MODEL PTK DALAM ABSTRAK PENGGUNAAN MEDIA BALOK ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI DI TK. TUNAS HARAPAN JATITUJUH MAJALENGKA BAB II

Penggunaan Media Balok Angka dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka
GEDUNG PWNU JAWA TIMUR


BAB II  LANDASAN TEORI

A.  Tinjauan Pustaka
1.    Media Balok Angka
a.    Pengertian Media Balok Angka
Badru Zaman (2010 : 24) mengemukakan bahwa “Media balok angka merupakan alat permainan edukatif yang terbuat dari potongan kayu, plastik yang memiliki berbagai bentuk, dan cara memainkannya disusun atau disambungkan menurut imajinasinya sehingga membentuk suatu bangunan atau menyerupai benda-benda seperti rumah-rumahan, jembatan, pagar, dan lain-lain.
Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangannya. Motivasi dan minat anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu harus dilakukan berbagai upaya sehingga motivasi dan minat anak bisa tumbuh dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif berupa balok merupakan alat permainan yang sangat potensial untuk meningkatkan motivasi dan minat anak untuk bereksperimen. Anak TK pada umumnya menyukai alat permaian ini. Bermain balok anak dapat membentuk bangunan tertentu sesuai dengan imajinasinya, anak mencoba untuk menyusun benda tertentu misalnya bangunan rumah dengan memilih berbagai bentuk balok yang ada, anak menemukan sendiri konsep bahwa jika menyusun benda yang tinggi dengan fondasi yang kecil dan kurang kokoh akan menyebabkan bangunan yang telah disusunnya runtuh berantakan. Alat permainan seperti itu akan menumbuhkan kegairahan belajar anak sehingga berbagai potensi anak berkembangan dengan baik.








 










  1. Kelebihan dan Kekurangan Media Balok Angka
Tak diragukan lagi bahwa mainan sangat banyak memberikan manfaat untuk anak.  Dengan mainan maka si anak akan dapat mengembangkan kemampuan motorik kasarnya dan motorik halusnya.  Banyak aneka mainan yang bisa kita berikan untuk anak agar anak betah bermain namun memiliki unsur edukatif buat dirinya.  Sehingga anak tak sadar bahwa dirinya sebenarnya sedang belajar menggunakan media mainan edukatif, termasuk di dalamnya media balok angka. Berikut ini adalah beberapa manfaat dan kelebihan mainan edukatif balok angka untuk anak :
1.    Dengan mainan balok maka anak akan belajar menghitung jumlah.
2.    Mainan balok akan mengajarkan kepada anak tentang besar dan kecil, lebih dan kurang, tinggi dan pendek.
3.     Permainan balok akan membantu anak mengenal bentuk-bentuk geometri, seperti kubus, persegi panjang, kerucut, silinder
4.    Dengan mainan balok maka anak akan belajar mengenai pengklasifikasian bentuk sesuai dengan tempatnya.  Anak tentunya akan belajar menyusun sesuai dengan pasangannya dan anak juga akan belajar menyusun rapi ketika anak sudah selesai bermain balok.
5.    Anak akan belajar menyatukan balok-balok tersebut dalam ukuran yang berbeda-beda sehingga menjadi sebuah bentuk sesuai dengan daya imajinasinya dan daya kreasinya.
6.     Anak akan banyak belajar mengenai pola yang akan mengasah daya kreatifitasnya dalam membuat sebuah kreasi bentuk sesuai dengan ukuran balok yang tersedia
Selain hal di atas belajar dengan mainan balok-balok kayu yang berwarna-warni memiliki ketertarikan sendiri bagi anak. Tidak hanya warna dan bentuknya yang menarik, ternyata manfaat bermain balok pun baik untuk si kecil dalam  perkembangannya. Permainan balok ditawarkan dengan berbagai macam bentuk-bentuk yang unik yang mampu merangsang si kecil. Biasanya balok-balok tersebut disusun untuk menjadi sebuah bangunan. Hal ini lah yang merangsang otak di kecil.
Saat si kecil memainkan balok, kesabarannya sedang dilatih. Ia harus menyusun satu per satu balok-balok tersebut untuk menjadi sebuah bangunan atau bentuk yang diinginkannya. Ia pun harus berkonsentrasi agar bangunannya tidak runtuh. Jika si kecil bermain bersama temannya, ia pun akan belajar bersosialisasi. Berdiskusi dengan temannya bagaimana membangun susunan balok yang bagus. Saat temannya kekurangan balok pun, ia akan belajar konsep berbagi, dengan memberikan balok miliknya untuk dipinjamkan. Anak akan lebih percaya diri, karena bentuk apapun yang dibangunnya adalah hasil karyanya sendiri. Saat ia memamerkannya pada Anda dan keluarga, pujilah ia. Jangan mengomentari bentuk jadinya seperti apa, tapi lihatlah ia saat bersungguh-sungguh dalam merangkainya.
    Setiap media tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk media balok angka ini, walaupun kekurangan yang ada tidak seimbang dengan begitu banyak manfaat dan kelebihan yang dapat kita ambil darinya, diantara keurangan media balok angka ini adalah keamanan dan keselamatan bagi anak-anak, yang dalam memainkan balok dari kayu atau plastik bisa melempar temannya dikarenakan berebut atau hal lainnya. Maka meski anak terlihat senang dalam memainkan balok-baloknya tapi guru atau orang tua harus tetap mendampinginya. Dan tidak lupa tunjukan beberapa cara yang benar saat ia salah menyusun baloknya.
  1. Penggunaan Media dalam Pembelajaran
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalaui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Yang dimaksud pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya.
Menurut Rohani (1997 : 23) mengungkapkan bahwa “melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Agar tidak terjadi kesesatan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi tersebut yang disebut sebagai media. Dalam proses belajar mengajar, media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi belajar mengajar disebut media instruksional edukatif.
Fathurrohman (2009 : 16) menjelaskan fungsi media dalam pembelajaran,
“Bahwa dalam belajar tidak selamanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitas belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitas. Karena itu, media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi.

Kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pembelajaran. Lebih detail lagi fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran diantaranya ;
(1)  menarik perhatian anak ;
(2)  membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran ;
(3)  memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis;
(4)  mengatasi keterbatasan ruang;
(5)  pembelajaran lebih komunikatif;
(6)  waktu pembelajaran bisa di kondisikan;
(7)  menghilangkan kebosanan anak dalam belajar;
(8) meningkatkan motivasi siswa. dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar;
(9) melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta ;
(10) meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
 (sumber: http:/www.m-edukasi.web.id/2012/04/fungsi-media-pembelajaran.html)

Perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Seberapa pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran guru, karena media hanya berupa alat bantu yang memfasilitasi guru dalam pengajaran. Oleh karena itu guru tidak dibenarkan menghindar dari kewajibannya sebagai pengajar dan mendidik untuk tampil dihadapan anak didik dengan seluruh kepribadiannya. Menurut Fathurrohman (2009:22), “Bahwa ketepatan penggunaan media berkaitan dengan proses dan hasil yang dicapai. Tepatnya dalam memlilih media pembelajaran dapat menjadikan  informasi pengajaran diserap oleh anak didik secara optimal. Boleh jadi ada media yang dipandang sangat efektif untuk mencapai suatu tujuan, namun proses pencapaiannya tidak efisien, baik dalam pengadaannya maupun dengan penggunaannya atau sebaliknya. Guru memiliki fungsi untuk mempertemukan media yang efektif sekaligus efisien atau sekurang-kurangnya menekan jarak diantara keduanya.

