MAKALAH TENTANG HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN BAB II





BAB II  HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN

A.   Pengertian Filsafat
Penegertian Filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi (Bahasa) dan secara Terminologi (Istilah) :

1.   Filsafat secara Etimologi
                  Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dalam bahasa arab dengan istilah Falsafah dan dalam bahasa Inggris  dikenal dengan istilah Philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata Philein yang berarti cinta ( love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan  (wisdom ), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan  (love of wisdom) dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan demikian seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
      Dapat disimpulkan bahwa secara Etimologi  filsafat adalah :
1.     Pengethuan tentang hikmah
2.     Pengetahuan tenatang prinsip atau dasar-dasar
3.     mencari kebenaran
4.     membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas
Jadi Intisari filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan denga sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persolannya. 

2.  Filsafat Secara terminologi
                  Arti Filsafat secara terminologi adalah sebagaimana para pakar filsafat sebagai berikut :
1.  Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan    tentang kebenaran yang asli
2.  Aristoteles : Filsafat adalah Ilmu pengetahuan yang meliputi   kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisik, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika(filsafat keindahan).
3. Al-Farabi : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
4.  Rene Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
5.  Immanuel Kant, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan ) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.    
    
B. Obyek Filsafat
            Obyek adalah sesuatu yang merukan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu obyek material dan obyek formal.
1. Obyek Material
   Obyek Material  filsafat menurut Mohamad Noor Syam berpendapat yaitu : segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, psikis maupun nonmaterial abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak –logis, konsesional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, obyek filsafat tidak terbatas.
2.  Obyek Formal
      Obyek Formal filsafat yaitu sudut pandang yag ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana obyek material itu disorot. Oleh karena itu, yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain obyek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun pada obyek formalnya membahas obyek materialnya itu sampai ke hakekat atau esensi dari yang dihadapinya.     




C. Metode Filsafat
            Metode ialah cara  bertindak menurut sistem aturan tertentu. ( Anton Bakker , 1984 ) sedikitnya ada sepuluh  metode filsafat  yang digunakan yaitu :
1. Metode Kritis ( Socrates, Plato )
2. Metode Intuitif ( Plotinus,  Bergson )
3. Metode Skolastik ( sintesis – deduktif ) Aristoteles, Thomas, Aquinas,
4. Metode geometris ( Rene Decrates )
5. Metode Empiris ( Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume)
6. Metode transendetal ( Immanuel Kant, Neo-Skolastik )
7. Metode Fenomenologis ( Husserl, Eksistensialisme )
8. Metode Dialektis ( Hegel, Mark )
9. Metode Neo-Positivisme
10. Metode Analitika Bahasa

D. Ciri – Ciri Filsafat
            Pemikiran filsafat menurut Suyadi M.P mempunyai karakteristik sendiri, yaitu :
1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan buka hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu, pemikiran filsafat ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis ( kulitnya ) saja, tetapi sampai tembus ke  kedalamannya.
3. Spekulatif, yaitu hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan baru.
  
E.  Asal Dan Peranan Filsafat
            Ada tiga hal ( asal ) yang mendorong manusia untuk “ berfilsafat “, yaitu sebagai beikut :
1. Keheranan ( rasa heran )
2. kesangsian ( keragua-raguan )
3. Kesadaran akan keterbatasan
            Adapun peranan filsafat adalah sebagai berikut :
1.     Sebagai pendobrak, kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sacral dan selama itu tidak boleh diganggu gugat.
2.     Sebagai Pembebas, filsafat telah membebaskan manusia dari segala jenis “ penjara” yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
3.     Sebagai Pembimbing, dengan filsafat manusia dibimbing untuk berpikir secara rasional.

F. Kegunaan Filsafat   
            Menurut Franz Magnis suseno ( 1991 ) menyebutkan ada lima kegunaan filsafat dalam lingkungan sosial budaya Indonesia, yaitu ;
1.     Bangsa Indobnesia berada di tengah-tengah dianamika proses Modernisasi yang meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudiak melalui kebijakan pembangunan menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup nilai dan norma itu filsafat mambantu untuk mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis.
2.     Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya.
3.     Sebagai ktritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok ideologis berbagai bentuk ketidak adilan social dan pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
4.     Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berfartisifasi secara kritis dalam kehiduapan intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di universitas dan lingkungan akademis khususnya.
5.     Filsafat menyediakan dasar dan sarana dan sekaligus lahan untuk berdialog diantara agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antara agama, antar agam dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. 

