pengaruh dari variabel pertama.
Dengan demikian penulis berhipotesis sebagai berikut Peranan
guru dalam kegiatan belajar mengajar Aqidah akhlaq berpengaruh terhadap
perubahan tingkah laku siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa
Bantarjati.
F. Langkah – Langkah Penelitian
Penelitian adalah suatu
proses, yaitu suata rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana
dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu
harus serasi dan saling mendukung satu sama lainnya, agar penelitian yang
dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Sumadi Suryabrata, (2003 :11-12).
Dalam penelitian ini penulis
menempuh langkah-langkah yang meliputi; (1) penentuan lokasi, populasi dan
sample; (2) metode dan teknik pengumpulan data; (3) jenis dan sumber data; (4)
analisis data.
1. Sumber Data ( Lokasi, populasi dan sampel
penelitian )
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini
Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati Kabupaten
Majalengka. Penentuan lokasi ini didasari oleh pertimbangan, adanya masalah
yang harus diteliti dan mencari cara pemecahannya, namun dalam hal ini belum
diketahui secara pasti apakah ada pengaruhnya antara Peranan guru dalam
kegiatan balajar mengajar Aqidah Akhlaq terhadap tingkah laku siswa di Diniyah
Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan.
b. Populasi dan sampel
Menurut pendapat Kartini Kartono (1990: 133) Populasi
adalah “Totalitas semua kasus,
kejadian, orang, hal, dan lain-lain”. Berdasarkan batasan tersebut yang menjadi
populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah
Miftahussibyan Desa Bantarjati Majalengka. Adapun data siswanya adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.
Bagan Keadaan Siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan
Tahun Pelajaran
2010 / 2011
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
I
|
25
|
II
|
35
|
III
|
23
|
IV
|
18
|
Jumlah
|
101
|
Sampel menurut Suharsisni
Arikunto (1998:117) adalah sebagian wakil populasi yang diteliti. Dalam
pengambilan sample penulis mengambil pendapat dari Suharsimi Arikunto
(1998:121) yaitu: “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 % –15
% atau 20 % - 25% atau lebih, lebih baik”. Berdasarkan pendapat diatas, maka
yang dijadikan sample dalam penelitian sebanyak 50 orang karena di ambil 50 % dari
populasi yang ada yaitu 50% x 101 = 50 orang siswa.
2.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan
adalah metode penelitian deskriftif,
karena masalah yang diteliti ada dan berlangsung pada saat sekarang.
Sebab menurut Winarno Surakhman (1994:139) bahwa metode deskriftif mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang
ada pada masa sekarang dan pada masa
yang actual.
b.
Data
yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Cara yang dilakukan penulis untuk memperoleh data
dalam penelitian skripsi ini adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut:
metode observasi, metode Interview (Wawancara), metode angket dan metode
penarikan sampel. Adapun Metode-metode tersebut dijelaskan sebagaiberikut:
a. Observasi
Menurut Setya Yuana Sudikan (1989:37), Metode
Observasi adalah “Cara pengumpulan data yang dilaksanakan dengan pengamatan
melalui indra penglihatan manusia disertai dengan melakukan pencatatan secara
sistematis” Juga menurut Hadrawi Nawawi (1995: 100), Pengertian Observasi
adalah “ pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada obyek penelitian”.
Adapun teknik yang penulis lakukan yaitu teknik pengamatan
langsung terhadap kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran aqidah akhlak
terhadap perubahan tingkah laku siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah
Miftahussibyan Desa Bantarjati
b. Interview ( Wawancara)
Menurut Setya Yuana Sudikan (1989:37), Interview adalah
“pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara tatap muka antara
interviewer (information hunter = orang yang menginterview = penyelidik)
dengan interviewee (information supplier = informan= orang yang
diinterview = yang di selidiki).”Sementara menurut Lexy J. Moleong (2000:135)
Pengertian wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu,Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu”. Pelaksanaan
interview ini penulis lakukan ditujukan kepada :
1).Tokoh Ulama dan Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati
Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka untuk memperoleh data mengenai sejarah
berdiri dan perkembangan Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan..
2) Kepala DTA. Miftahussibyan Desa
Bantarjati untuk memperoleh data sekolah yang akurat, dan bentuk-bentuk
kegiatan serta sejauhmana peranan Guru dalam kegiatan belajar mengajar Aqidah
Akhlaq pengaruhnya terhadap perubahan
tingkah siswa DTA.
3) Guru Mata pelajaran Aqidah Akhlaq
untuk mengetahui gambaran umum proses belajar Aqidah Akhlaq dan pengaruhnya
terhadap perubahan tingkah laku siswa pada saat di dalam KBM.