  1. Belajar Melalui Bermain dengan Media Balok Angka

Belajar melalui permainan balok dimaksudkan pembelajaran yang menggunakan alat permainan edukatif yang terbuat dari potongan kayu, plastik yang memiliki berbagai bentuk, dan cara memainkannya disusun atau disambungkan menurut imajinasinya sehingga membentuk suatu bangunan atau menyerupai benda-benda seperti rumah-rumahan, jembatan, pagar, dan lain-lain. Permainan ini, selain melatih perkembangan kreativitas, kognisi, juga melatih kekuatan ototnya dan dapat membantu anak meningkatakan imajinasinya, mungkin anak hanya akan menyusunnya ke atas, ke samping, atau melempar-lempar saja. Di usia ini, anak memang sedang senang-senangnya bermain bebas semaunya. Misalnya, sudah disusun tinggi malah dirobohkan kembali, bagi anak hal itu adalah menyenangkan. Sebetulnya, dari situ pula anak belajar, bahwa jika benda bersusun dijatuhkan, yang tadinya berada di atas sekarang menjadi terpencar. Balok adalah jenis mainan yang dapat digunakan untuk membuat bangunan rumah-rumahan, jembatan, mobil-mobilan dan lain-lain. Setiap model membutuhkan kemampuan untuk menemukan potongan atau kepingan balok-balok yang tepat untuk disusun, baik ukuran maupun bentuknya serta cara mengerjakan yang terbaik didalam memasang-masangkannya. Setelah anak semakin tumbuh kepercayaan dirinya, ia mulai dapat memikirkan tentang penggunaan warna dan kesesuaiannya untuk menciptakan model-model ciptaanya sendiri.
Balok Angka merupakan potongan kayu yang memiliki berbagai bentuk dengan ditempelkan angka-angka yang berfungsi untuk belajar berhitung. Umumnya berbentuk segi empat atau kubus. pada zaman sekarang  perkembangan balok sebagai alat permainan tidak hanya dibuat dari kayu, berbagai bahan dipergunakan, karton, busa, karet, dan sebagainya. Anak-anak suka menumpuk balok atau menggabungkan balok untuk memuaskan imajinasinya akan sebuah bentuk. Tidak hanya balok angka , beragam balok dapat dipergunakan sebagai alat permainan atau sarana belajar. Beberapa jenis balok yang dipergunakan sebagai alat permaianan antara lain adalah balok unit, balok besar, balok berongga, balok pasak atau lego dan balok lainnya.
Penggunaan balok angka dalam pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai kemampuan anak terutama berhitung, disamping untuk memberikan kesempatan bagi anak bereksplorasi. Balok perlu memiliki banyak kelengkapan agar anak dapat bereksplorasi secara maksimal. Disamping agar lebih menarik perhatian anak pada saat mereka bermain balok. Balok angka memberi kesempatan  kepada anak untuk berbuat berbagai bentuk benda sambil memperhatikan angka-angka yang terdapat pada masing-masing balok tersebut. Ketika membangun balok-balok yang ada, anak sebetulnya melakukan peniruan terhadap apa yang dilihatnya dalam kesehariannya dan keterampilannya dalam berhitung serta ditambah dengan imajinasi kreasinya sendiri. Bermain balok susun merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Tidak hanya untuk aspek kognitif, motorik, tetapi juga untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak (EQ). Balok Angka tidak beda dengan permainan balok yang lainnya yaitu terdiri dari berbagai bentuk. Ada yang segitiga, segiempat, lingkaran, dengan berbagai warna yang menarik. Balok angka dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-temannya.
  1. Manfaat Bermain dengan Media Balok Angka

Meskipun pada awalnya media balok dirancang untuk permainan kontruksi atau membuat bentuk bangunan, pada perkembangan berikutnya balok juga dapat mengembangkan semua jenis kecerdasan, sehingga munculah berbagai macam jenis balok, diantaranya balok angka. Adapun manfaat yang diperoleh anak melalui bermain balok Angka menurut Jalal, (2002 : 35) adalah sebagai berikut  :
a.          Pengembangan fisik; yang mencakup koordinasi, persepsi visual, pengembangan motorik, orientasi spasial/ruang, dan koordinasi motorik bagus.
b.          Sosial-emosi; pengembangan kompetensi/wewenang, kesuksesan, harga diri, otonomi/kemandirian, inisiatif, persamaan (equality), kerjasama, negosiasi, kompromi, responsibilitas/tanggung jawab, kepemimpinan, konsep ilmu sosial, dan emosi yang wajar/pelepasan emosi.
c.          Kreativitas; asosiasi, hubungan, pemecah masalah, mencari solusi baru, dan eksplorasi sensori.
d.         Pengembangan koqnitif; simbolisasi dan penyajian, comparisons, penggolongan, konsep, directionalist, urutan, pemikiran yang berbeda, dan logika berpikir.
e.          Matematika; area, ukuran, order, ruang, bentuk, angka-angka, pemetaan pola (patterns), mengukur, fractions, pengoperasian bilangan, perkiraan, negative space, penjumlahan/penambahan, korepondensi/hubungan antar satuan, dan seriation.
f.          Science matematika, berat/beban, tinggi, gravitasi, timbangan, simetri, tekstur, action-reaction, penyebab dan efek, gambaran ruang, dan mesin sederhana.