G.  Pengertian Pendidikan
            Kata pendikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengharuhi pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpuilan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyaipan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tyujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
            Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantoro ( Tokoh Pendidikan Nasional ) menyatakan pendidkian pada umumbnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti atau kekuatan batin, pikiran ( intelek), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
            Secara lebih filoshopis Muhammad Natsir dalam tulisan “ Idiologi Didikan Islam” menyatakan pendidkian adalah suatau pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnan dan kelengkapan artim kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.
Sedangkan Dalam Tambahan Lembaran Negara RI nomor 4586 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada BabI pasal 1 menjelaskan Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseerta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

H. Hubungan antara Filsafat dengan Masalah Pendidkan

            Menurut Drs. Prasetya ( 2002 ) Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup pada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dn cirri-ciri kemanusiaannya.
            Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memeng diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantara yang menyangkut masalah yang bersifat medasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin dijawab dengan menggunakan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.       
            Sebagai contoh, berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah pendidkan yang memerlukan analisa filsafat dalam memehami dan memecahkannya, anatara lain :
1.     Masalah pendidikan pertama dan yang mendasar adalah tetantang apakah hahekat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakekat hidup manusia. Dan apa pula hahekat manusia itu, dan bagaimana hubungan anatara pendidkan dengan hidup dan kehidupan manusia ,
2.     Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia. Apakah potensi hereditas ( keturunan ) yang menetukan kepribadian manusia itu, ataukah faktor-faktor yang berasal dari luar / lingkungan yang baik, tetapi jika berkembang dengan baik pula.
3.     Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidkan itu dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semat-mata untuk  dan demi kehidupan riil dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akherat.
4.     Siapakah hakekatnya yang bertanggungjawab terhadap pendidikan itu, dan sampai dimana tanggungjawab tersebut. Bagaimana hubungan tabnggubngjawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidkan, dan bagaimana tanggungjawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa, dan sebagainya.
5.     Apakah hehakat pribadi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik : akal, perasaan, atau kemauannya, pedidikan jasmani atau pendidikan mentalnya pendidikan skill atau intektualnya, ataukah kesemuanya itu.
6.     Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan ibu-ibu dalam masyarakat, apakah individu itu indefenden ataukah defenden dalam masyarakat.
7.     Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apajkah kurikulum yang mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekuensi yang kurang intensif penguasaannya dan bersifat praktis pula.
8.     Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan yang pendidikan yang ideal, bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek social faedagogis  lainnya.
9.     Bagaimana asas openyelenggaraan pendidikan yang baik, apakjahn sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi apakah oleh Negara ataukah oleh swasta dan sebagainya.

            Problema-problema tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahanya memerlukaan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.        
            Dengan demikian bahwa antara filsafat dengan pendidikan mempunyai hubungan yang erat dan filsafat didalam menyelesaikan  permasalahan yang dihadapi  pendidikan itu menggunakan  pendekatan –pendekatan filsafat  yang sesuai.      




BAB II

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN

A.   Pengertian Filsafat
Penegertian Filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi (Bahasa) dan secara Terminologi (Istilah) :

1.   Filsafat secara Etimologi
                  Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dalam bahasa arab dengan istilah Falsafah dan dalam bahasa Inggris  dikenal dengan istilah Philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata Philein yang berarti cinta ( love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan  (wisdom ), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan  (love of wisdom) dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan demikian seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
      Dapat disimpulkan bahwa secara Etimologi  filsafat adalah :
1.     Pengethuan tentang hikmah
2.     Pengetahuan tenatang prinsip atau dasar-dasar
3.     mencari kebenaran
4.     membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas
Jadi Intisari filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan denga sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persolannya. 

2.  Filsafat Secara terminologi
                  Arti Filsafat secara terminologi adalah sebagaimana para pakar filsafat sebagai berikut :
1.  Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan    tentang kebenaran yang asli
2.  Aristoteles : Filsafat adalah Ilmu pengetahuan yang meliputi   kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisik, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika(filsafat keindahan).
3. Al-Farabi : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
4.  Rene Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
5.  Immanuel Kant, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan ) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.    
    