4) Siswa DTA. Miftahussibyan Desa Bantarjati untuk memperoleh keterangan
sejauhmana pengaruh peranan Guru Aqidah Akhlaq dalam kehidupan sehari-hari,
baik di sekolah ataupun di rumah.
c. Metode Angket
Menurut Anas Sudijono (2004:30) angket atau kuesieoner adalah “sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari refonden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Dari
pertanyaan itu diharapkan akan diperoleh informasi/jawaban yang murni dari responden
mengenai peranan guru dalam KBM pelajaran Akidah Akhlak dalam pengaruhnya
terhadap perubaham tingkah laku siswa DTA. Miftahussibyan Desa Bantarjati
Kecamatan kertajati.
Angket ini berbentuk skala sikap (Skala Likert). Bentuk skala ini
menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dan mendapat nilai sebagi berikut A=5,
B=4, C=3, D=2, dan E=1.
Alasan menggunakan teknik ini adalah supaya siswa Diniyah Takmiliyah
Awaliyah Miftahussibyan Desa Bantarjati yang dijadikan sample dapat lebih
leluasa dalam menjawab pertanyaan dari setiap variabel yang diajukan oleh
peneliti dan data yang terkumpul mudah dianalisis karena pertanyaan yang
diajukan kepada responden sama.
d. Metode
Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Sampling
Acak Sederhana (Simple Random Sampling) yang dilakukan dengan memperhatikan
beberapa kriteria berikut ini : 1) kelayakan statistik, 2) merepresentasikan
populasi, 3) memenuhi tujuan manajemen, dan 4) ketersediaan biaya dan waktu.
Sedangkan untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi
digunakan rumus Slovin (dalam Harun Arrasyid 1998), yaitu :
N
n
=
1 + (N e2)
dimana :
n = ukuran sampel
N =
ukuran populasi
e = persentase kelonggaran dan ketidakpastian
(10 %).
4.
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data hasil penelitian penulis
menggunakan dua metode analisis, yaitu :
1.
Analisis Statistik Deskriptif, yaitu untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul dengan maksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi. Kemudian menganalisis hubungan antara variabel bebas (depenenden)
terhadap variabel terikat (independent).
2.
Analisis Statistik Inferensial, adalah
analisis yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Analisis ini cocok digunakan dalam penelitian ini,
karena populasi dan sampelnya sudah cukup jelas.
a. Analisis Korelasi
Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel, maka penulis
menggunakan metode Korelasi Rank Spearman, dengan rumus sebagai berikut :
1 – 6 ∑d2
r = 1 -
n ( n2 – 1
) Sumber : Sugiyono (2005 : 282)
Keterangan : r =
besarnya derajat korelasi
n =
jumlah responden
d =
selisih X dan Y
6 = konstanta
X= Variabel Peranan Guru dalam kegiatan
belajar mengajar Aqidah Akhlaq
Y= Variabel Perubahan tingkah laku siswa Diniyah
Takmiliyah Awaliyah Miftahussibyan Bantarjati.
Apabila terdapat dua objek atau lebih
mempunyai nilai yang sama (Rank kembar), maka rumus yang digunakan adalah :
rs =
Adapun untuk menentukan tafsiran ke kofisien
dengan ketentuan sebagai berikut :
Antara 0,00 – 0,20 : Korelasi Sangat Lemah
Antara 0,20 – 0,40 : Korelasi Lemah
Antara 0,40 – 0,70 : Korelasi Cukup Kuat
Antara 0,70 – 0,90 : Korelasi Kuat
Antara 0,90 – 0,100 : Korelasi sangat kuat (Anas Sudijono
2004: 193)
b.
Koefisien Penentu
Untuk
mengetahui besarnya kontribusi antara variabel X terhadap variabel Y, maka
digunakan rumus sebagai berikut :
KP
= r2 x 100
c. Uji Hipotesis
Berdasarkan
rumusan dan hipotesis atau dugaan sementara, maka selanjutnya dilakukan uji
hipotesis dengan uji dua pihak, dan ketentuannya adalah sebagai berikut :
Ho = 0
: Variabel X tidak berpengaruh
terhadap variabel Y
H1 ¹ 0 :
Variabel X berpengaruh terhadap variabel Y
Rumus yang digunakan adalah :
(Sugiyono, 2005 :
292)
r =
Nilai koefisien korelasi
n =
jumlah sampel
Dan kaidah
pengujian :
Jika t hitung ≥ t tabel
maka Ho ditolak, artinya variabel X berpengaruh terhadap variabel Y.
Jika t hitung ≤ t tabel
maka Ho diterima, artinya variabel X tidak Berpengaruh terhadap variabel Y.
0 Response to "SKRIPSI S1 PAI TENTANG AQIDAH DAN AKHLAQ"
Post a Comment