Toy (19 Oktober 2009) dalam blognya http://www.omochatoys.com mengemukakan beberapa manfaat dari media balok secara umum, diantaranya :
  1. Manfaat Fisik,  Mainan balok memperkuat gengaman jari dan tangan anak, meningkatkan koordinasi mata dan tangan.
  2. Manfaat Sosial : Mainan balok angka mendorong anak untuk berteman dan bekerja sama. Balok bermanfaat bagi anak karena balok mendorong interaksi dan imajinasi. Imajinasi anak dapat segera diwujudkan dengan mainan balok. Kreatifitas yang dikombinasikan dengan aksi sangat penting dalam kehidupan sosial.
  3. Manfaat Intelektual : Anak dapat mengembangkan kemampuan kata-kata saat mereka mecoba mengambarkan ukuran, bentuk dan posisi. Anak mengembangkan kemampuan matematik melalui pengelompokan, penambahan, pengurangan. Dua buah segitiga sama sisi jika digabung akan menjadi persegi empat. Hal tersebut bisa juga akan dimengerti melalui bermain balok standar. Dengan bermain balok, anak akan mengalami bahwa balok jika tidak seimbang akan jatuh, anak belajar tentang keseimbangan dan gravitasi. Belajar geometri dari mainan balok akan meningkatkan stimulasi intelektual. Penelitian yang dilakukan di Universitas Washington juga menunjukkan hasil, bahwa anak yang bermain menggunakan blok kemampuan bahasanya lebih tinggi dari teman-temannya.
  4. Manfaat Kreatif : Mainan balok merupakan pemicu stimulasi kreatifitas, karena anak akan membuat desain mereka sendiri dengan balok. Plato Seorang Philosofi Yunani (428-348 SM) menulis bahwa arsitek masa depan adalah anak yang mainannya membuat bangunan.

f.     Tahapan  Pembelajaran dengan Penggunaan Media Balok Angka
Tahapan pembelajaran melalui permainan media balok angka terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup.
Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan : kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan. Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari: (1) guru menyampaikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat menara atau yang lainnya, dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya. Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan balok angka.
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing, c) setelah kegiatan selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya, dan d) anak-anak mencuci tangan.
Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang berhitung dengan menggunakan media balok angka, b) menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain, misalnya di rumah, c) menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok, d) menekankan pentingnya kerja sama.
2.        Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini
  1. Pengertian Kemampuan Berhitung
Kemampuan berhitung terdiri dari dari dua kata yaitu kemampuan dan berhitung. Hasan Alwi (2003 : 145), menyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kemampuan bearasal dari kata mampu yang berarti bisa atau dapat, kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran -an, yang selanjutnya menjadi kata kemampuan mempunyai arti menguasai. Sedangkan Fatkhurohmah (2010:22) menyebutkan bahwa “Pengertian kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau potensi bawaan sejak lahir atau hasil latihan yang dapat digunakan untuk melakukan suatu perbuatan.
Sedangkan kata Berhitung, menurut  Hasan Alwi (2003:140) bahwa “Berhitung berasal dari kata hitung yang mempunyai makna keadaan, setelah mendapat awalan ber- akan berubah menjadi makna yang menunjukkan suatu kegiatan menghitung  (menjumlahkan, mengurangi, membagi, mengalikan dan sebagainya). 
Berdasarkan paparan diatas bahwa Pengertian kemampuan berhitung atau yang dimaksud kemampuan untuk menghitung adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menjumlah, mengalikan, maupun melakukan segala hal yang berkaitan dengan perhitungan atau ilmu matematika.
Tentu saja kemampuan berhitung tiap orang tidak sama, karena memang IQ kita juga mempunyai keterbatasan. Mungkin ada orang yang lemah dalam soal hitung-hitungan, tapi bisa jadi dia memiliki kelebihan lain seperti kelebihan menghafal.
  1. Prinsip Berhitung