B. Obyek Filsafat
            Obyek adalah sesuatu yang merukan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu obyek material dan obyek formal.
1. Obyek Material
   Obyek Material  filsafat menurut Mohamad Noor Syam berpendapat yaitu : segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, psikis maupun nonmaterial abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak –logis, konsesional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, obyek filsafat tidak terbatas.
2.  Obyek Formal
      Obyek Formal filsafat yaitu sudut pandang yag ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana obyek material itu disorot. Oleh karena itu, yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain obyek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun pada obyek formalnya membahas obyek materialnya itu sampai ke hakekat atau esensi dari yang dihadapinya.     


C. Metode Filsafat
            Metode ialah cara  bertindak menurut sistem aturan tertentu. ( Anton Bakker , 1984 ) sedikitnya ada sepuluh  metode filsafat  yang digunakan yaitu :
1. Metode Kritis ( Socrates, Plato )
2. Metode Intuitif ( Plotinus,  Bergson )
3. Metode Skolastik ( sintesis – deduktif ) Aristoteles, Thomas, Aquinas,
4. Metode geometris ( Rene Decrates )
5. Metode Empiris ( Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume)
6. Metode transendetal ( Immanuel Kant, Neo-Skolastik )
7. Metode Fenomenologis ( Husserl, Eksistensialisme )
8. Metode Dialektis ( Hegel, Mark )
9. Metode Neo-Positivisme
10. Metode Analitika Bahasa

D. Ciri – Ciri Filsafat
            Pemikiran filsafat menurut Suyadi M.P mempunyai karakteristik sendiri, yaitu :
1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan buka hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu, pemikiran filsafat ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis ( kulitnya ) saja, tetapi sampai tembus ke  kedalamannya.
3. Spekulatif, yaitu hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan baru.
  
E.  Asal Dan Peranan Filsafat
            Ada tiga hal ( asal ) yang mendorong manusia untuk “ berfilsafat “, yaitu sebagai beikut :
1. Keheranan ( rasa heran )
2. kesangsian ( keragua-raguan )
3. Kesadaran akan keterbatasan
            Adapun peranan filsafat adalah sebagai berikut :
1.     Sebagai pendobrak, kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sacral dan selama itu tidak boleh diganggu gugat.
2.     Sebagai Pembebas, filsafat telah membebaskan manusia dari segala jenis “ penjara” yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
3.     Sebagai Pembimbing, dengan filsafat manusia dibimbing untuk berpikir secara rasional.

F. Kegunaan Filsafat   
            Menurut Franz Magnis suseno ( 1991 ) menyebutkan ada lima kegunaan filsafat dalam lingkungan sosial budaya Indonesia, yaitu ;
1.     Bangsa Indobnesia berada di tengah-tengah dianamika proses Modernisasi yang meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudiak melalui kebijakan pembangunan menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup nilai dan norma itu filsafat mambantu untuk mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis.
2.     Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya.
3.     Sebagai ktritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok ideologis berbagai bentuk ketidak adilan social dan pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
4.     Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berfartisifasi secara kritis dalam kehiduapan intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di universitas dan lingkungan akademis khususnya.
5.     Filsafat menyediakan dasar dan sarana dan sekaligus lahan untuk berdialog diantara agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antara agama, antar agam dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. 

G.  Pengertian Pendidikan
            Kata pendikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengharuhi pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpuilan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyaipan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tyujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
            Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantoro ( Tokoh Pendidikan Nasional ) menyatakan pendidkian pada umumbnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti atau kekuatan batin, pikiran ( intelek), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
            Secara lebih filoshopis Muhammad Natsir dalam tulisan “ Idiologi Didikan Islam” menyatakan pendidkian adalah suatau pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnan dan kelengkapan artim kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.
Sedangkan Dalam Tambahan Lembaran Negara RI nomor 4586 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada BabI pasal 1 menjelaskan Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseerta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