Diungkapkan pula oleh Yew (2002: 2) beberapa prinsip penting dalam mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya adalah : (1) buat pelajaran mengasyikkan, (2) ajak anak terlibat secara langsung, (3) bangun keinginan dan kepercayaan diri dalam meyelesaikan berhitung, (4) hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya, (5) fokus pada apa yang anak capai. Pelajaran yang mengasyikkan dengan melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari. Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dikemukakan bahwa pelajaran berhitung bukan sesuatu yang menakutkan tetapi merupakan pelajaran yang disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak akan merasa membutuhkan karena mengasyikkan dan cara mengerjakannyapun harus tepat.
Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan berhitung permulaan yaitu kepandaian anak sudah lebih meningkat. Namun proses intelektualnya masih sempit dan cara berpikirnya masih belum terarah, dan harus diingat pula anak usia 6 tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana, seperti sudah dapat berhitung 1-10. (Depdikbud, 1998 : 13)
Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip-prinsip berhitung permulaan yang perlu diperhatikan adalah mulai dari menghitung benda, menghitung dari yang mudah ke yang lebih sulit, anak berpartisipatif aktif, suasana yang menyenangkan, menggunakan bahasa yang sederhana, pengelompokan anak sesuai dengan tahap penguasaan berhitung, buat pelajaran mengasyikan, ajak anak terlibat langsung, bangun keingintahuan dan kepercayaan diri anak dalam menyelesaikan berhitung, hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang akan dicapai anak, serta adanya evaluasi. Prinsip-prinsip ini penting dilakukan agar stimulasi yang diberikan pada anak tidak melebihi atau di luar ketentuan yang seharusnya, anak akan mudah memahami konsep berhitung yang diberikan sehingga kepandaian anak menjadi lebih meningkat sesuai dengan kemampuan diiringi bertambahnya usia, selain itu berhitung bukan lagi pelajaran yang menakutkan tetapi merupakan pelajaran yang disukai diminati anak jika kita menggunakan prinsip-prinsip tersebut.
Selain prinsip di atas, terdapat prinsip-prinsip berhitung yang lainnya bagi taman kanak-kanak menurut  Depdiknas (2007 : 2),  Prinsip-prinsip  berhitung  di  taman  kanak-kanak  ini  mengacu  pada pedoman  pembelajaran  permainan  berhitung  permulaan  di  taman  kanak-kanak, yaitu :
a.         Permainan  berhitung  diberikan  secara  bertahap,  diawali  dengan  menghitung benda-benda  atau  pengalaman  peristiwa  kongkrit  yang  dialami  melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
b.        Pengetahuan  dan  keterampilan  pada  permainan  berhitung  diberikan   secara  bertahap  menurut  tingkat  kesukarannya,  misalnya  dari  kongkrit  ke  abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks,
c.         Permainan  berhitung  akan  berhasil  jika  anak-anak  diberi  kesempatan berpartisipasi  dan  dirangsang  untuk  menyelesaikan  masalah-masalahnya sendiri
d.        Permainan  berhitung membutuhkan  suasana  menyenangkan  dan memberikan rasa  aman  serta kebebasan  bagi  anak. Untuk  itu  diperlukan  alat  peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
e.         Bahasa  yang  digunakan  di  dalam  pengenalan  konsep  berhitung  seyogyanya bahasa  yang  sederhana  dan  jika  memungkinkan  mengambil  contoh  yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
f.         Dalam  permainan  berhitung  anak  dapat  dikelompokkan  sesuai  tahap penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
g.        Dalam  mengevaluasi  hasil  perkembangan  anak  harus  dimulai  dari  awal sampai akhir kegiatan.

  1. Metode Kemampuan Berhitung

Dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada anak dapat dilakukan dengan beberapa metode, metode yang dikembangkan dalam mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung diantaranya adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, bermain, atau pemberian tugas.
Menurut Depdikbud (1998) dalam metode khusus pengembangan daya pikir “Bahwa metode yang digunakan dapat dikombinasikan dengan metode lainnya, metode yang dimaksud diantaranya:  pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, eksperimen, bercakap-cakap, bercerita, praktek langsung. Metode-metode tersebut dapat dipilih kemudian dikombinasikan dengan metode lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak pada saat itu diberi pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran berlangsung.
Metode yang dipilih disesuaikan dengan tahapan dan prinsip perkembangan berhitung pada anak, metode yang dikonbinasikan dengan media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan, seperti dengan permainan balok untuk mengenalkan konsep penjumlahan dan pengurangan.
  1. Tahapan Penguasaan Berhitung di Taman Kanak-Kanak
Depdiknas  (2007  :6)  mengemukakan  bahwa  berhitung  di  taman  kanak-kanak seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu :
 1.  Penguasaan Konsep
Pemah    aman  dan  pengertian  tentang  sesuatu  dengan  menggunakan  benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2.  Masa Transisi
Proses  berfikir  yang  merupakan  masa  peralihan  dari  pemahaman  konkrit menuju  pengenalan  lambang  yang  abstrak,  dimana  benda  konkrit  itu  masih  ada dan  mulai  dikenalkan  bentuk  lambangnya.  Hal  ini  harus  dilakukan  guru  secara bertahap  sesuai  dengan  laju  dan  kecepatan  kemampuan  anak  yang  secara individual  berbeda.  Misaln ya,  ketika  guru  menjelaskan  konsep  satu  dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat  men yebutkan  benda lain  yang  memiliki  konsep  sama,  sekaligus  mengenalkan  bentuk  lambang  dari  angka satu  itu.  Burns  &  Lorton  (Sudono  A,  2000  :  22)  menjelaskan  lebih  terperinci
bahwa  setelah  konsep  dipahami  oleh  anak,  guru  mengenalkan  lambang  konsep. Kejelasan  hubungan  antara  konsep  konkrit  dan  lamban g  bilangan  menjadi  tugas guru yang sangat penting dan tidak tergesa-gesa.
3.  Lambang
Merupakan  visualisasi  dari  berbagai  konsep.  Misalnya  lambang  7  untuk menggambarkan  konsep   bilangan  tujuh,  merah  untuk  menggambarkan  konsep warna,  besar  untuk  menggambarkan  konsep  ruang,  dan  persegi  empat  untuk menggambarkan  konsep  bentuk.  Burns  &  Lorton  (Sudono  A,  2000  :  22) mengungkapkan  bahwa  pada tingkatan  ini  biarkan  anak  diberi  kesempatan  untuk menulis  lambang bilangan atas konsep konkrit  yang telah  mereka pah ami. Berilah mereka  kesempatan  yang  cukup  untuk  menggunakan  alat  konkrit  hingga  mereka melepaskannya sendiri.
g.        Kerangka Berfikir
Dari latar belakang masalah yang telah terdeskripsi secara rinci, penelitian ini lebih menitik beratkan pada penggunaan media balok angka dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2012/2013.
Kerangka pikir pada penelitian ini terpola pada suatu alur pemikiran yang terkonsep seperti tampak pada gambar berikut ini.
Keterangan :
                  : menunjukan arah adanya siklus (perputaran) dari satu item pemikiran ke item pemikiran berikutnya yang mempunyai kedudukan dan hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan.
Penjelasan :
Untuk menjadikan proses pembelajaran matematika yang didalamnya mencakup pelajaran menghitung lebih menarik siswa, maka guru memberikan media balok angka sebagai media untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga siswa pun merasa senang terhadap pelajaran matematika.

0 Response to "MODEL PTK DALAM ABSTRAK PENGGUNAAN MEDIA BALOK ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI DI TK. TUNAS HARAPAN JATITUJUH MAJALENGKA BAB II"