H. Hubungan antara Filsafat dengan Masalah Pendidkan

            Menurut Drs. Prasetya ( 2002 ) Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup pada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dn cirri-ciri kemanusiaannya.
            Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memeng diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantara yang menyangkut masalah yang bersifat medasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin dijawab dengan menggunakan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.       
            Sebagai contoh, berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah pendidkan yang memerlukan analisa filsafat dalam memehami dan memecahkannya, anatara lain :
1.     Masalah pendidikan pertama dan yang mendasar adalah tetantang apakah hahekat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakekat hidup manusia. Dan apa pula hahekat manusia itu, dan bagaimana hubungan anatara pendidkan dengan hidup dan kehidupan manusia ,
2.     Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia. Apakah potensi hereditas ( keturunan ) yang menetukan kepribadian manusia itu, ataukah faktor-faktor yang berasal dari luar / lingkungan yang baik, tetapi jika berkembang dengan baik pula.
3.     Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidkan itu dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semat-mata untuk  dan demi kehidupan riil dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akherat.
4.     Siapakah hakekatnya yang bertanggungjawab terhadap pendidikan itu, dan sampai dimana tanggungjawab tersebut. Bagaimana hubungan tabnggubngjawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidkan, dan bagaimana tanggungjawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa, dan sebagainya.
5.     Apakah hehakat pribadi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik : akal, perasaan, atau kemauannya, pedidikan jasmani atau pendidikan mentalnya pendidikan skill atau intektualnya, ataukah kesemuanya itu.
6.     Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan ibu-ibu dalam masyarakat, apakah individu itu indefenden ataukah defenden dalam masyarakat.
7.     Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apajkah kurikulum yang mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekuensi yang kurang intensif penguasaannya dan bersifat praktis pula.
8.     Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan yang pendidikan yang ideal, bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek social faedagogis  lainnya.
9.     Bagaimana asas openyelenggaraan pendidikan yang baik, apakjahn sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi apakah oleh Negara ataukah oleh swasta dan sebagainya.

            Problema-problema tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahanya memerlukaan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.        
            Dengan demikian bahwa antara filsafat dengan pendidikan mempunyai hubungan yang erat dan filsafat didalam menyelesaikan  permasalahan yang dihadapi  pendidikan itu menggunakan  pendekatan –pendekatan filsafat  yang sesuai.      



A.   Pengertian Filsafat
Penegertian Filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi (Bahasa) dan secara Terminologi (Istilah) :

1.   Filsafat secara Etimologi
                  Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dalam bahasa arab dengan istilah Falsafah dan dalam bahasa Inggris  dikenal dengan istilah Philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata Philein yang berarti cinta ( love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan  (wisdom ), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan  (love of wisdom) dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan demikian seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
      Dapat disimpulkan bahwa secara Etimologi  filsafat adalah :
1.     Pengethuan tentang hikmah
2.     Pengetahuan tenatang prinsip atau dasar-dasar
3.     mencari kebenaran
4.     membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas
Jadi Intisari filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan denga sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persolannya. 

2.  Filsafat Secara terminologi
                  Arti Filsafat secara terminologi adalah sebagaimana para pakar filsafat sebagai berikut :
1.  Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan    tentang kebenaran yang asli
2.  Aristoteles : Filsafat adalah Ilmu pengetahuan yang meliputi   kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisik, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika(filsafat keindahan).
3. Al-Farabi : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
4.  Rene Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
5.  Immanuel Kant, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan ) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.    
    
B. Obyek Filsafat
            Obyek adalah sesuatu yang merukan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu obyek material dan obyek formal.
1. Obyek Material
   Obyek Material  filsafat menurut Mohamad Noor Syam berpendapat yaitu : segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, psikis maupun nonmaterial abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak –logis, konsesional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, obyek filsafat tidak terbatas.
2.  Obyek Formal
      Obyek Formal filsafat yaitu sudut pandang yag ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana obyek material itu disorot. Oleh karena itu, yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain obyek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun pada obyek formalnya membahas obyek materialnya itu sampai ke hakekat atau esensi dari yang dihadapinya.     




C. Metode Filsafat
            Metode ialah cara  bertindak menurut sistem aturan tertentu. ( Anton Bakker , 1984 ) sedikitnya ada sepuluh  metode filsafat  yang digunakan yaitu :
1. Metode Kritis ( Socrates, Plato )
2. Metode Intuitif ( Plotinus,  Bergson )
3. Metode Skolastik ( sintesis – deduktif ) Aristoteles, Thomas, Aquinas,
4. Metode geometris ( Rene Decrates )
5. Metode Empiris ( Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume)
6. Metode transendetal ( Immanuel Kant, Neo-Skolastik )
7. Metode Fenomenologis ( Husserl, Eksistensialisme )
8. Metode Dialektis ( Hegel, Mark )
9. Metode Neo-Positivisme
10. Metode Analitika Bahasa

D. Ciri – Ciri Filsafat
            Pemikiran filsafat menurut Suyadi M.P mempunyai karakteristik sendiri, yaitu :
1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan buka hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu, pemikiran filsafat ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial obyek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis ( kulitnya ) saja, tetapi sampai tembus ke  kedalamannya.
3. Spekulatif, yaitu hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan baru.
  
E.  Asal Dan Peranan Filsafat
            Ada tiga hal ( asal ) yang mendorong manusia untuk “ berfilsafat “, yaitu sebagai beikut :
1. Keheranan ( rasa heran )
2. kesangsian ( keragua-raguan )
3. Kesadaran akan keterbatasan
            Adapun peranan filsafat adalah sebagai berikut :
1.     Sebagai pendobrak, kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sacral dan selama itu tidak boleh diganggu gugat.
2.     Sebagai Pembebas, filsafat telah membebaskan manusia dari segala jenis “ penjara” yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
3.     Sebagai Pembimbing, dengan filsafat manusia dibimbing untuk berpikir secara rasional.

F. Kegunaan Filsafat   
            Menurut Franz Magnis suseno ( 1991 ) menyebutkan ada lima kegunaan filsafat dalam lingkungan sosial budaya Indonesia, yaitu ;
1.     Bangsa Indobnesia berada di tengah-tengah dianamika proses Modernisasi yang meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudiak melalui kebijakan pembangunan menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup nilai dan norma itu filsafat mambantu untuk mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis.
2.     Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya.
3.     Sebagai ktritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok ideologis berbagai bentuk ketidak adilan social dan pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
4.     Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berfartisifasi secara kritis dalam kehiduapan intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di universitas dan lingkungan akademis khususnya.
5.     Filsafat menyediakan dasar dan sarana dan sekaligus lahan untuk berdialog diantara agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antara agama, antar agam dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. 

G.  Pengertian Pendidikan
            Kata pendikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengharuhi pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpuilan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyaipan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tyujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
            Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantoro ( Tokoh Pendidikan Nasional ) menyatakan pendidkian pada umumbnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti atau kekuatan batin, pikiran ( intelek), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
            Secara lebih filoshopis Muhammad Natsir dalam tulisan “ Idiologi Didikan Islam” menyatakan pendidkian adalah suatau pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnan dan kelengkapan artim kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.
Sedangkan Dalam Tambahan Lembaran Negara RI nomor 4586 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada BabI pasal 1 menjelaskan Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseerta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

H. Hubungan antara Filsafat dengan Masalah Pendidkan

            Menurut Drs. Prasetya ( 2002 ) Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup pada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dn cirri-ciri kemanusiaannya.
            Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memeng diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantara yang menyangkut masalah yang bersifat medasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin dijawab dengan menggunakan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.       
            Sebagai contoh, berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah pendidkan yang memerlukan analisa filsafat dalam memehami dan memecahkannya, anatara lain :
1.     Masalah pendidikan pertama dan yang mendasar adalah tetantang apakah hahekat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakekat hidup manusia. Dan apa pula hahekat manusia itu, dan bagaimana hubungan anatara pendidkan dengan hidup dan kehidupan manusia ,
2.     Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia. Apakah potensi hereditas ( keturunan ) yang menetukan kepribadian manusia itu, ataukah faktor-faktor yang berasal dari luar / lingkungan yang baik, tetapi jika berkembang dengan baik pula.
3.     Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidkan itu dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semat-mata untuk  dan demi kehidupan riil dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akherat.
4.     Siapakah hakekatnya yang bertanggungjawab terhadap pendidikan itu, dan sampai dimana tanggungjawab tersebut. Bagaimana hubungan tabnggubngjawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidkan, dan bagaimana tanggungjawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa, dan sebagainya.
5.     Apakah hehakat pribadi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik : akal, perasaan, atau kemauannya, pedidikan jasmani atau pendidikan mentalnya pendidikan skill atau intektualnya, ataukah kesemuanya itu.
6.     Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan ibu-ibu dalam masyarakat, apakah individu itu indefenden ataukah defenden dalam masyarakat.
7.     Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apajkah kurikulum yang mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekuensi yang kurang intensif penguasaannya dan bersifat praktis pula.
8.     Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan yang pendidikan yang ideal, bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek social faedagogis  lainnya.
9.     Bagaimana asas openyelenggaraan pendidikan yang baik, apakjahn sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi apakah oleh Negara ataukah oleh swasta dan sebagainya.

            Problema-problema tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahanya memerlukaan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.        
            Dengan demikian bahwa antara filsafat dengan pendidikan mempunyai hubungan yang erat dan filsafat didalam menyelesaikan  permasalahan yang dihadapi  pendidikan itu menggunakan  pendekatan –pendekatan filsafat  yang sesuai.      

0 Response to "MAKALAH TENTANG HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN BAB II"